Jika pemerintah membuka sekolah di zona hijau Covid-19, pembelajaran dengan sistem tatap muka tidak bisa menghadirkan siswa ke sekolah secara bersama-sama karena disiplin pembatasan sosial. Untuk memaksimalkan pembelajaran di tengah minimnya jam tatap muka, organisasi guru menawarkan sistem pembelajaran campuran atau blended learning. Pembelajaran dilakukan dengan memadukan pembelajaran tatap muka di sekolah dan pembelajaran daring di rumah. Materi pelajaran diberikan secara daring saat siswa mendapat giliran belajar di rumah dan pembelajaran tatap muka di sekolah untuk memperdalam pemahaman siswa akan materi pelajaran tersebut. ”Jika blended learning dijalankan, sangat memungkinkan, misalnya, siswa cukup dua minggu sekali ke sekolah dan cukup empat jam di sekolah dengan sistem guru piket. Siswa bertemu guru untuk berkonsultasi atas kesulitan yang dialami selama pembelajaran daring,” kata Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) M Ramli Rahim di Jakarta, Selasa (8/6/2020). Ramli yakin guru dapat mempersiapkan materi pelajaran yang dapat diakses siswa secara daring. Paling tidak, guru telah mempunyai pengalaman melakukan pembelajaran secara daring selama tiga bulan pembelajaran jarak jauh ini. Ditambah lagi, selama ini banyak guru yang mengikuti pelatihan secara daring seperti yang dilakukan IGI di hampir semua kabupaten/kota sejak masa pandemi Covid-19. ”Setelah pelatihan, kami berharap para guru mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh yang menyenangkan dan berkualitas dengan menggunakan berbagai aplikasi. Juga dapat menggabungkannya dengan video, gim, komik, dan berbagai inovasi lainnya,” kata Ramli. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) juga mengusulkan model pembelajaran campuran ketika pemerintah mengizinkan sekolah yang berada di zona hijau dibuka kembali. Model ini sekaligus menjadi tawaran solusi untuk mengatasi kendala kuota internet. ”Blended learning ini dilakukan dengan pola paket. Guru membuat modul, misalnya minggu pertama untuk membaca materi pelajaran, minggu kedua memahami, minggu ketiga tes (evaluasi). Jadi, guru tidak serta-merta memberikan tugas kepada siswa seperti selama ini. Modul ini bisa dikirim melalui aplikasi Whatsapp atau e-mail,” kata Wakil Ketua Pimpinan Pusat Aris Adi Leksana. Kepala SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang juga Ketua Umum Forum Guru Muhammadiyah, Pahri, bahkan telah merancang pembelajaran campuran untuk siswanya. Meski sekolah nanti boleh dibuka lagi, dengan menjalankan protokol kesehatan yang ketat dan displin jarak sosial, siswa harus bergantian masuk sekolah. ”Kami menggunakan sistem blok, blok teori, dan blok praktik. Teori atau materi pelajaran diberikan secara daring, siswa di rumah. Sementara praktik dilakukan di sekolah. Siswa masuk secara bergantian, satu hari belajar di rumah dan satu hari praktik di sekolah selama empat jam. Satu kelas dibagi menjadi empat kelompok yang masuk kelas secara bergantian,” kata Pahri. Baca juga : Peta Jalan untuk Membuka Sekolah dengan Aman Pelatihan guru Meski selama pembelajaran jarak jauh ini sejumlah guru telah mengikuti pelatihan secara daring, menurut Pahri, perlu ada pelatihan secara khusus untuk mempersiapkan guru memberikan pembelajaran di normal baru pendidikan nanti. Pelatihan terutama untuk guru-guru SD dan SMP yang sejak awal memang tidak dikondisikan menggunakan teknologi untuk pembelajaran. ”Untuk (guru) SMK secara umum tidak masalah karena sejak 2014 terbiasa dengan IT (teknologi informasi), juga SMA. Yang perlu diperhatikan itu SMP dan SD. Harus ada langkah konkret dari pemerintah untuk melatih guru-guru tersebut, mumpung libur sekolah (libur semester genap),” kata Pahri. Pelatihan untuk guru, kata Aris, juga harus meliputi pelatihan untuk membuat modul pembelajaran daring dan pembelajaran yang bermakna. ”Selama ini (pembelajaran jarak jauh) banyak kekurangan, ketidaksiapan platform. Ini perlu jadi perhatian pemerintah, harus ada platform standar. Latih guru membuat platform sendiri, untuk menghadirkan materi bermakna,” kata Aris. Dalam diskusi daring yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Sabtu (6/6/2020), Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iwan Syahril mengajak guru mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan perusahaan penyedia platform pendidikan secara gratis di laman Guru Berbagi milik Kemendikbud. ”Tidak efektif jika hanya mengandalkan pelatihan di Kemdikbud,” katanya. Baca juga : Sederhanakan Kurikulum Pendidikan Saat Pandemi Covid-19