Pengembangan Guru Mengembangkan Spiritualitas Guru Disamping beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya kinerja guru, spiritualitas guru menjadi salah satu unsur penting yang juga perlu mendapatkan perhatian untuk memotivasi panggilan mereka sebagai pendidik. Oleh Paul Suparno Dalam beberapa evaluasi tentang dampak sertifikasi guru terhadap kinerja guru, dikatakan bahwa sertifikasi belum menunjang ataupun berdampak besar pada tambahnya kinerja guru. Memang penghasilan guru bertambah dengan satu gaji pokok, tetapi mutu pendidikan dan kinerja guru belum sungguh terpacu. Apa penyebabnya? Banyak faktor yang memengaruhi mengapa kinerja guru belum meningkat tinggi dan pendidikan nasional juga tidak beranjak lebih hebat. Sejumlah faktor tersebut antara lain: pertama, pemahaman guru yang rendah, sehingga tidak kreatif dalam menjalankan tugasnya. Banyak faktor yang memengaruhi mengapa kinerja guru belum meningkat tinggi dan pendidikan nasional juga tidak beranjak lebih hebat. Kedua, motivasi guru memang hanya sekedar mencari uang, sehingga yang dipentingkan bukan bagaimana mendidik siswa agar lebih baik. Ketiga, tidak berminat menjadi guru atau menjadi guru sebagai suatu keterpaksaan sehingga tidak berkembang. Keempat, kesadaran sebagai pendidik rendah sementara tekanan pada administrasi terlalu tinggi. Hal lain yang menjadi sebab rendahnya kinerja guru, yang juga menjadi salah satu unsur penting adalah spiritualitas guru yang rendah atau bahkan tidak ada. Spiritualitas guru dapat dimengerti sebagai roh, jiwa, kesadaran, dan keyakinan mendalam seorang guru yang memberikan semangat dan mendasari seluruh pemikiran, hati, sikap, dan tindakan seorang guru dalam mendidik atau mendampingi siswa di sekolah. Spiritualitas guru yang tinggi dapat berbentuk, antara lain semangat dan kegembiraan guru dalam mendampingi dan melakukan tugas mendidik; kesadaran mendalam seorang guru bahwa tugasnya adalah merupakan panggilan hidupnya, yang membahagiakan dan mengembangkan siswa dan juga dirinya. Bagi banyak orang beriman tugas mendidik disadari sebagai panggilan dari Tuhan sendiri yang melibatkan mereka dalam mendidik generasi muda. Spiritualitas guru yang tinggi dapat pula berbentuk kesadaran mendalam akan kebutuhan pendidik bagi generasi muda suatu negara sehingga mereka bersemangat untuk melakukan proses pendidikan, yaitu mengembangkan anak didik. Bagi banyak orang beriman tugas mendidik disadari sebagai panggilan dari Tuhan sendiri yang melibatkan mereka dalam mendidik generasi muda. Dampak spiritualitas guru yang tinggi antara lain, tampak pada kecintaan guru dalam membantu siswa agar dapat maju dengan pesat; kreativitas guru dalam mengusahakan agar pendidikan siswa semakin maju dan tidak mudah putus asa jika menghadapi persoalan dalam proses pendidikan. Mereka juga dengan senang hati terus belajar dan mengembangkan dirinya agar menjadi guru yang profesional. Mereka juga senang bekerja sama dengan rekan guru, kepala sekolah, orangtua, dan masyarakat sekitar karena mereka sadar tidak mungkin menjadi guru sendirian saja. Sebaliknya, spiritualitas guru rendah, mereka ini mudah loyo, tidak bersemangat menjalankan tugasnya, tidak kreatif, yang dicari hanya uang, bolosan, dan tidak kerasan berhadapan dengan siswa, tidak rela diganggu siswa. Seorang guru yang spiritualitasnya tinggi, kerap kali meski gajinya kurang atau bahkan tidak digaji oleh negara atau institusi lain, ia tetap semangat menjalankan tugasnya mendidik anak bangsa. Di beberapa pelosok Tanah Air Indonesia, ada orang-orang seperti itu sehingga anak-anak di desa itu tetap dibantu berkembang lewat pendidikan swasembada. Yang diinginkan oleh para guru seperti itu adalah agar anak-anak di desanya tetap berkembang, maju, dan nantinya dapat menjadi anak yang cerdas dan baik. Maka tidak mustahil bahwa ada beberapa volunter yang rela dan gembira membantu pendidikan di tempat yang sulit, yang terpencil dan tersingkir. Seandainya di Indonesia kita mempunyai orang-orang yang spiritualitasnya seperti itu, kita dapat yakin bahwa pendidikan akan maju dengan pesat. Seandainya di Indonesia kita mempunyai orang-orang yang spiritualitasnya seperti itu, kita dapat yakin bahwa pendidikan akan maju dengan pesat. Pengembangan spiritualitas Memang ada orang-orang yang dari dasarnya mempunyai spiritualitas tinggi berkat pengaruh dari keyakinan, iman, agama, lingkungan, keluarga, pendidikan, dan pengalamannya sendiri.  