Judul | PERKEBUNAN - Industri Kelapa Sawit Diupayakan Ramah Lingkungan |
Tanggal | 15 April 2018 |
Surat Kabar | Kompas |
Halaman | - |
Kata Kunci | |
AKD |
- Komisi IV - Komisi VI |
Isi Artikel | Hutan kawasan penyangga cagar biosfer eks HPH PT Multi Eka Jaya seluas 118.000 hektar nyaris habis dirambah. Hutan itu kini sudah menjadi kebun kelapa sawit. JAKARTA, KOMPAS — Industri minyak kelapa sawit Indonesia mendapat tantangan, terutama terkait isu lingkungan. Padahal, kontribusi industri ini bagi Indonesia cukup besar. Ajang International Conference on Oil Palm and the Environment menawarkan solusi peningkatan produktivitas minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Direktur Kebijakan, Keberlanjutan, dan Transformasi World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Aditya Bayunanda, Jumat (13/4/2018), mengatakan, isu kelapa sawit sering kali kontroversial. Saat ini, perkembangan isu yang ada makin menyudutkan industri minyak kelapa sawit di Indonesia. Industri minyak kelapa sawit masih dianggap tidak ramah lingkungan, kontributor emisi karbon, meningkatkan aktivitas deforestasi, dan kebakaran lahan. Aditya mengakui, industri kelapa sawit bisa membuat luas hutan semakin sempit. Di sisi lain, industri minyak kelapa sawit sangat penting untuk mengatasi kemiskinan. Tidak kurang dari 22 juta penduduk Indonesia hidup dari industri kelapa sawit (Kompas, 24 Maret 2018). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (angka sementara), ekspor minyak sawit Indonesia tahun 2017 senilai 20,34 miliar dollar AS, meningkat 27,4 persen dibandingkan 2016 sebesar 15,966 miliar dollar AS. Oleh sebab itu, perlu ditemukan formula bagaimana agar industri ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi aspek lingkungan juga tetap terjaga. ICOPE yang akan digelar di Bali pada 25-27 April 2018 bertujuan mendorong pembahasan solusi untuk meningkatkan produksi kelapa sawit yang berkelanjutan dengan memanfaatkan sains dan teknologi. Kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada peserta untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik dalam mengelola industri kelapa sawit. Menurut rencana, kegiatan itu akan dihadiri para pakar, lembaga industri, petani kelapa sawit, perwakilan pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Chairman ICOPE 2018 JP Caliman menyampaikan, salah satu agenda penting dalam ICOPE 2018 adalah menemukan konsensus global dalam standar keberlanjutan industri minyak kelapa sawit. Selain itu, dibahas pula kontribusi sains dan teknologi pertanian dengan tingkat akurasi tinggi dalam mencapai praktik produksi kelapa sawit yang berkelanjutan. Kontribusi sains dan teknologi itu, kata Caliman, salah satunya dengan cara mengatur dengan tepat penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk yang berlebihan dapat membahayakan lingkungan. Di ICOPE 2018, pihaknya akan membagikan hasil penelitian tentang cara menghitung efisiensi pupuk dan budidaya bercocok tanam yang menggunakan pupuk secara lebih baik. Dengan demikian, biaya produksi bisa ditekan. Lebih dari itu, para petani sawit juga akan diberikan bibit yang lebih produktif. Hal itu untuk meningkatkan produktivitas pohon kelapa sawit. Caliman mengatakan, petani sawit cenderung membuka lahan baru untuk meningkatkan produktivitas sawit mereka. Dengan pemberian bibit kelapa sawit yang lebih produktif, diharapkan para petani tidak membuka lahan baru sehingga lingkungan bisa terjaga kelestariannya. |
Kembali ke sebelumnya |