YOGYAKARTA, KOMPAS — Proses pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi Covid-19 masih menggunakan kurikulum yang sama seperti dalam kegiatan belajar-mengajar normal. Namun, para guru harus melakukan penyesuaian terhadap materi pelajaran karena jumlah mata pelajaran yang bisa diajarkan setiap hari menjadi berkurang. ”Intinya, kan, tetap menggunakan kurikulum yang sudah ada. Namun, guru harus membuat penyesuaian,” ujar Kepala SMA Negeri 9 Yogyakarta Jumadi saat dihubungi, Jumat (1/5/2020), di Yogyakarta. Jumadi menjelaskan, dalam kegiatan belajar-mengajar yang normal, SMAN 9 Yogyakarta menggunakan Kurikulum 2013 sebagai acuan. Setelah diberlakukannya pembelajaran jarak jauh karena adanya pandemi Covid-19, Kurikulum 2013 juga masih digunakan sebagai acuan. Hal ini karena pemerintah belum memberi arahan mengenai kurikulum khusus untuk pembelajaran jarak jauh. Meski kurikulum yang digunakan sama, Jumadi menyebut, para guru harus melakukan penyesuaian materi pelajaran. Hal ini, antara lain, karena jam kegiatan belajar-mengajar selama masa pandemi Covid-19 mengalami pengurangan. Selain itu, jumlah mata pelajaran yang diajarkan setiap harinya juga berkurang. Menurut Jumadi, dalam kegiatan belajar-mengajar pada masa normal, para guru di SMAN 9 Yogyakarta bisa mengajarkan 9-10 mata pelajaran dalam sehari. Kegiatan belajar-mengajar saat situasi normal itu berlangsung mulai pukul 07.15 hingga pukul 15.30. Sementara itu, dalam proses pembelajaran jarak jauh saat masa pandemi Covid-19, jam pelajaran dimulai pukul 07.30 hingga pukul 14.00. Pada masa bulan Ramadhan ini, jam pelajaran bahkan diperpendek lagi, yakni mulai pukul 08.00 hingga pukul 13.00. ”Setelah pukul 13.00, digunakan untuk pembinaan ketakwaan dengan diserahkankepada orangtua masing-masing,” kata Jumadi. Jumadi menuturkan, pada pembelajaran jarak jauh sebelum bulan Ramadhan, ada tiga mata pelajaran yang diajarkan setiap hari. Sementara itu, selama bulan Ramadhan, hanya ada dua mata pelajaran yang diajarkan per hari. Jadwal itu disusun agar para murid tidak terlalu terbebani saat mengikuti pembelajaran jarak jauh. Dengan kondisi itu, waktu pengajaran setiap mata pelajaran juga berkurang dibandingkan saat kondisi normal. Oleh karena itu, Jumadi menambahkan, para guru harus meringkas materi pelajaran agar seluruh materi yang tercantum dalam kurikulum bisa diajarkan dalam waktu yang lebih pendek. ”Jadi, para guru harus mendesain ulang materi pelajaran,” katanya. Jumadi menyebut, penyesuaian materi pelajaran itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Sebab, para guru harus bisa meringkas materi pelajaran tanpa menghilangkan hal-hal inti yang ada di kurikulum. ”Guru harus pandai-pandai melakukan penyesuaian agar materi yang esensial tetap sampai kepada siswa. Ini, kan, pekerjaan yang tidak mudah,” ujarnya. Baca juga: Optimalkan Pelaksanaan Belajar Jarak Jauh Tantangan lain Selain penyesuaian materi pelajaran, Jumadi menyebut, pembelajaran jarak jauh juga menghadirkan sejumlah tantangan lain. Salah satunya adalah para murid menjadi lebih mudah bosan saat mengikuti pembelajaran jarak jauh. ”Para siswa kan lebih senang kalau bisa bertemu dengan teman-temannya di sekolah karena itu bisa menjadi hiburan juga buat mereka. Kalau belajar di rumah, itu kan monoton,” ujar Jumadi Dengan kondisi tersebut, para guru diharapkan bisa membuat materi yang menarik agar murid antusias mengikuti proses pembelajaran jarak jauh. Namun, Jumadi mengakui, para guru memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyusun materi pembelajaran jarak jauh. ”Ada guru yang membuat presentasi Power Point saat menyampaikan materi, ada juga yang tidak. Ini kembali pada kreativitas setiap bapak dan ibu guru,” kata Jumadi. Jumadi juga menilai, apabila ada perbedaan kualitas materi yang disampaikan para guru dalam proses pembelajaran jarak jauh, hal itu merupakan sesuatu yang wajar. Hal ini karena pembelajaran jarak jauh merupakan sesuatu yang baru bagi para guru. ”Jangan para guru dihakimi. Kasihan teman-teman sudah berusaha sebaik-baiknya. Kalau ada kekurangan, itu masih sangat wajar,” ujarnya. Sementara itu, Kepala SMAN 3 Yogyakarta Maman Surakhman mengatakan, tidak ada kendala khusus dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan sekolah tersebut. Maman menyebut, sejumlah guru SMAN 3 Yogyakarta sudah terbiasa menggunakan aplikasi pembelajaran daring, seperti Google Classroom, sejak sebelum pembelajaran jarak jauh diterapkan. ”Dengan begitu, kami bisa sedikit lebih cepat menyesuaikan diri terhadap pembelajaran jarak jauh. Guru sudah terbiasa dan siswa tidak ada merasakan kendala berarti,” kata Maman. Maman menambahkan, proses pembelajaran jarak jauh ini juga terus dievaluasi selama masih diberlakukan. Sejauh ini, keluhan yang diterimanya mengenai pembelajaran jarak jauh tersebut hanya berkaitan dengan kuota internet yang digunakan siswa. Namun, Maman menyatakan, persoalan itu sudah ada solusinya. Hal ini karena dana bantuan operasional sekolah (BOS) dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan kuota internet bagi siswa. Menurut rencana, bantuan untuk pembeliaun kuota internet itu akan mulai diberikan pada 4 Mei 2020. Maman menyampaikan, pembelajaran jarak jauh disesuaikan dengan Kurikulum 2013. Sejauh ini, target materi sesuai kompetensi dasar tidak terlalu sulit dicapai, khususnya dalam aspek pengetahuan. Kendalanya terdapat guna mencapai aspek keterampilan. ”Bagaimanapun dengan cara daring itu banyak kendala dan keterbatasannya sehingga ketercapaian kompetensi keterampilan tidak bisa ideal. Cara daring ini dilakukan karena tidak ada pilihan lain dalam kondisi pandemi Covid-19 ini,” kata Maman. Kemudian, Maman menyatakan, pemadatan materi dinilainya tak perlu dilakukan. Waktu yang tersedia untuk memberikan materi pembelajaran dianggap masih cukup. Baca juga: Rumuskan Ulang Model Belajar Jarak Jauh