Isi Artikel |
KOMPAS/PRIYOMBODO
Berbagai model mebel dan kerajinan dipamerkan dalam Indonesia International Furniture Expo 2018 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (9/3). Pameran mebel berbasis bussiness to bussiness terbesar di Tanah Air ini akan berlangsung hingga 12 Maret mendatang.
JAKARTA, KOMPAS – Pengembangan industri mebel berbasis komunitas atau koperasi dinilai efektif untuk mempercepat peningkatan daya saing dan kinerja ekspor pengusaha kecil dan menengah. Konsep tersebut memungkinkan para anggota saling berinteraksi dan berbagi informasi menyangkut bahan baku, desain, teknologi, akses pasar, dan aspek lainnya.
“Melalui konsep pembinaan seperti ini sudah terbentuk tiga komunitas. Tidak menutup kemungkinan pola serupa akan dikembangkan di tempat lain,” kata Direktur Industri Kecil Menengah (IKM) Pangan, Barang dari Kayu, dan Mebel Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Sudarto, di Jakarta, Senin (2/4/2018).
Komunitas yang dimaksud adalah Komunitas Industri Mebel dan Kerajinan Solo Raya (Kimkas). Anggotanya sekitar 50 industri menengah dan eksportir. Merekalah yang nantinya bisa menarik mitra-mitra usaha berskala lebih kecil sebagai subkontraktor untuk produksi. Pelaku usaha kecil pun berpotensi lebih cepat naik kelas.
Industri menengah itu mengawal produk dengan desain yang layak dipasarkan dan dikerjakan subkontraktor. Kerja sama bisa dimulai sejak bahan baku, tenaga kerja, kendali mutu produk, dan lainnya.
Selain Kimkas, terbentuk pula Masyarakat Kerajinan dan Mebel Mataram (Makarema) dengan sekitar 35 anggota di Yogyakarta. Selain itu juga Koperasi Industri Mebel dan Kerajinan Asal Jepara (Kidjar) dengan sekitar 125 anggota. Bergabungnya IKM dalam sebuah komunitas memberikan kemudahan, misalnya, dalam mendapatkan bahan baku dari Perhutani.
“Kimkas, Kidjar, dan Makarema pun sudah memajang produknya di pameran, seperti Ifex (Indonesia International Furniture Expo) di JiExpo Kemayoran beberapa waktu lalu. Satu produk yang ditampilkan bisa mewakili beberapa perusahaan atau IKM mebel di daerah tersebut,” tutur Sudarto.
Bantuan promosi juga dilakukan melalui kerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah. Lewat pengembangan berbasis komunitas, IKM berpeluang menggarap potensi besar pasar mebel dalam negeri, seperti kursi di kampus dan perkantoran.
Senada dengan itu, Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia Ikhsan Ingratubun menuturkan, UMKM sebaiknya mendapat alokasi kebutuhan nasional sehingga dapat masuk dalam pengadaan barang dan jasa.(CAS)
|