Upaya penanggulangan wabah Covid-19 membutuhkan kerja sama dunia. Untuk menangani pandemi, Indonesia menerima bantuan senilai 84,8 juta dollar AS dari 104 negara dan organisasi dunia. Uni Eropa, Jepang, dan Bank Pembangunan Asia memberi dukungan terbesar dalam bentuk bantuan obat-obatan dan alat pelindung diri. Dalam lingkup global, Badan Kesehatan Dunia atau WHO menggalang solidaritas melalui program Covid-19 Response Fund. Program ini merupakan penggalangan dana dari berbagai negara dan institusi internasional untuk pembiayaan riset laboratorium hingga pengadaan alat pelindung diri bagi tenaga medis. Hingga 24 April 2020, total dana yang masuk ke WHO mencapai 402,93 juta dollar AS. Sementara dana tambahan yang akan diterima dari donatur sebesar 274,79 juta dollar AS. Sedikitnya 25 negara ikut menyumbang, ditambah lembaga internasional, seperti Central Emergency Response Fund (CERF), OPEC Fund for International Development (OFID), dan United Nations Development Programme (UNDP) Multi-Partner Trust Fund. Stategi WHO melalui penggalangan dana terhadap wabah Covid-19 dilakukan dengan tiga program, yaitu koordinasi lintas wilayah untuk memitigasi risiko, peningkatan kesiapan negara secara berkelanjutan, dan percepatan penelitian serta pengembangan medis. Program yang sudah dilakukan WHO bersama Kementerian Kesehatan Angola, adalah mengoperasikan kendaraan karavan spesialis kesehatan publik ke berbagai daerah. Tujuan program tersebut ialah meningkatkan kapasitas penanggulangan wabah melalui pelatihan pengawasan epidemiologis. Sementara kerjasama WHO dengan COVID-19 Crisis Cell dari Universitas Basrah di Irak, berhasil meningkatkan kapasitas laboratorium sehingga mampu mempercepat pengujian kasus-kasus yang diduga infeksi virus korona. Bantuan lain juga diberikan ke Haiti. Bantuan berupa penyediaan alat tes infeksi dan pelatihan diagnosis laboratorium serta deteksi penyakit. Aplikasi Kontribusi melawan pandemi juga dilakukan masyarakat dan perusahaan. Salah satunya memanfaatkan teknologi untuk membantu pelacakan kasus dan memberikan informasi pandemi. Pembuatan aplikasi oleh pemerintah bekerja sama dengan swasta dan masyarakat dilakukan sebagai bentuk monitoring pergerakan. Seperti yang dilakukan otoritas China menjelang selesainya lockdown. Pemerintah meminta warganya untuk menggunakan perangkat lunak “Kode Kesehatan” yang menentukan ijin mobilitas mereka. Aplikasi ini merupakan hasil kerja sama pemerintah China, Alipay dan WeChat. Setiap warga yang memiliki akun akan diberikan notifikasi kode kesehatan berupa kode warna berdasarkan status kesehatan dan riwayat perjalanan. Hanya pemilik akun dengan notifikasi kode warna hijau yang boleh berpergian dan mengunjungi tempat publik dengan bebas. Sementara, orang dengan kode kuning harus mengikuti prosedur isolasi di rumah. Orang dengan kode merah adalah pasien Covid-19 dan harus dikarantina. Bentuk kolaborasi senada yang melibatkan masyarakat bersama pemerintah adalah pembuatan laman informasi wabah. Salah satu contohnya di Singapura dengan bentuk laman www.wuhanvirus.sg. Laman itu menunjukkan data yang menjelaskan tiap kasus Covid-19 sejak pertama kali kasus muncul di Singapura. Informasi di tiap kasus meliputi jenis kelamin korban, umur korban, pekerjaan korban, dan riwayat interaksi korban. Informasi yang dihimpun seorang programmer dari rilisan Pemerintah Singapura ini akhirnya dapat menunjukkan pola penularan Covid-19 di negara tersebut. Di Indonesia, partispasi serupa juga muncul dari kawalcovid19.id. Situs tersebut merupakan sumber informasi inisiatif sukarela warganet Indonesia baik dari kalangan praktisi kesehatan, akademisi, hingga profesional. Ada pula LaporCovid19.org yang mengumpulkan data secara partisipatif dari warga oleh warga. Angka kematian di Indonesia akibat Covid-19 yang belum terekam data secara utuh mendorong LaporCovid19.org berupaya untuk melengkapi data. Tujuannya agar masyarakat lebih waspada dan pemerintah bisa membuat keputusan tepat. Langkah