Selamat datang di website E-PAPER PERPUSTAKAAN DPRRI.

Koleksi Perpustakaan DPR RI

Judul PERUSAHAAN RINTISAN - Keinginan Bantu Sesama, Modal Atasi Kegagalan
Tanggal 01 April 2018
Surat Kabar Kompas
Halaman -
Kata Kunci
AKD - Komisi VI
Isi Artikel   MACHRADIN WAHYUDI RITONGA UNTUK KOMPAS Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky (kanan) berbagi cerita dalam merintis Bukalapak di UI, Depok, Sabtu (31/3/2018). Saat ini, Bukalapak menjadi salah satu perusahaan rintisan yang telah mencapai status unicorn (perusahaan yang bernilai lebih dari 1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 13 triliun). Kegagalan memang menjadi pil pahit dalam menjalankan setiap bisnis, termasuk usaha rintisan di era digital. Namun, konsistensi dalam mewujudkan ide menjadi modal kuat perusahaan rintisan atau start upini tetap bertahan, terutama jika ide tersebut berguna untuk masyarakat. Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky bersama Co-Founder dan CEO Kitabisa.com M Alfatih Timur menceritakan perjuangan mereka mendirikan perusahaan rintisan. Dalam Diskusi Enterpreneur Muslim oleh Shafa Community di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia, Depok, Sabtu (31/3/2018), mereka mengungkapkan, keinginan untuk memberdayakan masyarakat dan menolong orang lain menjadi kekuatan untuk bisa melewati titik terendah dalam menjalankan usaha rintisan. Zaky menyatakan, konsistensi untuk tetap menjalankan usaha adalah kunci yang membawanya dalam kesuksesan. Sebagai pendiri perusahaan rintisan yang berhasil menyandang status unicorn, atau perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari 1 miliar dollar AS, ia mengaku mengawali usaha ini dengan susah payah. ”Awal membuka Bukalapak tahun 2011 tidak banyak yang menjadi pelapak (pemilik akun dagang di Bukalapak) karena e-commerce pada tahun itu masih belum dikenal. Dulu tempat kerja kami adalah kamar kosan yang jadi kantor. Investor tidak ada yang percaya dengan kami pada saat itu. Semuanya kabur saat tahu keadaan kantor kami,” ujarnya. Konsistensi Zaky beserta Bukalapak untuk tetap bertahan membuahkan hasil. Saat ini, kata Zaky, Bukalapak memiliki sekitar 3 juta pelapak yang aktif. Hampir semua pelapak berasal dari pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). NINO CITRA ANUGRAHANTO UNTUK KOMPAS Para pelapak dari sejumlah daerah yang tergabung dalam Komunitas Pelapak Bukalapak di Wisma Aldiron, Pancoran, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2017). Zaky berujar, cita-cita untuk memberdayakan UMKM melalui Bukalapak yang membuatnya tetap bertahan. Ia berharap, semua pelaku UMKM bisa memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mengembangkan usaha sehingga bisa meningkatkan perekonomian nasional. Tidak hanya menyediakan platform, Zaky menuturkan, Bukalapak juga memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM yang menjadi pelapak sehingga menambah kemampuan mereka untuk meningkatkan produktivitas. ”Saat ini masih ada 50 juta UMKM dan 3 juta di antaranya telah bergabung bersama kami. Kami masih belum tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau semuanya. Seiring perkembangan teknologi, kami yakin semuanya bisa memanfaatkan era digital ini,” tuturnya.                   MACHRADIN.WAHYUDI Usia muda, kata Zaky, menjadi modal utama jika ingin mengembangkan usaha rintisan. ”Jika ingin mengembangkan usaha, sebaiknya dimulai dari sekarang, selagi masih muda, di saat hanya memikirkan diri sendiri. Saya saja pas masih awal cuma makan nasi kuah di warung tegal,” ujarnya dan disambut tawa peserta diskusi yang mayoritas pemuda. Senada dengan Zaky, Alfatih Timur, yang akrab disapa Timmy, menjelaskan, perjalanan sulit dialami saat merintis Kitabisa.com. Sebagai salah satu perusahaan sosial dengan sistem crowdfunding (penggalangan dana bersama) pertama di Indonesia, Kitabisa.com awalnya tidak begitu dikenal. Mulai berdiri tahun 2013, masyarakat masih belum terbiasa dengan penggalangan dana dengan sistem digital. ”Menjadi yang pertama juga sangat menyulitkan. Saat merintis, kami hanya bisa mencontoh beberapa situs crowdfunding dari luar negeri. Sistem pendanaan yang masih baru bagi masyarakat pada saat itu membuat kami kesulitan untuk menggalang dana,” katanya. MACHRADIN WAHYUDI RITONGA UNTUK KOMPAS Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky (kiri) dan Co-Founder dan CEO Kitabisa.com M Alfatih Timur . Hal ini membuat Timmy pesimistis di awal perjalanan Kitabisa.com sebagai perusahaan rintisan. Namun, setelah melihat usaha yang dilakukannya telah membantu banyak orang, Timmy seakan mendapatkan semangat untuk tetap menjalankan usaha sehingga bisa sebesar sekarang. Dengan memanfaatkan cerita-cerita positif dari penerima donasi, Kitabisa.com mendapatkan perhatian sehingga saat ini mampu mengumpulkan dana lebih dari Rp 238 miliar. Rata-rata Kitabisa.com mampu mengumpulkan Rp 13 miliar per bulan. Situs ini juga memiliki sekitar 600.000 donatur yang disebut #orangbaik. Donatur Kitabisa.com menyasar generasi milenial dengan rentang umur 25-40 tahun. Timmy berujar, generasi milenial memang menjadi sasaran karena rata-rata generasi ini memanfaatkan media sosial dan teknologi digital dalam beraktivitas. Menurut Timmy, semakin banyak orang mau menjadi donatur, maka semakin banyak orang yang bisa ditolong.”Target kami adalah pertumbuhan pengguna, bukan keuntungan materi. Saat ini Kitabisa.com juga masih mengutamakan bantuan di bidang medis karena masih banyak yang membutuhkan di bidang ini,” tuturnya. Kebahagiaan yang terpancar dalam senyuman dari penerima donasi inilah yang membuat Timmy untuk tetap berkarya melalui Kitabisa.com. Peningkatan daya produksi UMKM juga membuat Zaky tetap berupaya mengembangkan Bukalapak. Bagi mereka, saat produk yang diciptakan berguna untuk orang banyak, kegagalan tidak akan memadamkan semangat untuk terus bergerak.
  Kembali ke sebelumnya