Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul E-DAGANG - Semakin Banyak Perusahaan Ritel Terjun ke Daring
Tanggal 27 Maret 2018
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi VI
Isi Artikel   ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS Kunjungan iLOTTE ke redaksi harian Kompas di Jakarta, Selasa (27/3/2018). JAKARTA, KOMPAS — Semakin banyak perusahaan ritel terjun ke platform e-dagang di era digital ini. Kali ini, pusat perbelanjaan atau mal juga masuk ke dunia daring. PT Indo Lotte Makmur (LOTTE), perusahaan makanan dan belanja asal Jepang dan Korea Selatan, meluncurkan indoLOTTE atau iLOTTE  sejak Oktober 2017 di Indonesia. iLotte dinyatakan sebagai mal daring pertama yang hadir di Indonesia. iLOTTE merupakan hasil joint-venture antara Indo Lotte Makmur dan Salim Group. Adapun perusahaan ritel lokal yang telah terjun ke platform digital adalah MatahariMall. Chief Marketing Officer Ardi A Sudarto, dalam kunjungan ke redaksi harian Kompas, di Jakarta, Selasa (27/3/2018), menyatakan, kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat menjadi alasan dibentuknya iLOTTE. ”Kami menerapkan prinsip perdagangan online to offline atau O2O,” kata Ardi. Dengan demikian, barang dipesan secara daring, tetapi diambil langsung dari toko yang menjual produk. Prinsip yang ditekankan adalah produk yang disediakan adalah barang berkualitas yang telah diawasi. ELSA EMIRIA LEBA UNTUK KOMPAS Kunjungan iLOTTE ke redaksi harian Kompas di Jakarta, Selasa (27/3/2018). Selain itu, platform iLOTTE juga menyediakan informasi terkait produk melalui iStyle, pengiriman logistik dalam tiga jam melalui flash delivery, serta pengambilan pesanan di beberapa titik mal tertentu dengan iPoint. Ia menambahkan, persaingan e-dagang di Indonesia tidak mudah. Apalagi, saat ini persaingan semakin sengit dengan masuknya investor asal China. ”Konsumen e-dagang secara umum berpikir belanja daring harus murah sehingga banyak promosi,” ujarnya. Hal tersebut dinilai dilakukan oleh sejumlah perusahaan e-dagang guna meningkatkan nilai perusahaan di mata konsumen. Namun, akibatnya adalah mereka sering tidak menghasilkan profit. Setelah terkenal, baru perusahaan mencoba menarik investor untuk berinvestasi.                    ELSA.EMIRIA -
  Kembali ke sebelumnya