ini dilakukan oleh para sukarelawan LaporCovid19.org, salah satunya Florence Armein yang bertugas memperbarui data di 4 kabupaten di Sumatera Utara dan 6 kabupaten di Sumatera Selatan. Ada juga Vinny Asrita  bertugas memperbarui data empat kabupaten di Sulawesi Utara. Mencari data terkait Covid-19 per kabupaten kota dikatakan menjadi tantangan tersendiri. Sebab, belum ada keseragaman data dalam pencatatan terkait Covid-19 dan tidak semua wilayah sudah secara transparan membuka datanya. Karena keterbatasan sukarelawan,  LaporCovid19.org baru memegang data di 345 kabupaten kota di 24 provinsi. Penemuan vaksin Kolaborasi global untuk menemukan vaksin dan obat memunculkan harapan besar penduduk dunia yang tengah berjuang di tengah wabah. Hingga 15 Mei 2020, telah ada 8 kandidat vaksin yang masuk fase uji klinis, serta 110 kandidat lainnya masih fase praklinis. WHO mencatat delapan pengembang vaksin yang berhasil masuk tahap uji klinis berasal dari China, Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman. Salah satu tipe vaksin, Adenovirus Type 5 Vector, yang dikembangkan CanSino Biological Inc./Beijing Institute of Biotechnology. Vaksin tersebut bahkan sudah menjalankan fase 2 uji klinis pada 10 April 2020. Vaksin yang telah masuk fase 2 uji klinis dikembangkan dengan tujuan untuk evaluasi keamanan dan imunogenitas penerima. Setidaknya ada delapan kriteria penerima kandidat vaksin dalam fase 2, seperti penduduk usia lebih dari 18 tahun dan Indeks Massa Tubuh ideal. Seluruh syarat diberlakukan karena target peserta uji klinis adalah orang sehat. Kandidat vaksin terbaru lain yang baru saja masuk uji klinis pada 23 April 2020 bertipe ChAdOx1 dan dikembangkan oleh University of Oxford di Inggris. Sementara vaksin bertipe mRNA, di bawah tanggung jawab BioNTech/Fosun Pharma/Pfixer dari Jerman, telah memiliki ijin melakukan uji klinis, namun masih belum memulai pengujian fase 1 uji klinis. Relawan Indonesia Gerakan relawan menjadi salah satu tulang punggung penanganan situasi krisis, termasuk pandemi Covid-19 yang saat ini sedang terjadi. Banyak kelompok relawan yang dibentuk di Indonesia. Rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia diakui oleh dunia. Sebuah laporan World Giving Index tahun 2018 menyebutkan dari 146 negara, Indonesia menempati posisi pertama dengan skor tertinggi di kategori donasi. Salah satu wujud donasi masyarakat Indonesia adalah penggalangan dana yang dilakukan melalui laman KitaBisa.com. Dana yang terkumpul hingga 15 Mei 2020 mencapai Rp 130 miliar. Selama pandemi Covid-19, bermunculan relawan, mulai dari relawan bantuan sosial hingga pengawasan data. Dari masyarakat sipil, contoh relawan yang terbentuk adalah Indorelawan dan Masyarakat Relawan Indonesia. Sementara relawan dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 tergabung dalam gugus relawan, salah satunya relawan medis. Hingga akhir April 2020, sudah ada 28.900 orang yang bergabung, di mana 5.500 orang diantaranya merupakan relawan medis. Tugas relawan non medis fokus mengurus logistik dan administrasi umum untuk menyebarkan bantuan yang ada. Sementara relawan medis diterjunkan ke fasilitas kesehatan. Ragam kolaborasi terus diperlukan untuk menghadapi pandemi Covid-19. Gotong-royong menghadapi pandemi melibatkan banyak pihak, mulai dari kelompok lokal hingga tingkat internasional. Fokus pada penanganan penularan wabah menjadi kolaborasi utama yang harus dilakukan saat ini. Kebijakan pembatasan sosial dan larangan mudik Lebaran yang ditetapkan pemerintah Indonesia harus didukung semua masyarakat. Dibutuhkan soliditas kerja sama untuk menghadapi pandemi yang telah menekan aspek sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam kolaborasi dunia, dengan melakukan protokol kesehatan. Melakukan pembatasan fisik, menghindari kerumunan, tidak mudik, dan selalu menggunakan masker merupakan bentuk sederhana yang dapat dilakukan dalam rangka kerja sama dunia memutus virus korona.  (LITBANG KOMPAS) Editor: Yoga Prasetyo