Jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih jauh dari ideal. Rasio mereka masih jauh dengan angka ideal dibandingkan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Oleh TOPAN YUNIARTO   Semakin bertambahnya jumlah pasien yang sembuh dibandingkan dengan pasien yang meninggal akibat Covid-19, menumbuhkan secercah  harapan. Harapan positif ini tidak terlepas dari kerja keras tenaga kesehatan yang berjuang di barisan paling depan merawat pasien. Wabah Covid-19 kembali membuka fakta, jumlah tenaga kesehatan di negeri ini masih jauh dari kebutuhan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tentang jumlah kasus penderita Covid-19 dan jumlah pasien sembuh yang dirilis setiap hari, maka sebaran Covid-19 dapat dikelompokkan menjadi enam kluster provinsi. Kluster pertama dengan jumlah pasien berkisar 1-10 terdapat di sembilan provinsi, yakni Aceh, Jambi, Bangka Belitung, Bengkulu, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Barat. Pada kluster pertama tersebut rasio tenaga kesehatan setiap provinsi yang meliputi dokter umum, dokter spesialis, dan perawat sangat bervariasi. Provinsi Aceh, misalnya, berdasarkan data Kemenkes 2019, terdapat 1.556 dokter umum, 822 dokter spesialis, dan 10.927 perawat. Jika penduduk Aceh tahun 2019 berdasarkan data BPS yang dikutip Kemenkes sebanyak 5.281.314 jiwa, didapatkan rasio dokter umum setiap 100.000 penduduk di Aceh sebesar 1:30. Artinya, dalam setiap 100.000 penduduk di wilayah Aceh terdapat 30 orang dokter. Dengan kata lain, 3 dokter umum melayani 10.000 penduduk di wilayah Aceh. Jika diperkecil lagi, berarti 1 orang dokter umum melayani 3.333 penduduk. Adapun untuk dokter spesialis di wilayah Aceh rasionya 1:16. Artinya, terdapat 16 dokter spesialis untuk setiap 100.000 penduduk di wilayah Aceh. Untuk rasio tenaga perawat sebesar 1:220, artinya terdapat 220 perawat untuk setiap 100.000 penduduk Aceh. Jumlah perawat memang lebih banyak daripada dokter karena pada dasarnya perawat adalah asisten dokter yang secara bergiliran 24 jam mengawasi dan mengontrol kondisi pasien, terutama di rumah sakit. Sampai dengan 17 April 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di Aceh sebanyak lima orang. Sementara empat orang dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal. Meskipun demikian, perlu didalami lebih lanjut faktor lain yang memengaruhi angka kecilnya jumlah kasus positif Covid-19 di Aceh. Kluster kedua, dengan rentang kasus positif Covid-19 berkisar 11-50 pasien terdapat di 10 provinsi, yakni Riau, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Di Kalimantan Timur, misalnya, berdasarkan data per 17 April 2020, kasus positif Covid-19 sebanyak 44 kasus. Jumlah yang sembuh pada tanggal tersebut sebanyak 10 pasien dan yang meninggal satu orang. Di Kalimantan Timur, berdasarkan data Kemenkes 2019, terdapat 887 dokter umum, 488 dokter spesialis, dan 6.487 perawat. Jika dibuat dalam skala rasio setiap 100.000 penduduk di Kalimantan Timur, angka rasio ini mirip-mirip dengan Aceh, yakni rasio dokter umum 1:30, rasio dokter spesialis 1:13, dan rasio perawat 1:225. Dari rasio tersebut bisa dijelaskan, terdapat 30 dokter umum, 13 dokter spesialis, dan 225 perawat di setiap 100.000 penduduk Kalimantan Timur. Kluster ketiga adalah wilayah dengan jumlah kasus Covid-19 berkisar 51-100 kasus positif yang terdapat delapan provinsi, yakni Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Khusus Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Papua, lonjakan