Isi Artikel |
Kompas/Wawan H Prabowo
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
MAUMERE, KOMPAS — Pemahaman pendidikan pedagogi di kalangan para guru masih minim. Guru hanya berpikir mentransfer pengetahuan yang dimiliki kepada siswa tanpa memahami perannya sebagai guru yang berada di depan, di tengah, dan di belakang bagi anak didik.
Guru harus berada di depan untuk memberi ide dan gagasan, dan sebagai contoh, di tengah guru harus mampu memberikan ide dan gagasan serta prakarsa. Di belakang, guru harus bisa memberi dorongan atau arahan.
”Guru harus tahu tugas dan peran sebagai pendidik, tetapi sebagian besar guru saat ini sangat minim pengetahuan tentang ilmu pedagogi. Keistimewaan guru adalah pemahaman tentang ilmu pedagogi. Inilah keunikan dari profesi guru, yang membedakan guru dari profesi-profesi lain,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam dalam acara wisuda 300 lulusan perdana Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Maumere di Maumere, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (17/2).
Muhadjir mengatakan, peran serta guru di sekolah sangat sentral karena sebagai figur yang boleh dikatakan serba bisa dan mendekati ”sempurna”. Segala sesuatu yang dibuat, diajarkan, diperlihatkan, dan dilakukan guru memiliki dampak bagi siswa yang sedang belajar menemukan jati diri. Karena itu, ketika guru terlambat masuk kelas, berkata kasar, menghina orang lain, dan berpakaian tidak sopan akan diikuti anak didik.
Tidak serius
Karena masih melihat tugas dan jabatan yang diemban hanya sebatas menstranfer ilmu pengetahuan kepada siswa, guru memaksa anak didik mencatat, menghapal, dan memahami apa yang diajarkannya. Hubungan guru dengan siswa hanya sebatas menerangkan dan memahami apa yang diterangkan. Ketika siswa mendapatkan nilai di bawah angka standar, atas apa yang disampaikan, guru merasa diri telah gagal mengajar siswa.
Kepala SMA Katolik John Paulus II Maumere Romo Fidelis Dua Pr mengatakan, pengetahuan pedagogi di kalangan sebagian besar guru masih terbatas. Selama masa pendidikan, calon guru dan lembaga pendidikan perguruan tinggi lebih fokus pada pemenuhan satuan kredit semester. Pendidikan pedagogi tidak mendapat perhatian serius.
Pada masa sekolah pendidikan guru, pendidikan pedagogi lebih ditekankan. Pemahaman tentang psikologi siswa didik pun diajarkan sehingga para calon guru bisa mempelajari watak anak didik masing masing.
”Pak Menteri mengisyaratkan pembangunan pusat pelatihan dan mutu pendidikan guru di Maumere. Pusat pelatihan kompetensi guru ini sangat mutlak diadakan sehingga kemampuan guru terus ditingkatkan, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan di lapangan,” katanya.
Dalam pertemuan dengan Uskup Maumere Mgr Cherubim Pareira SVD, Muhadjir mengatakan, pemerintah akan membangun pusat pelatihan guru di Maumere di bawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Katolik. Selain itu, juga dibangun sekolah berasrama. Pertimbangannya, NTT merupakan salah satu provinsi yang masuk kategori tertinggal, terluar, dan terdepan (3T). Kunci memajukan daerah 3T, salah satunya dengan meningkatkan mutu pendidikan guru. (kor)
|