Isi Artikel |
DHANANG DAVID UNTUK KOMPAS
Acara kerja sama antara Bank Standard Charterd dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (perusahaan ritel pengelola Alfamart) di Jakarta, Senin (2/04/2018).
JAKARTA, KOMPAS — Para pemasok dan mitra bisnis jaringan ritel kerap mengalami masalah terkait permodalan. Selain itu, siklus produksi pemasok juga terkendala karena pembayaran dari pengiriman barang ke ritel memakan waktu yang lumayan lama. Oleh sebab itu, kerja sama antara perbankan dan perusahaan jaringan ritel diperlukan agar sistem pendanaan lebih efektif.
Head of Cash Management and Banks Standard Chartered Rolly A Lahagy menjelaskan, program solusi modal kerja terpadu dapat membantu para pemasok untuk jaringan ritel dalam pendanaan.
”Program ini merupakan solusi bagi pemasok dengan menerima pembayaran di awal atas faktur yang telah diserahkan dan disetujui Alfamart,” katanya dalam acara kerja sama antara Bank Standard Charterd dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (perusahaan ritel pengelola Alfamart) di Jakarta, Senin (2/04/2018).
Para pemasok biasanya baru mendapat pembayaran setelah 40 hari dari waktu pengiriman barang ke ritel. Rolly menjelaskan, dengan adanya sistem ini, pemasok bisa menerima pembayaran lebih cepat.
DHANANG DAVID UNTUK KOMPAS
Head of Cash Management and Banks Standard Chartered Rolly A Lahagy
”Alurnya hanya selama empat hari kerja. Jadi, proses pertama ialah pemasok menukar faktur penjualan, kemudian mengunggah faktur ini secara elektronik ke Standard Chartered. Kemudian, kami akan memproses faktur ini sesuai dengan arahan Alfamart. Proses akhirnya, pemasok bisa memilih faktur mana yang ingin segera dibayarkan oleh pihak Alfamart,” ujarnya.
Rolly mengatakan, sistem ini juga memberikan kemudahan bagi para pemasok dan mitra jaringan ritel untuk mendapatkan permodalan. Pemasok hanya dikenai bunga 8,5 persen dari total faktur per tahun. Bunga ini lebih kecil dibandingkan pinjaman bank sebesar 11 persen per tahun. Pada tahun ini, diharapkan pinjaman modal sebesar Rp 350 miliar bisa tersalurkan untuk para mitra jaringan ritel ini.
”Kemudian, pemasok hanya memerlukan SIUP dan NPWP untuk syarat mendapatkan modal. Semua transaksi menjadi lebih efisien melalui sistem elektronik,” ujarnya.
Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Hans Prawira mengatakan, saat ini sudah ada Rp 2,3 triliun yang disiapkan untuk belanja modal. Menurut dia, biaya ini akan digunakan untuk memperpanjang kontrak toko lama dan membuka toko baru.
”Sebagian besar toko yang ada masih menyewa dengan jangka waktu lima tahun. Pada akhir 2017 tercatat sudah ada 13.477 jaringan toko dan 400 pemasok di seluruh Indonesia,” ucapnya.
DHANANG DAVID UNTUK KOMPAS
Keuntungan sistem permodalan terpadu
Target
Hans menjelaskan, tahun ini Alfaria berencana menambah jumlah toko di Jawa dan luar Pulau Jawa. ”Kami berencana menambah 800 gerai lagi, 50 persen di Jawa dan 50 persen di luar pulai Jawa,” ujarnya.
Menurut Hans, penambahan jumlah toko ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu. Pada 2017 ada 1.011 Alfmart baru yang tersebar di seluruh Indonesia. Hans mengatakan, penurunan ini bertujuan agar sesama toko tidak saling kanibal dan merugikan toko lainnya.
”Harus ada efisiensi toko ini. Selain itu, kami berharap tahun ini kami bisa mendapatkan keuntungan dari sejumlah event di Indonesia, seperti Asian Games,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Aprindo Roy N Mandey mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, industri ritel mengalami pelambatan pertumbuhan. Data Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebutkan, pertumbuhan pada 2017 hanya berkisar 7-7,5 persen. Jumlah itu menurun dibandingkan 2016, sebesar 9 persen.
Untuk kembali ke pertumbuhan dua digit seperti 2013 dan 2014, Roy menilai usaha ritel harus bertransformasi menggunakan palform digital, yaitu e-dagang.
”Harus mulai menggunakan omnichannel karena sekarang sudah terjadi perubahan pola perilaku,” ujar Roy.
Penggunaan omnichanel berfungsi untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Konsumen yang berorientasi pada teknologi lebih menyukai sesuatu yang cepat dan praktis. Untuk itu, e-dagang mampu mempermudah dan memperluas akses produk. (Kompas, 24/01/2018)
|