Isi Artikel |
Jejeran kemah di perkemahan To’tombi, dataran tinggi Loli, Toraja Utara. Lolai kini jadi magnet baru wisata Toraja dan terkenal sengaja sebutan Negeri Diatas Awan.
Kompas/Reny Sri Ayu (REN)
28-12-2016
KUALA LUMPUR, KOMPAS – Peluang investasi Malaysia di Indonesia terbuka lebar dengan banyaknya potensi yang belum digarap di berbagai kabupaten dan kota. Pemerintah daerah pun memikat investor Malaysia dengan perizinan yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat.
Bupati Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Kalatiku Paembonan di sela Forum Investasi Regional di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (4/4/2018), mengatakan, pihaknya membutuhkan investasi, seperti untuk hotel bintang lima. Jumlah tujuan wisata di kabupaten itu mencapai 387 tempat.
“Akan tetapi, tujuan wisata yang termasuk besar saat ini baru sebanyak 17 tempat antara lain Bukit Pasir Sumalu, Negeri di Atas Awan, dan Tongkonan Layuk,” katanya.
Di Toraja Utara, baru terdapat dua hotel bintang empat, dua hotel bintang tiga, dan lima hotel bintang satu. Selain itu, hanya tersedia hotel kelas melati dan homestay sebanyak 121 unit. Padahal, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kabupaten itu terus meningkat. Pada tahun 2015, jumlah itu sebanyak 131.037 orang, 249.497 orang (2016), dan 284.625 orang (2017).
Hotel berbintang lima, Kalatiku diyakini mampu menarik lebih banyak wisatawan, terutama mancanegara ke Toraja Utara. Selain itu, menurut Kalatiku, pihaknya menerima pengusaha Malaysia yang ingin membangun lapangan golf dan kereta gantung di kabupaten itu.
“Kami juga mengharapkan investasi kebun kopi. Terdapat lahan yang berpotensi untuk ditanami kopi dengan luas sekitar 42.000 hektar di Toraja Utara,” ucapnya. Kalatiku mengatakan, produksi kopi Toraja Utara pada tahun 2017 mencapai 3.482 ton.
Wali Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, Ali Ibrahim mengatakan, lahan seluas 50.000 hektar di daerahnya siap digunakan investor, termasuk pengusaha Malaysia. “Lahan itu potensial untuk digunakan investor peternakan sapi dan kambing, serta perkebunan jagung,” ujarnya.
Potensi investasi lain, yakni budidaya udang vaname dan rumput laut. Pemkot Tidore Kepulauan berupaya mempermudah perizinan untuk para investor. “Dalam waktu tiga jam, investor bisa menyelesaikan perizinan,” ujarnya.
Berbagai jenis makanan khas Maluku Utara yang berbahan dasar sagu, ubi, dan ikan tampil dalam pesta kuliner masakan Maluku Utara di Festival Teluk Jailolo, 2013, di Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara, Sabtu (18/5). Festival yang rutin diadakan setiap tahun ini bertujuan untuk mengangkat budaya suku-suku di Halmahera Barat dan juga potensi pariwisatanya.
Kompas/Totok Wijayanto (TOK)
18-05-2013
foto lepas
Bupati Halmahera Barat, Maluku Utara, Danny Missy mengatakan, pihaknya membuka kesempatan untuk pengusaha Malaysia yang ingin menanamkan modalnya di kabupaten tersebut. Sektor-sektor yang menjadi peluang utama untuk berinvestasi di Halmahera Barat, yakni pertanian, perikanan, dan pariwisata.
Berbagai komoditas pertanian unggulan Halmahera Barat antara lain jagung, kelapa, pala, jahe merah, dan cengkeh. Selain itu, peternakan sapi dan kambing juga berpotensi besar untuk dibangun di Halmahera Barat. Potensi lain yang bisa dikembangkan, yaitu pertambangan.
“Hasil tambang Halmahera Barat antara lain emas, tembaga, dan nikel. Selain itu, terdapat potensi panas bumi,” kata Danny. Jika prosesnya berjalan lancar, para investor bisa menuntaskan perizinan paling cepat satu jam dan paling lama satu hari.
Bupati Bone Bolango, Gorontalo, Hamim Pou, mengatakan, sekitar 1.250 hektar lahan di daerahnya bisa digunakan untuk penggembalaan dan penggemukan sapi. “Selain itu, di Pantai Olele belum ada resort atau hotel yang bisa dibangun investor Malaysia,” ujarnya.
Pejabat Penghubung Investasi Indonesia Malaysia yang juga Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi pengusaha Malaysia berinvestasi di Indonesia.
“Indonesia diprediksi menempati rangking ke-9 sebagai kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2030, bahkan ke-4 pada tahun 2050,” ujarnya.
Pada tahun 2030, produk domestik bruto Indonesia diperkirakan mencapai 2,66 triliun dollar AS dan pada tahun 2050 sebesar 8,74 triliun dollar AS.
Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Rusdi Kirana mengatakan, banyak potensi di Indonesia yang bisa digarap investor asing. “Ada produsen pakan ternak yang ingin menanam jagung. Indonesia punya lahan luas yang bisa ditanami komoditas itu,” katanya.
|