Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul Viral di Media Sosial, Surat Kematian Anak Akibat Antraks
Tanggal 23 Januari 2017
Surat Kabar Suara Pembaruan
Halaman 21
Kata Kunci
AKD - Komisi I
- Komisi III
- Komisi IX
Isi Artikel [YOGYAKARTA] Sebuah surat pemberitahuan berlogo RSUP Sardjito kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman tentang penyebab kematian anak berinisial HA (8) asal Godean Sleman akibat terjangkit antraks yang menjadi viral di media sosial, diduga palsu. Humas RSUP Sa r d j i t o Tr i sno He r u Nugroho mengatakan, beredarnya surat HA mendapat perhatian serius di internal. Heru menegaskan, saat ini RSUP Sardjito sedang melakukan investigasi terkait kesalahan informasi tersebut. Termasuk melacak beredarnya surat bernomor YK.01-02/I/1222/2017, termasuk siapa pengunggahnya ke media sosial. “Kami sedang lacak kasus ini, tunggu tiga sampai empat hari lagi, karena memang tidak ada pasien antraks,” ujar Heru. Diketahui, surat pemberitahuan No.YK.01-02/ I/1222/2017 dari RSUP Sardjito kepada Dinas Kesehatan Sleman, tersebar melalui pesan berantai Whatsapp tersebut berisi, HAkelahiran 18 Maret 2008 itu meninggal akibat virus antraks. Pesan berantai itu pun berbunyi agar masyarakat menghindari wilayah Godean dan Sardjito. Dalam pesan berantai tersebut, warga dilarang untuk memakan daging sapi. Dinas Kesehatan Sleman maupun RSUP Sardjito membantah isi surat tersebut. Heru bahkan menyebutkan bentuk surat yang beredar viral itu berbeda dengan surat resmi yang dikeluarkan instansinya. “Kalau surat resmi itu (logo pada kop surat kanan dan kiri) full colour, tandatangan pada surat resmi RSUP Sardjito juga pasti menggunakan tinta berwarna biru,” ungkap Heru, Sabtu (21/1) lalu. Sedangkan yang tertera dalam pesan berantai tersebut, logo pada kop surat dan tandatangan berwarna hitam. Heru menyatakan, jika memang surat tersebut merupakan hasil fotokopi maka bagian stempel seharusnya juga berwarna hitam. Demikian juga dengan kabar bahwa RSUP dr Sardjito merawat 15 pasien diduga antraks, kabar tersebut bohong alias tidak benar. Sementaar itu, Direktur Medis dan Keperawatan RSUP dr Sardjito, dr Rukmono Siswihanto menegaskan, walaupun ada pasien suspect anthrax, bukan berarti akan terjadi penularan dan penyebaran bakteri antraks. Dikatakan, pasien anak dengan inisial HAasal Sleman meninggal pada Jumat (6/1), akibat infeksi otak. Sebelum meninggal, anak HA rujukan dari RSUD Sleman, dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUP Sardjito, pada tanggal 31 Desember 2016. Pasien datang ke IGD RSUP Sardjito, dalam keadaan penurunan kesadaran dan kejang. Menurut keluarga pasien, beberapa hari sebelum demam, anak tersebut bermain air dan mandi di sungai daerahnya. Dua hari kemudian anak mengalami demam dan mengeluhkan nyeri pada perut disertai muntah. Dari tanda yang ada awalnya dokter mendiagnosa anak tersebut terkena usus buntu. Akan tetapi karena mengalami penurunan kesadaran akhirnya pasien anak dirujuk ke RSUP Sardjito. Berdasarkan kronologi, tanda, dan pemeriksaan CTScan kepala si anak, dokter RSUP Sardjito menyimpulkan jika pasien mengalami infeksi otak. Namun selama enam hari dirawat, pasien anak tidak kunjung memperlihatkan perbaikan kondisi hingga akhirnya pada 6 Januari 2017. Berdasarkan hasil laboratorium 16 Januari 2017 kemarin, jenis bakteri yang menyerang anak HA adalah b a c i l l u s a n t h r a c i s . Rukmono menambahkan, sampel itu kini telah dikirim ke Kementerian Kesehatan, untuk menegakkan penyebab kematian anak HA. Tidak Menular Menanggapi isu soal penularan virus antraks tersebut, Ketua Tim Respon Cepat Waspada Antraks Fakultas Kedokteran UGM dr Riris Andono Ahmad menegaskan bahwa antraks tidak ditularkan antar manusia. Mereka yang terinfeksi antraks mempunyai riwayat berinteraksi dengan hewan yang telah terinfeksi antraks sehingga masyarakat tidak perlu panik. Menurutnya, penularannya memang melalui kontak langsung dengan hewan, bangkai, atau produk hewan sakit yang terinfeksi antraks, dan untuk pencegahan, masyarakat harus tetap menjalankan pola hidup bersih dan sehat. Bila hendak mengonsumsi daging, dipastikan daging telah masak hingga matang atau dimasak dengan suhu di atas 120 derajat celcius. D e k a n F a k u l t a s Peternakan UGM Prof Ali Agus menjelaskan, penyebaran spora atau kumpulan sel antraks dapat bertahan puluhan tahun dalam tanah. Tidak heran ketika penyakit antraks dapat muncul sewaktu-waktu tanpa dike- tahui asal muasalnya. [152]
  Kembali ke sebelumnya