Judul | Lonjakan Harga Bawang Putih Terkesan Ironis |
Tanggal | 27 Maret 2018 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | 18 |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi IV - Komisi VI |
Isi Artikel | KOMPAS/RADITYA HELABUMI Pekerja memanggul kantong berisi bawang putih di Gudang 20 Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Jakarta Utara, Rabu (17/5/2017). JAKARTA, KOMPAS — Harga bawang putih naik hampir 50 persen dalam dua bulan terakhir. Sejumlah pihak menduga ada gangguan pasokan sebagaimana terjadi awal tahun lalu. Situasi ini merugikan masyarakat. Hal ini juga dinilai ironis karena sebagian besar kebutuhan bawang putih dipenuhi dengan impor. Izin impor diterbitkan pemerintah yang juga memegang nama dan kuota importir. Di pasar-pasar tradisional di DKI Jakarta, Senin (26/3), bawang putih dijual rata-rata Rp 40.791 per kg, naik 49,7 persen dibandingkan 2 Februari 2018. Secara nasional, menurut data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga rata-rata bawang putih Rp 35.750 per kg, naik 48,3 persen dibandingkan 2 Februari 2018. Gejolak serupa terjadi Januari-Mei 2017. Ketika itu, harga bawang putih konsisten naik, mencapai 70,1 persen. Harga kemudian turun setelah pemerintah dan sejumlah importir menggelar operasi pasar bawang putih. Direktur Pengembangan Agribisnis Pusat Komoditi Nasional Soekam Parwadi saat dihubungi di Magelang, Jawa Tengah, Senin, menyebutkan, gejala kenaikan harga terasa sejak pertengahan Januari 2018. Para pelaku perdagangan telah menyampaikan adanya potensi kenaikan harga karena pasokan bawang putih ke pasar terus turun. Namun, gangguan pasokan belum tertangani hingga kini. Menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati, lonjakan harga bahan pangan merugikan konsumen. Harga bawang putih semestinya stabil karena kekurangan produksi sudah diperhitungkan sebelumnya dan selama bertahun-tahun mayoritas kebutuhan dipenuhi melalui importasi. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahja Widayanti mengatakan, pihaknya masih menelusuri penyebab kenaikan harga bawang putih itu. Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, harga bawang putih semestinya stabil karena sebagian besar impor. Volume impor dihitung dengan mempertimbangkan kebutuhan dan proyeksi produksi di dalam negeri. Karena itu, semestinya tidak ada alasan harga bawang putih naik. Jelang Lebaran Terkait dengan harga bahan pangan pokok, Amran meminta jajarannya mengamankan harga komoditas pangan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini. Selain beras, enam komoditas lain mendapat perhatian, yakni daging dan telur ayam, daging sapi, bawang merah dan bawang putih, serta cabai. Untuk mengantisipasi kebutuhan daging saat memasuki Ramadhan dan Idul Fitri, Perum Bulog sudah mengimpor daging kerbau beku sebanyak 20.000 ton. Diperkirakan daging kerbau impor tersebut mulai masuk ke Indonesia awal April 2018. Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti di Jakarta, Senin, mengatakan, daging kerbau impor dari India itu akan masuk secara bertahap pada April dan Mei 2018. (MKN/FER) |
Kembali ke sebelumnya |