Judul | Negara Harus Jaga Kebhinekaan |
Tanggal | 11 Januari 2017 |
Surat Kabar | Suara Pembaruan |
Halaman | 4 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi I - Komisi II - Komisi III - Komisi X |
Isi Artikel | [JAKARTA]Kebhinekaan bangsa Indonesia sedang terancam oleh radikalisme. Jika tidak segera diatasi, radikalisme akan menjadi virus yangmematikan bangsa Indonesia. Untuk itu, negara harus hadir bersama masyarakat menjaga kebhinekaan dan mencegah radikalisme. Hal tersebut merupakan rangkuman dari diskusi kebangsaan Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI) bersama Stundent Peace Institute (SPI) di Jakarta, Senin (9/1). Diskusi tersebut menghadirkan empat narasumber, yakni Ketua Umum PP PMKRIAngeliusWakeKako, DirekturEksekutifSPIDoddy Abdallah,KoordinatorRumah Pelita Slamet Abidin, KomisionerKomisiNasional HakAsasiManusia (Komnas HAM) Natalius Pigai dan pakar perbandingan agama Dr Media Zainun Bahri. Angelius menekankan fakta kebhinekaan merupakan nilai luhur bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dirawat segenap anak bangsa. Untuk mengawal kbhinekaan dan menjaga harmoni kebangsaan dari ancaman radikalisme itu merupakan tanggung jawab bersama warga negara. Doddy Abdallah lebih melihat radikalismesemacam virus yang mengancam dan bahkan bisa mematikan. Virus tersebut telah menyebar ke dalam prilaku warga negara khususnya pada kelompok usia dini seperti pelajar dan mahasiswa. Karena itu, SPI mempunyai tanggung jawab untuk menghilangkan virus-virus tersebut. Slamet Abidin dalam kesempatan tersebut menyoroti kehadiranFront Pembela Islam(FPI) yang dinilai telah merusak citra baik Islam di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mengingatkan bahwa potensi perpecahan di tubuh NKRI semakin tinggi apabila kehadiran kelompok ini tidak dilihat secara serius oleh negara. “Rizieq Syihab adalah sosok yang bisa menimbulkan perpecahan dengan ujaran kebencian, penistaan dan pemaksaan kehendak. Karena itu orang-orang seperti ini tidak boleh ada di Indonesia,” tandas Slamet. Natalius Pigai melihat negara harus bertanggung jawab dalam setiap persoalan yang terjadi di Indonesia termasuk radikalisme. Kehadiran negara menurutnyabisa termanifestasi dalam pembuatan kebijakan dan regulasi yang jelas dan adil untuk melindungi hak asasi warga negaranya. Sementara itu, Media Zainun Bahri mengajak seluruh audiensi untuk secara inklusif dan objektif melihat dan memahami dogma-dogma iman yang berbeda. "Studi perbandingan agama sangat dibutuhkan dalammenjagakebhinekaan," tegas Media. [YUS/H-12] |
Kembali ke sebelumnya |