Isi Artikel |
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Tempat perbelanjaan Hema di Hangzhou menerapkan konsep digital melalui pemanfaatan teknologi dan data yang memungkinkan konsumen berbelanja secara dalam jaringan maupun luar jaringan, Rabu (18/4/2018).
HANGZHOU, KOMPAS – Penerapan teknologi dan pemanfaatan data dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kenyamanan di berbagai aspek kehidupan. Kepentingan bisnis dan kepuasan pelanggan berpotensi dipertemukan melalui pendekatan tersebut.
Demikian antara lain terangkum dalam tur media bersama Grup Alibaba di Hangzhou, China sejak Senin (16/4/2018) hingga Rabu (18/4/2018).
Rombongan jurnalis antara lain diajak mengunjungi toko Hema di Hangzhou, salah satu dari 40 toko serupa yang saat ini ada di China. Toko Hema menerapkan konsep New Retail yang diusung Grup Alibaba.
Konsep yang menggabungkan ritel online (dalam jaringan) dan offline (luar jaringan) ini memberikan pengalaman bagi pelanggan. Pelanggan bisa memesan barang dari rumah dan mendapatkan layanan pengantaran pesanan secara dalam jaringan dengan memanfaatkan telepon genggam.
Di sisi lain pelanggan – dengan memanfaatkan teknologi dan data yang disediakan Alibaba – pun tetap bisa membeli atau mengonsumsi produk secara langsung di toko.
Aplikasi teknologi pun diterapkan di sebuah toko teh di Hangzhou sehingga menjadikannya toko pintar. Pengunjung dapat memperoleh informasi mengenai suatu produk yang dilengkapi sensor dan dipajang di rak.
“Pengunjung dapat pula memindai kode batang dan mendapatkan contoh produk teh – sebagai sampel – yang dapat dicoba untuk dicicipi di lantai 2 toko ini,” kata Jack, pengelola toko teh tersebut.
Pada tur media ini jurnalis diajak pula mengunjungi Ladies Room yang memungkinkan pengunjung mengakses layar digital yang dilengkapi teknologi augmented reality. Mereka bisa mencoba secara virtual beragam kosmetika dan sekaligus membeli produk yang diminati di mesin otomatis di lokasi.
Grup Alibaba pun memiliki proyek bernama Rural Taobao untuk memberdayakan masyarakat pedesaan di China. Dalam hal ini didirikan sejumlah jaringan pusat pelayanan di tingkat kabupaten
Pusat pelayanan tersebut memberikan dukungan, termasuk di aspek informasi mengenai e-dagang dan logistik bagi warga di pedesaan.
Pusat layanan di tingkat kabupaten tersebut menjadi pusat pelatihan bagi pengelola pusat-pusat layanan tingkat di bawahnya. Masyarakat desa pun selanjutnya dapat memanfaatkan pusat layanan tersebut dalam bertransaksi, baik membeli barang maupun menjual produk, melalui pasar dalam jaringan yang lebih luas.
Rombongan jurnalis dari Indonesia sempat mendatangi pula pusat layanan di Desa Leping, wilayah Qianchuan dan Desa Bainiu di Provinsi Zhejiang.
Perwakilan program Rural Taobao Zheng Weiling menuturkan, dirinya membuka pusat layanan di Desa Leping pada tahun 2015 lalu. Melalui kiprah pusat layanan tersebut, masyarakat desa di sekitar pun menjadi semakin mengenal praktik bertransaksi dalam jaringan.
Sebagian warga memilih agar barang pesanannya yang dibeli secara dalam jaringan tersebut ditaruh sementara waktu di pusat layanan untuk kemudian mereka ambil. Namun ada pula warga yang meminta agar barang mereka diantar langsung ke rumah.
Zheng Weiling mengatakan, dirinya mendapatkan penghasilan bulanan dari komisi pengiriman sekitar 6.000 Yuan (sekitar Rp 13,1 juta pada kurs 1 Yuan setara Rp 2.190).
Masyarakat Bainiu, sebuah desa di kawasan pegunungan Lin’an, juga memanfaatkan internet dalam memasarkan produk kacang kenari. Ada 68 toko dalam jaringan di desa tersebut.
Produk unggulan wilayah tersebut terutama adalah kacang yang dibeli dari daerah sekitar. Kacang tersebut diolah, dikemas, dan kemudian dipasarkan secara dalam jaringan. “Pemasaran terutama untuk mengisi pasar domestik,” ujar Xu Bingbing ditemui di salah satu toko.
Senada dengan Zheng Weiling, Xu Bingbing yang ditemui di Desa Bainiu mengatakan bahwa berbisnis secara dalam jaringan memungkinkannya bekerja dengan tetap berada dekat keluarga di desa. Pengeluaran atau biaya hidup di desa pun lebih hemat dibanding di perkotaan.
|