Isi Artikel |
[JAKARTA] Indonesia bisa menjadi bagian dari negara -negara yang maju dan perekonomiannya bagus karena menggarap industri film dengan serius. Dalam konteks itu, Perkumpulan Artis Film Indonesia (Parfi) menjadi sangat penting asalkan diisi oleh orang-orang yang kompeten dan kapabel untuk menumbuhkan industri film nasional, khususnya anak muda yang kreatif. Mantan artis film yang kini terjun ke panggung politik, Nurul Arifin mengatakan, sangat disayangkan apa yang terjadi di tubuh Parfi saat ini, yang berpuncak pada penangkapan ketuanya Gatot Brajamusti akibat kasus narkoba. Kasus itu, kata Nurul, merupakan kulminasi dari kemerosotan yang dialami Parfi, hingga akhirnya dipimpin oleh seseorang yang tidak memiliki rekam jejak yang jelas di dunia perfilman nasional. “Belakangan ini, pemimpin Parfi tidak memiliki visi. Parfi sudah menjadi layaknya kerangka saja. Secara fisik, Parfi ada, tetapi tidak memiliki roh. Visi, program, dan kerja Parfi tidak jelas. Apa sumbangannya buat anggota,” ujar Nurul kepada SP di Jakarta, Sabtu (3/9). Politisi Partai Golkar itu mengatakan, belakangan anggota Parfi seperti tidak mempunyai rasa memiliki akan organisasi itu dan menganggapnya sekedar warisan tempo dulu. “Parfi dianggap sekadar tempat berkumpul, seperti orang arisan. Tidak ada lagi substansi dalam memberdayakan artis di profesinya. Saat saya menjadi artis dulu, Parfi dipimpin oleh Ratno Timoer. Dia mampu membawa Parfi menggeliat dan dihargai anggotanya. Parfi menjadi kebanggaan kami para pekerja seni,” kata Nurul. Dikatakan, kelesuan yang terjadi di Parfi bisa diatasi bila organisasi itu dipimpin oleh pemimpin yang bagus. “Keberdaan Parfi masih sangat relevan. Sebab, belum ada institusi serupa yang mewadahi artis film. Masalahnya, Parfi saat ini tidak dioptimalisasikan. Parfi hanya ada sebagai syarat. Tetapi, sebagai institusi yang dihargai, belum. Seharusnya, Parfi bisa berperan banyak untuk menjadikan industri film nasional sebagai penopang pertumbuhan ekonomi,” ujar Nurul. Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah menilai, kepemimpinan Parfi yang terakhir memang telah membuat kesan seakan organisasi itu tidak bermanfaat, khususnya bagi kalangan perfilman. Padahal, pada era-era sebelumnya, Parfi sudah terbukti mampu menjadi ajang bagi artis perfilman untuk mendorong pengembangan industri hiburan di tanah air. “Jadi, kami tidak akan meminta agar Parfi dibubarkan. Cuma, tolong, para artis berkumpul lagi dan memikirkan bagaimana organisasi ini ke depan agar lebih baik,” kata Ferdiansyah. Dikatakan, penangkapan Ke t ua Pa r f i Ga t o t Brajamusti terkait kasus narkoba jangan sampai membuat organisasi itu terpuruk. Masih banyak tokoh -tokoh perfilman di Parfi yang memiliki kapasitas un t uk membangk i t kan kembali organisasi itu. Ditegaskan, Parfi harus bisa bangkit lagi dari keterpurukan dan menjalankan b e r b a g a i f u n g s i n y a . Parfibisa mengadvokasi hak-hak anggotanya, menjadi wadah saling berbagi pengalaman, hingga menajamkan kemampuan akting anggota. Hal itu akan berdampak kepada peningkatan industri perfilman nasional. Di tengah keterpurukan perekonomian, ujarnya, industri film bisa dikelola dengan baik untuk membantu pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini, peran Parfi sangat penting untuk meningkatkan kualitas film nasional. Sandaran Ekonomi Anggota DPR dari Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, organisasi profesi, seperti Parfi, sangat penting untuk turus tumbuh dan berkembang di Indonesia. Organisasi seperti itu bisa memperjuangkan hak-hak anggota dan kemajuan industri perfilman. “Saya berharap Parfi bisa bangkit lagi dan dipimpin oleh tokoh yang benar -benar mengerti tentang kondisi dan kebutuhan insan perfilman dalam rangka menjadikan profesi aktor dan aktris sebagai profesi terhormat, bermartabat, dan dapat dijadikan sebagai sandaran ekonomi, seperti yang terjadi di Amerika Serikat,” ujar Tantowi. Di j e l askan , d i AS , yang industri hiburannya telah menjadi tulang panggung ekonomi, organisasi profesi tumbuh subur. Kehadiran organisasi tersebut bagi pemerintah juga menguntungkan, karena memudahkan pemerintah dalam melakukan komunikasi dengan komunitas tersebut. D i a k u i Ta n t o w i , di Indonesia, kesadaran untuk berorganisasi di kalangan pelaku seni masih rendah. Mereka lebih dulu menuntut manfaat dari keberadaan organisasi itu, sebelum bergabung. Di sisi lain, ada juga fakta bahwa organisasi profesi sekadar menjadi papan nama. Artinya, keberadaan organisasi itu ramai dibicaraan ketika pemilihan ketua umum baru, tetapi setelah itu diam, bisu, tanpa kegiatan. “Parfi itu organisasi penting, karena menaungi insan film. Apalagi, saat ini industri film nasional sedang naik daun. Tentu banyak permasalahan terkait hak-hak artis dan agenda kemajuan industri yang harus dibicarakan dan dicarikan solusinya pada tingkat organisasi,” katanya. Tantowi mengingatkan, pemerintah juga perlu lebih responsif jika yang menyuarakan aspirasi itu adalah organisasi. Sementara, Parfi adalah salah satu organisasi profesi di bidang seni tertua di Indonesia, sehingga seharusnya peluang itu tak dibiarkan begitu saja. [MJS/O-1]
|