Mereka ini dalam perjalanan sebagai guru selalu meningkatkan dan mengembangkan spiritualitasnya lewat refleksi, doa, belajar, dan melayani anak didik dengan empati. Dengan kata lain orang itu mengembangkan spiritualitasnya secara mandiri. Namun, sebagian besar guru, jika dibiarkan mengembangkan spiritualitasnya secara mandiri, tidak akan jalan. Banyak guru membutuhkan bantuan baik dari sekolah dan institusi yang lebih besar, seperti pemerintah dan yayasan, untuk membantu mengembangkan spiritualitasnya. Dengan kata lain diperlukan suatu sistem yang dapat membantu para guru meningkatkan spiritualitasnya. Di sini disebutkan beberapa cara membantu mengembangkan spiritualitas guru. Secara pribadi guru harus melakukan refleksi. Guru perlu terus merefleksikan apa yang telah dilakukan dan sedang dijalankan dalam tugas mereka. Apakah mereka bahagia dengan tugasnya membantu anak didik, apakah mereka sungguh sudah menjalankan tugasnya sebagai panggilan hidup yang membahagiakan? Apakah sudah menjalankan tugasnya sebagai panggilan dari Tuhan untuk membantu perkembangan anak didik? Secara pribadi guru juga harus setiap hari berdoa pada Tuhan agar diberikan semangat untuk menjadi guru yang baik. Secara kelompok beberapa kegiatan dapat dilakukan seperti: pertama, refleksi panggilan sebagai guru yang dilakukan bersama-sama dalam satu sekolah. Dalam refleksi bersama ini dapat dibantu dengan mengundang pimpinan agama, keyakinan, pendidikan, motivator, dll untuk memberikan pengarahan terutama tentang panggilan menjadi guru. Dalam refleksi bersama ini penting para guru mau berbagi pengalaman dan penghayatan mereka tentang panggilannya sebagai guru sehingga dapat saling menguatkan. Refleksi ini dapat dilakukan di sekolah atau di luar sekolah yang suasananya lebih membantu. Refleksi ini perlu diadakan rutin, misalnya 3 bulan sekali. Dengan kata lain diperlukan suatu sistem yang dapat membantu para guru meningkatkan spiritualitasnya. Kedua, pendalaman tentang makna pendidikan. Beberapa spiritualitas guru kurang tinggi karena pemahamannya tentang pendidikan tidak luas.  Mereka ini perlu dibantu dengan mau belajar, mendalami makna pendidikan lewat beberapa buku pendidikan atau filsafat dari beberapa tokoh pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Paulo Freire, dll. Ketiga, pengalaman live in ditempat yang membutuhkan guru. Pengalaman live in di tempat yang kekurangan guru dan sungguh membutuhkan guru dapat membantu seseorang memunculkan motivasi dan semangat untuk menjadi guru yang rela berbagi bagi orang-orang pinggiran. Keempat, studi banding ke sekolah-sekolah yang gurunya bersemangat, kreatif; berziarah ke tempat suci yang memberikan semangat pada para guru. Acara ini selain memberikan semangat juga mengembangkan kerjasama antar guru. Dalam kegiatan atau program itu semua, institusi, sekolah atau juga pemerintah perlu membantu agar kegiatan refleksi itu terjadi, dengan memberikan fasilitas, peluang, waktu, dan lainnya. Dalam penyiapan guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) perlu beberapa hal mendapatkan tekanan, seperti spiritualitas guru, pengalaman praktik di tempat yang membutuhkan, contoh dan teladan guru yang sungguh berspiritualitas tinggi, selain pengetahuan dalam bidangnya. Semoga pelan-pelan spiritualitas para guru meningkat dan akhirnya bersemangat secara kreatif dalam membantu anak didik berkembang. Harapannya pendidikan Indonesia makin bermutu. (PAUL SUPARNO, Dosen di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.)