Isi Artikel |
Target Tahun Ini Makin Realistis
Keyakinan Konsumen Pengaruhi Kredit
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar 5,2-5,6 persen. Target 5,2 persen menjadi kian realistis dicapai setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate dan giro wajib minimum primer secara bersamaan.
Pasca penurunan giro wajib minimum (GWM) primer akan ada tambahan likuiditas di sistem perbankan. Kondisi ini memungkinkan bank menurunkan suku bunga deposito sehingga biaya dana lebih rendah. Pada akhirnya, suku bunga pinjaman pun bisa diturunkan.
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Tony Prasetiantono menuturkan, sebelum penurunan suku bunga acuan dan penurunan GWM primer, diperlukan kerja keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 5,2 persen pada tahun ini.
"Dengan dua kali penurunan BI Rate pada Januari dan Februari 2016 serta penurunan GWM primer pada Februari 2016 ini, target pertumbuhan ekonomi 5,2 persen menjadi lebih realistis. Untuk mencapai pertumbuhan lebih dari itu, harus ada stimulus lain atau perlu kerja lebih keras lagi," kata Tony, Jumat (19/2).
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17-18 Februari 2015 memutuskan untuk menurunkan BI Rate dan GWM primer. BI Rate turun 25 basis poin dari 7,25 persen menjadi 7 persen, melanjutkan penurunan 25 basis poin-dari 7,5 persen menjadi 7,25 persen-pada Januari, Adapun GWM turun 1 persen menjadi 6,5 persen, yang berlaku efektif mulai 16 Maret 2016.
GWM primer adalah simpanan minimum yang wajib dipelihara bank dalam bentuk rekening giro di BI, yang dihitung dalam bentuk persentase dana pihak ketiga bank. Penurunan GWM akan menyebabkan jumlah simpanan minimum bank di BI berkurang sehingga dana yang akan dialokasikan untuk kredit bertambah.
BI memperkirakan, pelonggaran ketentuan GWM primer itu akan menambah likuiditas pada industri perbankan sekitar Rp 34 triliun.
Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menuturkan, kalangan usaha menyambut baik penurunan BI Rate dan penurunan GWM. Hal ini akan mendorong bank menurunkan suku bunga kredit.
Setelah suku bunga kredit turun, biaya yang dikeluarkan korporasi untuk membayar suku bunga pinjaman menjadi lebih rendah. Korporasi bisa mengalokasikan dana untuk ekspansi atau investasi.
Keyakinan konsumen
Kepala Ekonom dan Riset PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menuturkan, peningkatan permintaan kredit akan dipengaruhi keyakinan konsumen untuk berbelanja. Permintaan kredit diperkirakan mulai membaik pada Februari ini karena terbantu faktor musiman, yakni industri menaikkan kapasitas menjelang Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di sejumlah daerah akan membaik setelah tren penurunan harga komoditas berakhir. Hal ini juga akan mendorong peningkatan kredit perbankan. (AHA)
|