kasus positif Covid-19 terjadi pada dua pekan ini, sementara empat provinsi lain telah muncul sejak Maret lalu. DI Yogyakarta, misalnya, merupakan satu-satunya provinsi di Jawa yang jumlah kasus positif Covid-19 di bawah angka 100 kasus dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa yang mencapai ratusan kasus. Sampai 17 April 2020, jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 64 kasus, sementara 25 pasien dinyatakan sembuh, dan 7 orang meninggal. Jumlah tenaga kesehatan di Provinsi DIY, berdasarkan data Kemenkes, terdapat 1.559 dokter umum, 1.386 dokter spesialis, dan 8.975 perawat. Jika dibuat dalam skala rasio setiap 100.000 penduduk di DIY, terdapat 54 dokter umum, 36 dokter spesialis, dan 250 perawat yang siap melayani 100.000 penduduk. Kluster keempat adalah wilayah provinsi dengan jumlah Covid-19 sebanyak 101-500 kasus yang terdapat di empat provinsi, yakni Banten, Jawa Tengah, Bali, dan Sulawesi Selatan. Khusus Bali, peningkatan kasus terjadi dalam seminggu terakhir, sementara pada Maret hingga awal April lalu jumlah kasus Covid-19 di Bali belum mengalami peningkatan. Data yang dirilis Kemenkes pada 17 April 2020 menyebutkan, kasus positif Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 304 kasus, sementara di Banten 311 kasus, Sulawesi Selatan 332 kasus, dan Bali 124 kasus. Pasien yang dinyatakan sembuh di Sulawesi Selatan 43 pasien, Bali 36 orang, Jawa Tengah 36 pasien, dan Banten 9 pasien. Pasien yang meninggal di Banten sebanyak 34 orang, Jawa Tengah 41 orang, Sulawesi Selatan 23 orang, dan Bali 2 orang. Jumlah tenaga kesehatan di Jawa Tengah, misalnya, dokter umum 6.644 orang, dokter spesialis 4.658 orang, dan perawat 47.470 orang. Jika diproporsi dalam rasio per 100.000 penduduk di Jawa Tengah, maka terdapat 17 dokter, 14 dokter spesialis, dan 133 perawat yang siap melayani setiap 100.000 penduduk di Jawa Tengah. Sementara di Banten dengan dengan pendekatan rasio per 100.000 penduduk, terdapat 11 dokter umum, 12 dokter spesialis, dan 76 perawat yang siap melayani setiap 100.000 warga Banten. Jumlah tenaga kesehatan yang terdapat di kluster ini memang sangat timpang jika harus melayani jumlah penduduk yang relatif banyak dan sebarannya cukup luas melintasi kabupaten-kabupaten dengan kontur geografis cukup menantang. Sebagian besar dokter spesialis juga praktik di perkotaan. Kluster kelima adalah provinsi dengan jumlah kasus Covid-19 sebanyak 501-1.000 kasus terdapat di dua provinsi, yakni Jawa Barat dan Jawa Timur. Angka kasus Covid-19 per 17 April 2020 di Jawa Barat sebanyak 632 kasus, yang sembuh 41 orang, dan meninggal sebanyak 56 orang.  Sementara di Jawa Timur, kasus positif Covid-19 sebanyak 522 kasus, yang sembuh 94 orang, dan yang meninggal 46 orang. Jawa Barat dan Jawa Timur bisa dikatakan dua provinsi dengan jumlah penduduk paling banyak dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Jumlah penduduk di Jawa Barat 48,6 juta jiwa, sementara penduduk Jawa Timur 39,5 juta jiwa. Berdasarkan data Kemenkes, di Jawa Barat ada 5.926 dokter umum, 3.625 dokter spesialis, dan 37.837 perawat. Jika dihitung dengan proporsi per 100.000 penduduk di Jawa Barat, maka terdapat 11 dokter umum, 7 dokter spesialis, dan 77 perawat yang siap melayani setiap 100.000 penduduk. Jumlah ini sangat timpang atau sangat kecil jika melihat besaran jumlah penduduk Jawa Barat