Isi Artikel |
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO
Supervisor Sales Akulaku Supriadinsyah menunjukkan aplikasi Akulaku ketika ditemui di Jakarta, Selasa (3/4/2018). Penggunaan teknologi seperti aplikasi ponsel untuk kegiatan sehari-hari adalah bentuk nyata dari perkembangan revolusi industri keempat.
Saat ini seluruh dunia tengah mengalami revolusi industri keempat atau lebih akrab dengan sebutan industri 4.0. Untuk mengantisipasi perubahan zaman dan perkembangan teknologi serta implikasinya pada dunia ekonomi, pemerintah pada awal April lalu meluncurkan peta jalan industri 4.0. Pemerintah mencanangkan industri 4.0 bisa menjadi mesin ekonomi baru di masa mendatang.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, implementasi evolusi industri keempat secara tepat bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia mengatakan, pada 2018-2030 sektor industri akan mendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 1-2 persen.
”Sehingga pertumbuhan PDB per tahun akan naik dari saat ini sekitar 5 persen menjadi 6-7 persen pada periode 2018-2030,” ujar Airlangga.
Industri manufaktur akan berkontribusi 21-26 persen terhadap PDB pada 2030. Adapun saat ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri menyumbangkan PDB sebesar 20,16 persen pada 2017.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
Ia menjelaskan, implementasi industri 4.0 yang tepat dapat membuka lapangan kerja sebanyak 7 juta-19 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun nonmanufaktur pada 2030.
Untuk mencapai target-target tersebut, pemerintah menekankan adanya lima aspek utama dalam menopang implementasi industri 4.0. Lima aspek itu adalah internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi percetakan tiga dimensi.
Airlangga menjelaskan, lima sektor utama yang diprioritaskan untuk mengimplementasikan praktik industri 4.0 adalah industri makanan minuman, teksil, otomotif, kimia, dan elektronik. Industri-industri itu dipilih karena tak hanya dinilai paling siap, tetapi juga memberikan dampak yang besar, baik dari sisi serapan tenaga kerja maupun kontribusinya terhadap industri secara keseluruhan.
Lima sektor utama yang diprioritaskan untuk diimplementasikan praktik industri 4.0 adalah industri makanan minuman, teksil, otomotif, kimia, dan elektronik.
Untuk mendorong pertumbuhan industri itu, pemerintah memberikan 10 inisiatif perbaikan industri. Kesepuluh inisiatif itu antara lain perbaikan alur aliran barang dan material, membangun satu peta jalan zona industri yang komprehensif dan lintas industri, mengakomodasi standar-standar keberlanjutan, memberdayakan industri kecil dan menengah, serta membangun infrastruktur digital nasional.
A Tony Prasetiantono
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono mengatakan, tidak ada yang bisa memastikan revolusi industri keempat ini adalah peluang atau tantangan.
”Kedua karakter tersebut bisa hadir bersamaan,” ujar Tony.
Ia mengatakan, semua negara, baik maju maupun berkembang, kini berada pada kegalauan yang sama. Sejauh ini mungkin hanya Singapura yang berani mengklaim dampak positifnya lebih besar.
Terlepas dari bagaimana proses ini kelak akan berujung, antisipasi untuk semakin membangun modal manusia (human capital) untuk mengiringi laju pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi kian menemukan konteks dan prioritasnya.
Industri 4.0 memang tidak sampai mengenyahkan seluruh penggunaan tenaga kerja. Namun, hanya mereka yang berkualifikasi tertentu yang bisa bertahan di sektor manufaktur. Lainnya akan diserap sektor nonmanufaktur dan sektor informal.
|