Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul PELAYANAN KESEHATAN: Calon Dokter Abai, RSUP Sanglah Minta Maaf
Tanggal 29 Januari 2018
Surat Kabar Kompas
Halaman 22
Kata Kunci
AKD - Komisi IX
Isi Artikel   DENPASAR, KOMPAS – Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah di Denpasar, Bali, meminta maaf pada pasien atas tingkah laku salah satu calon dokternya yang dinilai tak etis dan abai.   Calon dokter itu dilaporkan keluarga pasien karena diduga bermain telepon genggam saat pasien anak yang ia awasi mengerang kesakitan. Hingga Minggu (28/1), Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bali, masih mengevaluasi dan memerinci kronologis di ruang inap RSUP Sanglah itu. Calon dokter itu merupakan mahasiswa Jurusan Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Ia saat itu bertugas sebagai ketua residen. Tugasnya mengawasi mahasiswa yang lebih yunior dari dirinya dalam menangani pasien. Saat kejadian, ia tengah berkeliling mengawasi yuniornya yang berjaga malam. Kebetulan malam itu mereka sedang melayani pasien anak-anak. Menurut Kepala Subbagian Humas RSUP Sanglah I Dewa Ketut Kresna, saat sedang berada di dekat pasien, telepon genggam calon dokter itu menyala dengan layar permainan. Pada saat itu, salah satu anggota keluarga pasien memotret calon dokter yang berdiri persis di depan tempat tidur pasien. Foto tersebut diunggah di akun media sosialnya dan akhirnya viral dan ramai diperbincangkan. Pihak Sanglah mengakui foto tersebut asli. Pihak rumah sakit juga telah bertemu dengan keluarga pasien. Namun, hingga kini RSUP Sanglah menolak mengungkap inisial calon dokter itu. Pihak Manajemen RSUP Sanglah bersama Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, universitas tempat calon dokter itu berkuliah, telah menegur dan memberi peringatan kepada calon dokter tersebut. Selain itu, pihak fakultas juga memberikan sanksi penundaan kelulusan selama satu bulan. Ketua IDI Bali dr Igan Anom MARS menyayangkan kejadian tersebut apalagi dilakukan seorang calon dokter. ”Pada sumpah dokter itu disebutkan salah satunya adalah dokter harus bisa berempati terhadap pasien dan keluarganya. Melihat dari foto itu, calon dokter itu terkesan tidak berempati jika memang benar sedang memainkan permainan dari telepon genggamnya,” kata Anom di Denpasar, kemarin. IDI Bali, akan meminta keterangan dan kronologis tersebut dengan rinci. Menurut Igan, hal itu penting untuk memberikan penekanan etika bertelepon genggam ketika dan saat berada di dalam ruangan medis. Bermain dengan telepon genggam saat menangani pasien tidak dibenarkan. Dewa mengatakan, pihak RSUP Sanglah telah berdamai dengan keluarga pasien dan berterima kasih atas unggahan foto itu. Kasus ini menjadi pelajaran agar paramedis lebih bijaksana bertelepon genggam di lingkungan rumah sakit. (AYS)
  Kembali ke sebelumnya