Isi Artikel |
KURNIA YUNITA RAHAYU UNTUK KOMPAS
Jumpa pers perkenalan CEO Kaskus Edi Taslim (kanan) di Jakarta, Senin (9/4/2018). Hadir pula pendiri Kaskus Andrew Darwis (tengah).
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki usia ke-19 tahun, platform percakapan komunitas dalam jaringan Kaskus memilih untuk fokus pada pengembangan komunitas dan produksi konten-konten khusus yang bermakna bagi masyarakat. Kaskus juga tengah mengembangkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence untuk mendeteksi konten hoaks.
Persaingan di industri digital semakin ketat seiring dengan munculnya beragam media sosial. Platform-platform percakapan yang sudah lebih dulu muncul harus menyesuaikan diri agar tidak ditinggalkan oleh para penggunanya. Salah satunya platform percakapan komunitas Kaskus.
Chief Executive Officer (CEO) PT Darta Media Indonesia atau Kaskus Edi Taslim, di Jakarta, Senin (9/4/2018), mengatakan, untuk menghadapi persaingan perusahaan yang sudah berusia 19 tahun ini memilih untuk memperkuat komunitas. Sejak didirikan pada 1999 oleh Andrew Darwis dan beberapa rekannya sesama mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat, platform ini memang digunakan untuk pengembangan komunitas.
Kaskus menyediakan kanal komunitas yang menaungi para pengguna dengan minat yang sama. Di kanal tersebut, mereka bisa menulis atau menyalin artikel dari media massa kemudian mendiskusikannya dengan sesama anggota. Selain itu, mereka juga bisa berbagi pengalaman, hingga melakukan transaksi jual beli barang yang terkait dengan hobi tersebut.
Kaskus menyediakan kanal komunitas yang menaungi para pengguna dengan minat yang sama. Di kanal tersebut, mereka bisa menulis atau menyalin artikel dari media massa kemudian mendiskusikannya dengan sesama anggota.
Pengembangan komunitas tidak hanya dirasakan oleh warga negara Indonesia yang tengah berada di luar negeri, tetapi juga warga yang tinggal di dalam negeri. Stefan Harmayu Toghas (27), musisi asal Yogyakarta, sejak 2010 aktif bercakap-cakap di kanal komunitas Musik Instrumental.
Dari percakapan di sana, Stefan mendapatkan kabar terkini tentang alat-alat musik. Dari informasi-informasi yang dibagikan pun dia mempelajari karakteristik alat musik secara otodidak.
Selain mendapatkan pengetahuan, Stefan juga mendulang rezeki dari Kaskus. Sejak tujuh tahun lalu, ia juga tergabung di Forum Jual Beli (FJB), salah satu fitur di Kaskus. Ia menjual berbagai alat musik, dari gitar, efek gitar, hingga keyboard. Benda-benda lain, seperti kamera, sepatu, motor, bahkan rumah, juga ia jual di sana.
”Untuk bisa menjadi penjual yang direkomendasikan (recommended seller), syaratnya antara lain aktif di berbagai percakapan dan mendapat testimoni dari pembeli hingga mendapatkan cendol hijau,” ujar Stefan. Dengan mekanisme tersebut, keterlibatan anggota di FJB dan percakapan-percakapan menjadi saling terkait.
ARSIP PRIBADI
Stefan Harmayu Toghas (27), musisi asal Yogyakarta, sejak 2010 aktif menjadi Kaskuser.
Edi mengatakan, transaksi di FJB merupakan pelengkap dari kegiatan komunitas. Pada awal 2000, ketika masih bekerja di media massa, ia pun merupakan anggota komunitas overclocking, pengubah kecepatan komputer, dan komunitas Lego. Selain berdiskusi antaranggota, mereka pun kerap unjuk kebolehan serta menjual dan membeli barang terkait.
”Sampai saat ini, Kaskus sudah memiliki 10 juta anggota dan 20.000 komunitas,” kata Edi.
