Judul | Skor Kini Menjadi 1-1 |
Tanggal | 15 Desember 2015 |
Surat Kabar | Media Indonesia |
Halaman | 2 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Pimpinan - Mahkamah Kehormatan Dewan |
Isi Artikel | J UMAT (4/12) seharusnya menjadi malam sempurna bagi Setya Novanto. Malam itu bertempat di Grand Ballroom Hotel Mulia, Jakarta, Ketua DPR tersebut menggelar resepsi pernikahan anaknya, Dwina Michaella, dengan Jason Harjono. Sebanyak 3.000 undangan pun disebar termasuk kepada Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan tokoh-tokoh penting di Republik ini. Politikus Partai Golkar itu tentu berharap Presiden dan Wakil Presiden bisa hadir di acara tersebut. Bahkan, Novanto menyampaikan undangan secara langsung kepada Jokowi di sela-sela rapat konsultasi di Istana Negara, Kamis (5/11).Saat itu Novanto mengaku berbincangbincang dengan santai bersama Jokowi dan pimpinan DPR lainnya. Namun, kasus `papa minta saham' yang menyeret nama Jokowi dan JK membuyarkan mimpinya. Jokowi dan JK emoh datang ke resepsi pernikahan itu.Amat mungkin keduanya tersinggung dan memilih mengurungkan niat mereka untuk datang. Meski tidak hadir, sebenarnya Presiden tetap mengirim karangan bunga. Akan tetapi, pada karangan bunga itu hanya tertulis `Jokowi & Keluarga'. Istana beralasan malam itu Jokowi memimpin empat rapat di Istana Negara. Bahkan sempat pula diumumkan Paket Kebijakan Ekonomi VII. Amat mungkin Novanto meradang dengan hal itu. Buktinya, saat penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2016 di Istana Negara, kemarin, Novanto membalasnya dengan tidak datang. Padahal, sebagai Ketua DPR, ia berkepentingan untuk hadir. Ia justru memilih menerima perwakilan buruh di DPR bersama dengan anggota Komisi IX Rieke Diyah Pitaloka. Perwakilan buruh yang hadir berasal dari Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia, Federasi Serikat Buruh Indonesia, Serikat Pekerja Pelindo II, dan JICT. Di tengah pertemuan, Rieke melontarkan celetukan menyoroti permasalahan PT Pelindo II yang tengah digali panitia khusus (pansus) DPR. “Kita segera memberikan rekomendasi. Jangan sampai `papa mama jual pelabuhan',“ kata Rieke disusul gelak tawa dari para pekerja yang hadir. Novanto di sebelah Rieke hanya tersenyum-senyum. (Kim/Ind/P-2) |
Kembali ke sebelumnya |