Ukraina Minta
Dunia Redam
Narasi Perang
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta
pendekatan yang lebih elegan dalam menyelesaikan krisis
di perbatasan dengan Rusia. Ia tak mau negara-negara
adidaya terus-menerus melontarkan narasi bahwa bakal
terjadi perang di Ukraina.
KIEV, SABTU — Di tengah ke-
tegangan situasi di perbatasan
Ukraina dan Rusia, Presiden
UkrainaVolodymyr Zelenskyy
meminta negara-negara adi-
daya agar tidak terlalu heboh
menggembar-gemborkan
bahwa peperangan akan ter-
jadi. Narasi perang ini tidak
baik bagi mental bangsa Uk-
raina yang setiap hari harus
dirundung kecemasan atas ri-
siko konflik terbuka itu.
Seperti dilansir dari kantor
berita Interfax-Ukraina, Pre-
siden Zelenskyy mengundang
sejumlah wartawan asing un-
tuk menghadiri jumpa pers di
kantornya di Kiev, Jumat
(28/1/2022) waktu setempat
atau Sabtu (29/1) WIB.
”Silakan Anda lihat sendiri.
Kondisi di Ukraina stabil. Ja-
lan-jalan tetap aktif dengan
berbagai kegiatan masyarakat
selama sebatas protokol ke-
sehatan pandemi Covid-19.
Tidak ada tank ataupun ke-
panikan. Semua dalam kea-
daan tenang dan damai,” kata
Zelenskyy.
Ia mengucapkan terima ka-
sih atas berbagai perhatian
dan bantuan yang diberikan
oleh dunia internasional ke-
pada Ukraina. Akan tetapi,
menurut Zelenskyy, hal yang
paling penting ialah agar du-
nia tidak kehilangan keper-
cayaan terhadap Ukraina.
Tanpa adanya kepercayaan
ini, sulit bagi Ukraina untuk
mempertahankan kestabilan
ekonomi, bahkan negaranya.
Zelenskyy memaklumi apa-
bila negara-negara lain meng-
khawatirkan meletusnya pe-
rang dengan Rusia. Saat ini,
ada 100.000—beberapa sum-
ber lain menyebut 130.000—
tentara Rusia di perbatasan
kedua negara. Mereka dileng-
kapi dengan persenjataan be-
rat yang, menurut negara-ne-
gara adidaya, seperti Amerika
Serikat, Inggris, Uni Eropa,
dan Pakta Pertahanan Atlan-
tik Utara (NATO), siap me-
lancarkan invasi ke Ukraina.
”Kami memiliki pengalam-
an berperang dengan Rusia
tahun 2014. Setelah kejadian
itu, Ukraina belajar untuk me-
lakukan manuver politik se-
tiap kali Rusia mengeluarkan
pernyataan ataupun kebijakan
agar memastikan situasi ne-
gara tetap damai,” tutur Ze-
lenskyy, seperti dikutip CNN.
”Dengan segala hormat ke-
pada para pemimpin negara
adidaya, saya, presiden Uk-
raina, lebih memahami kenya-
taan di lapangan,” ujarnya.
Menurut Zelenskyy, narasi
invasi dan perang yang di-
gembar-gemborkan AS, Uni
Eropa, dan NATO itu justru
kontraproduktif. Masyarakat
Ukraina dapat panik dan
ujung-ujungnya mengancam
kestabilan ekonomi negara
itu. Lebih baik negara-negara
adidaya membantu dialog an-
tara Zelenskyy dan Presiden
Rusia Vladimir Putin.
Peringatan tentang invasi
Rusia ke Ukraina itu paling
kencang dilontarkan Was-
hington. Presiden AS Joe Bi-
den memperingatkan Zelen-
skyy bahwa serangan itu bisa
terjadi, Februari mendatang.
Menteri Luar Negeri AS An-
tony Blinken juga menyebut,
serangan Rusia ke Ukraina
”dalam waktu dekat”.
Perang informasi
Terbaru, tiga pejabat Peme-
rintah AS yang tidak mau di-
sebut namanya mengungkap-
kan, kesiapan Moskwa untuk
melancarkan serangan ke Uk-
raina didukung pasokan darah
plus perlengkapan medis yang
cukup untuk merawat prajurit
yang terluka apabila perang
benar-benar terjadi.
Wakil Menteri Pertahanan
Ukraina Hanna Malyar me-
nepis informasi itu. ”Infor-
masi ini tidak benar. Berita
seperti itu bagian dari elemen
perang informasi dan psiko-
logi. Tujuan menyebarkan in-
formasi tersebut adalah untuk
menebar kepanikan dan ke-
takutan di masyarakat kami,”
ujarnya melalui Facebook.
Rusia menempatkan pasuk-
an mereka di perbatasan de-
ngan Ukraina sebagai bentuk
penolakan niat Ukraina ber-
gabung dengan NATO. Mos-
kwa tidak menginginkan nega-
ranya nanti dikelilingi ber

(sambungan dari hal.1)
pangkalan militer asing.
Putin juga telah mengirim
surat resmi kepada AS dan
NATO untuk menarik pasukan
mereka dari Donetsk, sebelah
timur laut Semenanjung Cri-
mea. Wilayah itu secara ge-
ografis masuk ke Ukraina,
tetapi secara kebudayaan lebih
dekat dengan Rusia.
Barat menyebut pada tahun
2014 Rusia mencaplok Crimea
dari Ukraina. Moskwa mem-
bantah telah mencaplok Cri-
mea dengan alasan bergabung-
nya Crimea—yang secara fak-
tual diakui menjadi bagian dari
Ukraina setelah runtuhnya
Uni Soviet pada 1991—ke Rusia
didasarkan pada hasil referen-
dum 16 Maret 2014.
Rusia selalu menganggap
Crimea menjadi bagian dari
sejarahnya. Apalagi, di Crimea
ada kota Sevastopol, kota pe-
labuhan penting di zaman Ke-
kaisaran Rusia. Rakyat di sana
juga berbahasa Rusia. Konflik
di Crimea pecah menjadi pe-
perangan yang menelan
korban jiwa 14.000 orang.
Rusia vs AS
Sejauh ini, Putin terus me-
nyangkal tuduhan bahwa ia
hendak menginvasi Ukraina.
AS melalui Gedung Putih dan
Departemen Pertahanan sela-
lu mengutarakan narasi bahwa
dengan jumlah pasukan dan

persenjataan Rusia sebesar sa-
at ini di dekat perbatasan Uk-
raina, invasi Rusia kemung-
kinan terjadi Februari nanti.
Pentagon pada awal pekan
ini telah menyiapkan 8.500
pasukan. Mereka siap kapan
saja harus turun ke garis de-
pan. Di Donetsk, tempat ten-
tara Ukraina bersiaga, NATO
juga mengirim pasukan. Se-
mentara AS dan Inggris me-
ngirim persenjataan.
Washington berulang kali
mengancam akan menjatuh-
kan sanksi kepada Moskwa ji-
ka menyerang Ukraina. Mes-
kipun demikian, Blinken me-
nuturkan bahwa AS tetap
mengedepankan diplomasi.
(AP/REUTERS/MHD/DN)