yang demikian besar. Namun, perlu dicacat, sebagian penduduk Jawa Barat, seperti di Depok, Bogor, dan Bekasi, tidak sedikit yang berobat ke DKI Jakarta ketika membutuhkan layanan kesehatan. Sementara di Jawa Timur, terdapat 6.599 dokter umum, 5.434 dokter spesialis, dan 51.845 tenaga perawat. Dengan rasio per 100.000 penduduk, di Jawa Timur, maka terdapat 22 dokter umum, 14 dokter spesialis, dan 132 perawat yang siap melayani per 100.000 penduduk di Jawa Timur. Rasio jumlah ini lebih banyak dibandingkan Jawa Barat. Kluster keenam, jumlah kasus positif Covid-19 di atas angka 1.000 kasus. Hanya ada satu provinsi dalam kluster ini, yakni DKI Jakarta, karena provinsi lain di bawah angka 1.000. Data per 17 April 2020 menyebutkan, jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta sebanyak 2.815 kasus. Jumlah yang sembuh di DKI Jakarta sebanyak 204 orang, sedangkan yang meninggal 246 orang. Dengan tren kasus yang terus meningkat tajam setiap hari dan jumlah keseluruhan kasus Covid-19 paling banyak, DKI Jakarta disebut sebagai episenter Covid-19. Sebagai ibu kota negara, DKI Jakarta memiliki jumlah tenaga kesehatan paling banyak dibandingkan dengan provinsi lain. Dengan penduduk 10,4 juta jiwa, DKI Jakarta memiliki 6.602 dokter umum, 7.165 dokter spesialis, dan 28.856 perawat. Jumlah dokter spesialis di DKI Jakarta justru lebih banyak dibandingkan dokter umum sebagaimana terdapat di provinsi lain. Di DKI Jakarta terdapat 65 dokter umum, 68 dokter spesialis, dan 285 perawat yang siap melayani per 100.000 penduduk DKI Jakarta. Dengan kata lain terdapat 6-7  dokter umum dan spesialis yang siap melayani 10.000 penduduk DKI. Meskipun DKI Jakarta memiliki armada pasukan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan yang lebih banyak dan lebih menunjang dibandingkan dengan provinsi lain, kasus positif dan meninggal akibat Covid-19 di DKI tercatat sebagai yang paling banyak jumlahnya. Jumlah kasus akan meningkat dan semakin cepat jika warga tidak patuh terhadap kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta serta tidak menggunakan masker ketika keluar rumah. Masih banyaknya warga yang lalu-lalang di jalan dengan berboncengan dan tidak sedikit pula tanpa masker, mengindikasikan warga tidak patuh terhadap kebijakan PSBB dari pemerintah. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena berpotensi menambah lagi kasus positif Covid-19. Tidak hanya Indonesia yang merasakan dampak ekonomi yang lesu akibat Covid-19, puluhan negara maju di Eropa dan Amerika tidak kuasa menahan laju serangan virus korona ini. Padahal, di Eropa dan Amerika dengan rasio tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan lebih bagus dengan standar tinggi, seharusnya persebaran virus korona bisa ditekan. Namun, kenyataannya justru sebaliknya, negara maju pun lumpuh aktivitas perekonomiannya akibat serangan mematikan Covid-19. Wabah Covid-19 menjadi momentum bersama pemerintah dan masyarakat untuk bersatu padu melawan ganasnya serangan virus korona. Pemerintah harus berupaya meningkatkan jumlah tenaga kesehatan seperti jumlah dokter dan perawat agar ke depan bangsa ini memiliki langkah antisipasi jika sewaktu-waktu bencana kesehatan kembali menerpa. Masyarakat juga harus patuh dengan mengutamakan menjaga kesehatan, mengikuti protokol pemerintah, dan disiplin dalam menjaga jarak agar pandemi ini segera berakhir, sehingga perekonomian segera bangkit kembali. (LITBANG KOMPAS)