MB. DEWI PANCAWATI & KRISHNA PANOLIH (LITBANG KOMPAS) Layanan medis ”online” alias daring bisa dibilang mirip dengan kehadiran belanja yang marak di internet. Bedanya, ini adalah layanan kesehatan berbasis daring yang berisi bimbingan, konsultasi, ataupun saran medis. Berbagai layanan medis melalui internet yang marak bermunculan beberapa tahun terakhir ini mulai dikenal warga Jabodetabek kendati sebagian warga belum tertarik memanfaatkannya.   Layanan medis online alias daring bisa dibilang mirip dengan kehadiran belanja yang marak di internet. Bedanya, ini adalah layanan kesehatan berbasis daring yang berisi bimbingan, konsultasi, ataupun saran medis. Tujuannya, membantu mencegah kehadiran penyakit sekaligus solusi gaya hidup sehat. Caranya cukup mudah. Tinggal ”klik” telepon pintar atau layar komputer, berbagai informasi kesehatan bisa didapatkan. Pasien pun terasa semakin dekat dengan dokter. Jika ingin berkonsultasi langsung dengan dokter, bisa mengunduh aplikasi dan membayar biaya berlangganan (untuk sejumlah situs). Sejumlah tenaga dokter, umum dan spesialis, siap terhubung dan membantu pengguna aplikasi. Para dokter akan melayani mulai dari chat, voice call, hingga fitur video call. Layanan medis daring juga menyediakan layanan menarik, seperti rujukan rumah sakit, tips kesehatan, rekomendasi dan layanan antar obat, terapi, pemeriksaan laboratorium, hingga fitur pengingat untuk minum obat. Semua percakapan dan diagnosis pengguna layanan (yang terekam) dijamin kerahasiaannya. Di Indonesia, sejumlah nama yang mulai merambah bisnis ini antara lain Go-Dok, ApaSakitKu, Alodokter, KlikDokter.com, Dokter Diabetes, Practo, dan Halodoc. Baca juga: Orang Kota Kian Sulit Memiliki Hunian Mulai dikenal Tawaran layanan medis daring ini pun menarik warga Ibu Kota dan sekitarnya. Hal ini terekam dalam jajak pendapat Kompas bulan lalu. Tiga dari lima responden Jabodetabek mengetahui adanya layanan kesehatan daring ini. Meski sudah mengenal, hanya seperempatnya yang pernah memanfaatkan layanan tersebut. Sekitar 8 persen warga sangat intens memanfaatkan layanan kesehatan yang ditawarkan dalam aplikasi ini. Sedangkan 16,4 persen warga hanya sesekali membuka aplikasi tersebut untuk sekadar melihat-melihat atau sengaja mencari informasi kesehatan. Dari beragam informasi kesehatan yang ditawarkan, sekitar 42 persen warga paling sering mencari informasi atau membaca artikel kesehatan tentang suatu penyakit. Tips kesehatan berupa pencegahan penyakit juga menjadi salah satu layanan yang digemari. Layanan ini menarik sekitar sepertiga warga untuk mengikutinya. Fitur layanan berikutnya yang cukup favorit adalah konsultasi daring dengan dokter. Hampir 15 persen warga mengaku sering memanfaatkan jasa chat live dengan dokter ini. Layanan medis daring ini memudahkan pasien berkonsultasi langsung dengan dokter tanpa bertatap muka. Meski demikian, ada beberapa portal yang menyediakan layanan video call sehingga pasien bisa berkonsultasi serasa berada di rumah sakit. Fitur lain yang sering dimanfaatkan adalah pemesanan obat daring dan melihat direktori rumah sakit lengkap beserta jadwal dokternya. Tak kalah menariknya adalah layanan untuk memeriksa kesehatan, seperti menghitung masa subur bagi wanita, mengukur detak jantung, atau mengukur BMI (Indeks Massa Tubuh). Berbagai manfaat Semakin mudah memperoleh informasi kesehatan, masyarakat semakin melek dan kaya informasi tentang suatu penyakit dari A sampai Z. Manfaat ini dirasakan hampir separuh dari warga jajak pendapat. Manfaat lain yang dirasakan warga adalah tumbuhnya kesadaran akan pentingnya kesehatan. Tips-tips yang diberikan sangat membantu untuk hidup lebih sehat. Sebanyak 29 persen warga merasakan dampak positif ini. Sedangkan 16,5 persen warga merasa mendapat solusi cepat yang diperlukan dalam proses pengobatan. Namun, terkadang, semakin banyak informasi yang diserap tentang berbagai penyakit justru menimbulkan kecemasan dan paranoid terhadap penyakit tersebut. Hal ini disebutkan oleh 5 persen warga. Baca juga: Gorengan Paling Favorit Belum berminat Berbagai manfaat yang diberikan layanan kesehatan daring ini ternyata belum terlalu menarik minat masyarakat untuk mengaksesnya. Hasil jajak pendapat memotret, hampir 40 persen warga mengetahui jasa layanan kesehatan daring ini, tetapi sama sekali tidak pernah memanfaatkannya. Sementara 36,7 persen publik tidak mengetahui layanan medis yang sudah menjamur di era digital ini.   KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN Editor In Chief M Fadjar Wibowo di ruang kerjanya di klikdokter.com. Meskipun lulus dari fakultas kedokteran, Fadjar memilih pekerjaan yang menurut dia bisa lebih berdampak langsung terhadap edukasi kesehatan masyarakat dibandingkan dengan praktik dokter. Di balik beragamnya fasilitas yang disediakan jasa kesehatan daring, masyarakat masih memilih langsung bertemu dokter. Lebih dari separuh warga cukup senang dan merasa puas bertatap muka langsung dengan dokter untuk mendapat diagnosis jika mengalami masalah kesehatan. Pilihan tersebut juga tak lepas dari kemudahan fasilitas kesehatan, seperti adanya Kartu Jaminan Kesehatan Nasional dan Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Di balik beragamnya fasilitas yang disediakan jasa kesehatan daring, masyarakat masih memilih langsung bertemu dokter. Lebih dari separuh warga cukup senang dan merasa puas bertatap muka langsung dengan dokter untuk mendapat diagnosis jika mengalami masalah kesehatan. Pilihan tersebut juga tak lepas dari kemudahan fasilitas kesehatan, seperti adanya Kartu Jaminan Kesehatan Nasional dan Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Namun, kemudahan tersebut tak serta-merta menjadikan klinik dokter atau sarana kesehatan sebagai satu-satunya pilihan. Dua dari lima responden masih mengandalkan apotek sebagai penyedia obat (tanpa resep) jika ada anggota keluarga yang sakit. Agaknya pilihan ini muncul karena ada keengganan untuk mengantre proses pemeriksaan dan layanan obat. Kehadiran layanan medis daring bukan tidak mungkin menjadi peluang bisnis yang menggiurkan, terbukti dari hadirnya layanan yang berbayar dan gratis. Namun, tak dapat dimungkiri keberadaannya masih terkendala sejumlah kode etik, di antaranya dokter tidak boleh melakukan diagnosis tanpa melihat langsung kondisi pasien.