Isi Artikel |
JAKARTA, KOMPAS — Jika memang sudah yakin akan kebaikannya, komunitas pewayangan Indonesia dapat saja merayakan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Indonesia. Hal ini mengemuka dalam Rapat Gabungan Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia di Gedung Pewayangan Kautaman, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (27/2).
Meskipun belum ditetapkan oleh pemerintah, jika komunitas pewayangan Indonesia bisa menyepakati tanggal 7 November—bertepatan dengan tanggal diakuinya wayang sebagai Karya Agung Lisan dan Warisan Kemanusiaan Tak Benda atau lebih ringkasnya Karya Agung Budaya Dunia oleh UNESCO—baik untuk dirayakan sebagai Hari Wayang Indonesia. Pandangan itu antara lain dikemukakan dalang ternama Ki Manteb Sudarsono.
Penetapan Hari Wayang dipercayai dapat menambah kemantapan para pemangku kepentingan dalam seni tradisi ini yang selama ini telah berkiprah dan berkontribusi dalam pembangunan kebudayaan Indonesia. Ketua Umum Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Senawangi) Suparmin Sunjoyo menambahkan, upaya terkait dengan masalah ini akan terus dilanjutkan antara lain dengan berkirim surat lagi kepada Presiden Joko Widodo.
Ikut terwakili dalam rapat gabungan kemarin adalah pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi), ASEAN Puppetry Association (APA) Indonesia, Union Internationale de la Marionnette (UNIMA) Indonesia.
Filsafat wayang
Setelah diakui oleh UNESCO 7 November 2003, wayang Indonesia yang sebelumnya telah memperkaya seni budaya ini—antara lain dengan adanya Punokawan dan berbagai cerita inovatif yang tidak terdapat dalam kitab Mahabharata—juga telah mengembangkan kemampuannya, dalam hal ini adalah dengan melahirkan apa yang disebut dengan Filsafat Wayang.
Sesepuh Senawangi Solichin dalam uraiannya menyatakan, berbagai keburukan yang ada di tengah masyarakat Indonesia selama ini disadari tak bisa hanya diatasi dengan pendekatan legalistik. Pendidikan dan penyebarluasan laku mulia harus dilakukan pula.
Lebih jauh lagi, rapat tersebut juga menegaskan, wayang Indonesia telah mendunia dan sangat berarti bagi upaya membangun persahabatan antarbangsa.
Terkait dengan berlangsungnya tahun politik, Senawangi bersama organisasi mitranya juga menerbitkan pernyataan bersama yang antara lain berisi penegasan sikap netralnya dan pemanfaatan wayang untuk meningkatkan sikap dan perilaku toleransi. (NIN)
|