Oleh karena itu, Edi menambahkan, tahun ini Kaskus akan menambahkan fitur Group dan konten video untuk mendukung kegiatan komunitas. Fitur tersebut mengakomodasi kebutuhan komunitas-komunitas yang memiliki topik lebih spesifik dan ingin memiliki otonomi untuk mengatur diskusi yang berkembang di dalamnya.
Tahun ini Kaskus akan menambahkan fitur Group dan konten video untuk mendukung kegiatan komunitas.
Adapun konten video akan digarap oleh tim khusus Kaskus. Isinya disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di setiap komunitas.
Minat menulis turun
Sebagai platform percakapan, sebagian besar konten tertulis yang ada di Kaskus berasal dari media massa yang disalin ke forum komunitas. Meski demikian, beberapa anggota juga aktif menuliskan pengalaman pribadinya untuk didiskusikan.
Pendiri Kaskus Andrew Darwis mengatakan, minat anggota Kaskus untuk menulis menurun dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah artikel dan thread yang ditulis para anggota tidak berkurang, tetapi kualitasnya menurun.
”Contohnya, dulu anggota bisa menulis panjang mengenai pengalaman mereka saat terjadi gempa. Akan tetapi, sekarang jika terjadi gempa, mereka hanya akan menulis keterangan bahwa peristiwanya sedang terjadi,” ujar Andrew.
KURNIA YUNITA RAHAYU UNTUK KOMPAS
Pendiri Kaskus Andrew Darwis
Menurut dia, turunnya minat menulis para anggota dipengaruhi oleh tren media sosial. Di media sosial, pengguna dibiasakan untuk menulis pendek karena keterbatasan karakter. ”Ini merupakan pekerjaan rumah kami untuk meningkatkan lagi minat menulis para anggota,” kata Andrew.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat program Content Creator. Melalui program tersebut, anggota didorong untuk menulis artikel berkualitas dengan menyediakan honor. Honor dihitung berdasarkan jumlah keterbacaan tulisan (pageview). Saat ini sudah ada 11.000 kreator yang tergabung di Kaskus.
Edi menambahkan, tahun depan Kaskus akan mengembangkan kanal cerita bertutur. Kanal tersebut dibutuhkan untuk menampung tulisan-tulisan yang lebih bermakna.
Kami tidak ingin Kaskus penuh dengan konten yang hanya mendatangkan traffic tinggi, tetapi juga harus diisi dengan konten yang bermakna, memberikan pengetahuan dan nilai bagi yang membaca dan mendiskusikannya.
”Kami tidak ingin Kaskus penuh dengan konten yang hanya mendatangkan traffic tinggi, tetapi juga harus diisi dengan konten yang bermakna, memberikan pengetahuan dan nilai bagi yang membaca dan mendiskusikannya,” ucap Edi.
Aplikasi Jual Beli dikembangkan secara khusus oleh Kaskus, penyedia layanan forum dan jual beli asal Indonesia. Kaskus mengarahkan fokus mereka untuk menjadi social commerce, menggabungkan fitur forum dengan perniagaan elektronik.
Pendeteksi hoaks
Selain pengembangan konten, pengembangan teknologi juga terus dilakukan. Andrew mengatakan, dalam sehari terdapat sekitar 10.000 pos yang masuk sehingga butuh kerja khusus untuk memeriksa kebenaran pos-pos tersebut. Selain itu, menjelang Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, penyebaran hoaks perlu diwaspadai.
Sejak 2017, Kaskus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) untuk mendeteksi berita bohong atau hoaks. Teknologi tersebut digunakan oleh moderator di forum komunitas untuk menentukan sebuah pos laik dipublikasikan atau dihapus.
Andrew menambahkan, teknologi itu bekerja dengan cara membandingkan isi pos di Kaskus dengan berita serupa yang di media massa yang tepercaya. ”AI itu mempunyai sistem penilaian, berapa persen pos yang ada di Kaskus sesuai dengan berita di media massa,” ucapnya.
|