Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul INVESTASI - Investasi Sekaligus atau Bertahap?
Tanggal 06 Maret 2018
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi VI
Isi Artikel   HANDINING Joice Tauris Santi Investasi pada saham dan reksa dana dapat dilakukan secara sekaligus ataupun bertahap. Kedua cara itu tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Perpaduan dalam menggunakan kedua cara tersebut tentu akan membuat hasil investasi yang lebih maksimal. Mengapa perpaduan itu lebih baik? Sebab, pasar keuangan selalu berubah. Kadang naik tinggi, kadang juga turun. Dari menit ke menit, harga-harga saham selalu berubah. Demikian pula dengan pasar surat utang atau obligasi. Meskipun fluktuasinya tidak seperti pasar saham, harga obligasi naik dan turun setiap hari. Harga saham dan obligasi yang naik turun menjadi salah satu faktor risiko investasi. Jika harga turun, investasi kita malah berkurang, bukan bertambah banyak.   KOMPAS/RADITYA HELABUMI Informasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpampang pada layar di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (1/3). Mengawali perdagangan pada Maret, IHSG ditutup menguat 0,13 persen atau 8,84 poin di level 6.606,05. Bayangkan jika harga saham PT ABC Tbk yang kita beli pada harga Rp 1.500 per saham turun menjadi Rp 1.200 per saham. Setiap unit saham, kita merugi Rp 300. Ketika satu lot terdiri atas 100 unit saham, berarti setiap lot ada kerugian sebesar Rp 30.000. Jika jumlah lot yang kita miliki 100, berarti ada kerugian sebesar Rp 3 juta karena penurunan harga tersebut. Salah satu cara untuk menghindari kerugian adalah dengan membeli saham, obligasi, atau reksa dana secara bertahap. Pembelian dilakukan baik ketika pasar sedang turun maupun sedang naik. Istilah yang sering digunakan adalah cost averaging. Intinya adalah mencicil pembelian saham, obligasi, reksa dana setiap bulan secara teratur. Ketika pasar sedang dalam tren menurun, cara ini sangat efektif untuk mengurangi kerugian akibat penurunan harga saham atau obligasi. Terlihat dalam tabel di atas, harga rata-rata aset, dapat berupa saham, obligasi, atau reksa dana, akan lebih rendah jika menggunakan metode cicilan. Dengan jumlah investasi sama, sebesar Rp 6 juta harga rata-rata aset dengan cara mencicil hanya Rp 1.129 per unit. Sementara dengan satu kali investasi sebesar Rp 6 juta pada awal tahun, harga rata-rata didapatkan Rp 1.500. Harga rata-rata ini akan berdampak pada kinerja. Jika Januari tahun sebelumnya harga aset tersebut naik menjadi Rp 1.300, dengan metode cicilan masih didapatkan keuntungan sebesar Rp 1.300-Rp 1.129 = Rp 171 per unit. Sementara dengan harga rata-rata sebesar Rp 1.500, jika harga aset naik menjadi Rp 1.300, masih ada selisih rugi sebesar Rp 200.   M PASCHALIA JUDITH J UNTUK KOMPAS Penulis buku #YukBelajarSaham untuk Pemula Frisca Devi (kanan), penulis buku Yuk Belajar Nabung Saham Ryan Filbert (ketiga dari kanan), serta dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Prita Hapsari Ghozie (kedua dari kiri) dalam acara bedah buku di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/1). Metoda DCA atau cicilan ini sangat berguna bagi investor pemula. Pembelian reksa dana secara cicilan dapat melalui fasilitas autodebet. Setiap bulan, bank akan mendebet sejumlah dana dari rekening untuk dimasukkan ke dalam rekening investasi. Metode ini juga cocok bagi investor yang memiliki pendapatan tetap. Kelemahan metode Namun, cara cicilan ini juga memiliki kelemahan. Cara ini kurang cocok jika dilakukan ketika pasar sedang naik. Kinerja yang dihasilkan akan berkurang. Dari tabel terlihat, dengan metode cicilan, harga rata-rata didapatkan sebesar Rp 1.342. Sementara pada akhir tahun, harga aset mencapai Rp 1.500. Jadi ada selisih keuntungan sebesar Rp 158 per unit. Sementara bila membeli sekaligus pada awal tahun, harga rata-rata yang didapatkan sebesar Rp 1.000 dengan harga akhir tahun Rp 1.500, berarti ada selisih keuntungan sebesar Rp 500 per unit. Selisih keuntungan ini tentu lebih besar jika dibandingan dengan metode cicilan. Metode lump sum atau sekaligus memberikan kinerja lebih baik pada saat pasar sedang naik. Karena itu, perlu adanya evaluasi berkala, setidaknya satu kali dalam tiga bulan untuk melihat kinerja investasi kita.   AP PHOTO/SHIZUO KAMBAYASHI Bayangan warga yang berjalan, Rabu (29/11/2017), terpantul pada layar besar yang menampilkan pergerakan saham di lantai bursa Tokyo. Jika pasar sedang menurun, metoda cicilan dapat mengurangi risiko dan fluktuasi harga aset. Sebaliknya, jika pasar sedang bagus, metode investasi sekaligus dapat menjadi pilihan karena memberikan imbal hasil lebih tinggi. Dalam praktiknya, jika sudah memiliki skema autodebet untuk mengisi rekening investasi, sebaiknya dilakukan juga pembelian aset yang lebih besar ketika pasar sedang menanjak. Perpaduan dari kedua cara ini akan memberikan hasil yang lebih maksimal ketimbang menggunakan satu cara saja dalam berinvestasi. Selalu melakukan evaluasi berkala, setidaknya setiap tiga bulan. Kemudian, selalu menyesuaikan diri dengan kondisi di pasar keuangan dapat membuat hasil investasi menjadi lebih berkembang. Selamat berinvestasi.
  Kembali ke sebelumnya