Isi Artikel |
MUTU PENDIDIKAN
Tarik Minat Kaum Muda Jadi Guru
JAKARTA, KOMPAS — Profesi guru harus dapat memberi daya tarik bagi anak-anak muda terbaik bangsa sehingga peningkatan mutu pendidikan terjamin. Untuk itu, karier profesionalisme pendidik harus menarik yang diiringi dengan jaminan kesejahteraan.
“Kita harus menarik anak- anak muda terbaik untuk mau jadi guru. Harus ada perbaikan dalam menyiapkan calon guru agar persoalan kualitas guru yang masih rendah, yang berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan secara nasional, dapat diatasi,” kata Ketua Umum Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia Sunaryo Kartadinata dalam rapat dengar pendapat umum dengan Panitia Kerja Evaluasi Pendidikan Dasar dan Menengah Komisi X DPR di Jakarta, Senin (4/9).
Rapat yang diikuti sejumlah unsur pimpinan organisasi guru itu dipimpin Wakil Ketua Komisi X DPR Sutan Adil Hendra.
Adil mengatakan, dari kajian pemerintah, pemenuhan standar nasional pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin mutu pendidikan masih terkendala. Dari delapan standar, umumnya pemenuhan standar kompetensi lulusan, sarana prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, serta pengelolaan masih rendah.
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Unifah Rosyidi, pihaknya fokus pada peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan bisa mendorong pemenuhan standar lain yang masih rendah. Namun, saat ini terjadi kekurangan guru yang masif.
“Rasio guru dan siswa yang diklaim mewah, itu bukan realitas yang sesungguhnya sebab guru honorer yang digaji rendah pun dihitung sebagai pendidik. Padahal, kita harus menjamin anak-anak diajar oleh guru yang profesional dan sejahtera supaya fokus pada mutu,” ujar Unifah.
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia M Ramli Rahim mengatakan, problem paling serius ialah kompetensi guru yang rendah. Kemampuan menyusun rencana pembelajaran dan penilaian serta kreativitas belum dikuasai para guru.
“Rendahnya kompetensi guru ini bukan karena guru malas belajar. Ruang dan kesempatan untuk meningkatkan profesionalisme para guru terbatas. Sementara itu, pelatihan yang disediakan pemerintah belum merata dan hanya terbatas untuk guru tertentu,” ujar Ramli.
Perwakilan Federasi Serikat Guru Indonesia, Heru Purnomo, mengatakan, guru berkualitas belum merata. Itu karena pemerintah tidak mengembangkan pelatihan guru yang terencana, sistematis, dan tak ditindaklanjuti. Selain itu, pelatihan tidak berdasar analisis kebutuhan guru sehingga manfaatnya tidak optimal. (ELN)
|