Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul KASUS SETYA NOVANTO PDI Perjuangan bersiap menyambut kocok ulang pimpinan DPR.
Tanggal 10 Desember 2015
Surat Kabar Koran Tempo
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Pimpinan
- Mahkamah Kehormatan Dewan
Isi Artikel Setya Novanto semakin terpojok. Dalam sidang pelanggaran etik, belakangan Kejaksaan juga menyelidiki dugaan percobaan korupsi dalam kasus yang dikenal publik dengan "Papa Minta Saham" ini, mendorong sejumlah kalangan untuk melengserkan Novanto dari kursi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Kini, ketika desakan masyarakat lewat petisi di Change.org telah diteken lebih dari 150 ribu suara, tuntutan agar Novanto mundur dari jabatannya mulai bermunculan dari lingkup internal Golkar. Kemarin, sejumlah kader partai beringin yang menamakan diri Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) menyuarakan hal yang sama. "Golkar tidak pernah kekurangan kader, masih banyak yang lebih baik dari Setya Novanto," kata Sirajuddin Abdul Wahab, anggota GMPG yang juga Sekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia, kemarin. Menurut Sirajuddin, perilaku Novanto dalam kasus pertemuannya dengan saudagar minyak Riza Chalid dan bos Freeport Indonesia, Maroef Sjamsoeddin, telah mencoreng nama Partai Golkar. Suara GMPG ini seolah segendang sepenarian dengan pernyataan sejumlah politikus senior Golkar sebelumnya. Agung Laksono, misalnya. Ahad lalu, Ketua Umum Golkar versi Musyawarah Nasional Ancol ini menilai penting adanya kocok ulang pimpinan Dewan. Sehari kemudian, Wakil Presiden Jusuf Kalla bilang agar Novanto sebaiknya mundur. "Lebih sportif," kata Kalla Seorang petinggi DPP Golkar versi Musyawarah Nasional Bali pimpinan Aburizal Bakrie mengatakan partainya sebenarnya telah bersiap untuk mengganti Novanto. Kocok ulang pimpinan DPR menjadi salah satu pilihan. Menurut dia, sebagian besar pengurus menilai kasus Novanto kali ini telah menjatuhkan citra Golkar. "Tiga pilar utama di Golkar sudah satu suara ingin Novanto turun," kata dia, Jumat pekan lalu. Julukan tiga pilar yang dimaksudkan itu adalah Kalla, Akbar Tandjung, dan Ical�”panggilan Aburizal. Politikus Golkar, Priyo Budi Santoso, membenarkan partainya sudah menyiapkan sejumlah nama pengganti Novanto. "Pengalaman saya selama 17 tahun di DPR, kasus Novanto sulit dihindari dengan cara apa pun karena diperbincangkan secara luas di publik," ujarnya kemarin. Nama-nama itu, kata Priyo, antara lain Agus Gumiwang, Aziz Syamsuddin, Ade Komaruddin, Zainudin Amali, Bambang Soesatyo, dan tokoh senior Fadel Muhammad. Menurut dia, selain kocok ulang dengan mengganti Novanto dengan kader Golkar, opsi lain yang sedang disiapkan ialah merevisi Undang- Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3). Dengan begitu, mekanisme pemilihan pemimpin Dewan kembali ke model lama, yakni diisi perwakilan lima partai pemenang pemilu. Pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J. Kristiadi, mengatakan kasus Novanto tak hanya merugikan Golkar tapi juga Koalisi Merah Putih, gabungan partai non-pemerintah. Ancaman lengser dari kursi pemimpin Dewan juga tertuju pada anggota pimpinan lain dari Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat. Itu sebabnya, dia memperkirakan rencana kocok ulang akan ditentang keras partai-partai tersebut. "Gerindra dan PKS yang akan paling dirugikan," kata dia. Adapun Koalisi Indonesia Hebat, gabungan partai pendukung pemerintah, kata Kristiadi, akan berupaya mewujudkan rencana kocok ulang. "Termasuk merevisi Undang-Undang MD3." Tak lama setelah kasusnya terungkap, Novanto telah bertemu dengan pimpinan Koalisi Merah Putih di kediaman Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Seperti dikutip Antara, dia mengklaim mendapat dukungan KMP untuk bertahan di kursi pimpinan DPR. Anggota DPR dari Fraksi PKS, Tifatul Sembiring, menolak wacana kocok ulang pimpinan parlemen. "Kalau kocok ulang, bisa kacau-balau, kecuali ada revisi undang-undang," kata dia, Selasa lalu. Hal senada diutarakan Sekretaris Fraksi Demokrat, Didik Mukriyanto. "Ini hanya spekulasi politik yang diwacanakan di publik." Adapun PAN, yang akhir- -akhir ini telah menyatakan dukungannya terhadap pemerintah Jokowi, menilai wajar adanya desakan untuk mengganti Novanto. Hanya, menurut Sekretaris Fraksi PAN Yandri Susanto, partainya membahas rencana pergantian lewat kocok ulang pimpinan. Partai banteng moncong putih agaknya tahu betul sedang berada di atas angin. Anggota DPR dari Fraksi PDI Perjuangan, Aria Bima, mengatakan desakan pencopotan Novanto merupakan momentum untuk membenahi lembaga legislatif. "Kocok ulang harus dilihat dari substansinya. Kalau hanya mengganti Setya Novanto, tidak menjamin DPR akan lebih baik," kata Aria Bima, kemarin. REZA ADITYA | INGE KLARA SAFITRI | ANGGA SUKMA WIJAYA
  Kembali ke sebelumnya