Isi Artikel |
Seorang penjaga salah satu gerai yang turut serta dalam pameran halal internasional Indonesia di Jakarta, beberapa waktu yang lalu.
KUALA LUMPUR, KOMPAS – Dari tahun ke tahun potensi industri halal kian meluas. Tidak hanya dari sisi pasar tetapi juga variasi industri yang bisa bersertifikat halal. Pemerintah Malaysia berupaya serius membidik ceruk ekonomi ini.
Pada pembukaan World Halal Week 2018, Rabu (4/4), Deputi perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Ahmad Zahid Hamidi, menyatakan, beberapa dekade lalu produk halal dipersepsikan dengan hanya urusan religius. Produk halal kala itu hanya dipahami untuk memenuhi kebutuhan penduduk Malaysia.
Akan tetapi, seiring waktu persepsi itu berubah. Penduduk non-muslim pun tertarik dengan produk halal. Produk halal yang menjamin kebersihan, keamanan, dan jaminan mutu banyak diterima oleh populasi non-muslim di dunia. Inilah yang kemudian menciptakan peluang ekonomi yang besar terlebih diperkirakan populasi muslim global akan mencapai 27 persen dari populai global.
“Negara-negara seperti India, Pakistan, Bangladesh, juga negara-negara di Afrika muncul sebagai pasar baru produk halal. Selain itu, perkembangan produk halal di negara Jepang, Korea Selatan, juga China pun meningkat dan sudah saling berkompetisi,” kata Ahmad Zahid.
Di samping itu, industri halal juga kian meluas dari hanya sekadar makanan dan minuman kemudian muncul produk farmasi, kosmetik, perbankan dan keuangan, alat kesehatan, logistik, kemasan produk, hingga pariwisata.
“Ekspor produk halal Malaysia diharapkan tumbuh lima persen dari 43,39 miliar Ringgit Malaysia tahun 2017 menjadi 45 miliar Ringgit Malaysia tahun ini. Ada peluang secara global yang bisa dimanfaatkan sebab pasar muslim secara global diproyeksikan mencapai 7,7 triliun dollar Amerika (USD) di tahun 2030,” tuturnya.
Pemerintah Malaysia sendiri, ujar Ahmad Zahid, berkomitmen untuk menjadikan Malaysia sebagai hub pada industri halal secara global. Ini dilakukan dengan menciptakan iklim yang mendukung terhadap pengembangan industri halal. Hal ini dilakukan dengan
Menteri pada Kantor perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Abdul Rahman Dahlan, menambahkan, World Halal Week tahun 2018 yang bertemakan “Building the Future” tersebut memiliki tiga pilar kegiatan utama, yakni The Malaysia International Halal Assembly (MyHA) yang diselenggarakan oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim), The Malaysia International Halal Showcase (MIHAS) yang diadakan oleh Malaysia External Trade Development Corporation (Matrade), dan The World Halal Conference yang dikoordinasi oleh Halal Industry Development Corporation (HDC).
Deputi Chief Executive Officer (CEO) Matrade, Dato’ Wan latif Wan Musa, menambahkan, salah satu sektor dari industri halal yang masih perlu didorong ialah perbankan dan keuangan seperti misalnya mendorong penerbitan sukuk dan obligasi syariah.
Ditemui terpisah, Atase Perdagangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Rifah Ariny, menyampaikan, ada beberapa produk halal Indonesia yang sudah masuk di Malaysia, antara lain kopi, deterjen, kecap, dan biskuit. Meski antara Jakim dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia telah saling mengakui sertifikat halal satu sama lain, masih relatif sulit mendekati konsumen Malaysia untuk mau memakai produk Indonesia yang bersertifikat halal dari MUI. “Warga Malaysia lebih nyaman menggunakan produk yang bersertifikat halal dari Jakim,” ujarnya.
|