Judul | Pengangkatan Setnov Jadi Ketua DPR Momentum PDIP Minta Kocok Ulang |
Tanggal | 30 Nopember 2016 |
Surat Kabar | Seputar Indonesia |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Pimpinan - Mahkamah Kehormatan Dewan |
Isi Artikel | JAKARTA - Pemuda Muhammadiyah menyesalkan adanya pergantian posisi Ketua DPR dari Ade Komarudin kepada Setya Novanto. Pergantian itu dinilai telah merusak etika politik yang telah dibangun sendiri oleh Setya Novanto. Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, awalnya Setya Novanto telah memberikan pendidikan etika politik yang luar biasa ketika menyatakan mengundurkan diri sebagai ketua DPR lantaran namanya disebut-sebut dalam skandal ‘Papa Minta Saham’. “Tapi ketika tiba-tiba dia (Setya Novanto) mau kembali lagi, seketika itu merobohkan standar moral yang sudah dibangunnya. Apa yang sudah dia bangun, dia rusak sendiri. Jadi jatuhnya lebih terpuruk. Secara publik citra Golkar cenderung menjadi rusak,” ujar Dahnil ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Rabu (30/11). Namun yang lebih menyakitkan, lanjut Dahnil, pergantian itu telah membuat Ade Komarudin terzalimi oleh partainya sendiri. “Tapi jangan melankolis juga kita melihatnya. Karena faktanya kan mereka sudah siap begitu. Kalau enggak (siap) jangan masuk politik. Saya pikir Golkar sudah terbiasa dengan cara politik seperti ini,” terangnya. Menurutnya, Setya Novanto telah memanfaatkan suasana politik yang kini tengah menghangat untuk kembali ke kursi pimpinan parlemen Senayan. Apalagi, posisi Setya Novanto selaku ketua umum Partai Golkar pendukung pemerintah memiliki dukungan kuat secara politik. “Ada yang memanfaatkan suasana politik itu sangat rasional. Misalnya dalam suasana seperti ini dan mobilisasi massa makar, membangun komunikasi. Kemudian ada yang memanfaatkan itu untuk reposisi,” pungkas Dahnil. Sementara Pengamat Politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai, pergantian pimpinan dewan itu telah memberikan kesan bahwa Ade Komarudin tengah terzalimi oleh penguasa. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya dukungan politik terhadap Ade Komarudin. “Akom (Ade Komarudin) tidak melakukan perlawanan apa-apa. Walauun dizalimi, dia terima saja dengan lapang dada,” kata dia. Apalagi pemecatan Akom dari Majelis Kehormatan Dewan (MKD) karena melanggar kode etik. “Ini kan jadi tambah terlihat dizaliminya. Apa kabarnya etika di ‘Papa Minta Saham’,” tanya Hendri. Dicopotnya Akom juga dianggap sebagai bentuk ketakutan pihak Istana, akibat munculnya isu makar. Apalagi, Akom selama ini dikenal sebagai mantan aktivis HMI dan dekat dengan sejumlah tokoh ulama. |
Kembali ke sebelumnya |