ALUTSISTA

DPR Akan Minta Penjelasan Prabowo Membeli Pesawat Rafale

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, mengatakan, Komisi I berencana panggil Menhan Prabowo Subianto. Pemanggilan untuk minta penjelasan soal pembelian pesawat tempur Rafale dan alutsista lainnya

JAKARTA, KOMPAS — Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat akan memanggil Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk meminta penjelasan pertimbangan pembelian enam pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation dan rencana pembelian puluhan alat utama sistem persenjataan lainnya dari Perancis. Pembelian alutsista dari Perancis mestinya menguntungkan bagi Indonesia.

Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, Jumat (11/2/2022), mengatakan, Komisi I DPR dalam waktu dekat berencana memanggil Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Pemanggilan itu untuk meminta penjelasan yang detail pertimbangan pembelian pesawat tempur dan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan lain produksi Perancis.

”Pada kesempatan yang akan datang, pasti kami akan meminta penjelasan secara detail dari Menhan atas rencana pembelian tersebut agar kita mengetahui persis keuntungan melakukan pembelian atas pesawat-pesawat tersebut,” katanya.

Sebelumnya, Prabowo mengatakan, Indonesia berencana membeli 42 unit pesawat tempur Rafale buatan perusahaan dirgantara Perancis, Dassalut Aviation. Selain membeli pesawat tempur, PT Dirgantara Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Dassault untuk perawatan, perbaikan, dan overhaul untuk pesawat-pesawat buatan Perancis yang akan digunakan atau sudah digunakan Indonesia.

” Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat yang akan disusul dalam waktu dekat dengan kontrak untuk 36 pesawat lagi dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan,” ujarnya.

PT PAL juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan kapal selam dengan Naval Grup, produsen kapal selam asal Perancis. Kerja sama ini akan mengarah pada pembelian dua unit kapal selam kelas Scorpene.

Kerja sama lain di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group yang nantinya berujung pada pengadaan satelit pertahanan. Ada pula kerja sama antara PT Pindad dan Nexter Munition untuk pembuatan amunisi kaliber besar bagi persenjataan darat.

 
 
 
 
logo Kompas.id
TEKS 
 
Politik & Hukum›DPR Akan Minta Penjelasan...

ALUTSISTA

DPR Akan Minta Penjelasan Prabowo Membeli Pesawat Rafale

Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, mengatakan, Komisi I berencana panggil Menhan Prabowo Subianto. Pemanggilan untuk minta penjelasan soal pembelian pesawat tempur Rafale dan alutsista lainnya.

Oleh
IQBAL BASYARI
11 Februari 2022 19:15 WIB·4 menit baca
https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/xxbwHtOsvWUGMNOU8FuZr7bzbhY=/1024x576/https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2022/02/10/06b5c679-983a-4e12-9934-333c36aede52_jpeg.jpg

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kedua dari kanan) bersama Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Perancis di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).

JAKARTA, KOMPAS — Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat akan memanggil Menteri Pertahanan Prabowo Subianto untuk meminta penjelasan pertimbangan pembelian enam pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation dan rencana pembelian puluhan alat utama sistem persenjataan lainnya dari Perancis. Pembelian alutsista dari Perancis mestinya menguntungkan bagi Indonesia.

Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat dari Fraksi Partai Golkar, Dave Laksono, Jumat (11/2/2022), mengatakan, Komisi I DPR dalam waktu dekat berencana memanggil Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Pemanggilan itu untuk meminta penjelasan yang detail pertimbangan pembelian pesawat tempur dan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan lain produksi Perancis.

”Pada kesempatan yang akan datang, pasti kami akan meminta penjelasan secara detail dari Menhan atas rencana pembelian tersebut agar kita mengetahui persis keuntungan melakukan pembelian atas pesawat-pesawat tersebut,” katanya.

Baca Juga:Pesawat Tempur Rusia Ditinggalkan, Rafale dan F-15EX Produk Perancis dan AS Dilirik

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kedua dari kanan) bersama Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Perancis di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).IQBAL BASYARI

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kedua dari kanan) bersama Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Perancis di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).

”Pada kesempatan yang akan datang, pasti kami akan meminta penjelasan secara detail dari Menhan atas rencana pembelian tersebut agar kita mengetahui persis keuntungan melakukan pembelian atas pesawat-pesawat tersebut.”

Sebelumnya, Prabowo mengatakan, Indonesia berencana membeli 42 unit pesawat tempur Rafale buatan perusahaan dirgantara Perancis, Dassalut Aviation. Selain membeli pesawat tempur, PT Dirgantara Indonesia juga melakukan kerja sama dengan Dassault untuk perawatan, perbaikan, dan overhaul untuk pesawat-pesawat buatan Perancis yang akan digunakan atau sudah digunakan Indonesia.

” Kita mulai hari ini dengan tanda tangan kontrak pertama untuk enam pesawat yang akan disusul dalam waktu dekat dengan kontrak untuk 36 pesawat lagi dengan dukungan latihan persenjataan dan simulator-simulator yang dibutuhkan,” ujarnya.

PT PAL juga melakukan penandatanganan nota kesepahaman kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan kapal selam dengan Naval Grup, produsen kapal selam asal Perancis. Kerja sama ini akan mengarah pada pembelian dua unit kapal selam kelas Scorpene.

Kerja sama lain di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group yang nantinya berujung pada pengadaan satelit pertahanan. Ada pula kerja sama antara PT Pindad dan Nexter Munition untuk pembuatan amunisi kaliber besar bagi persenjataan darat.

Anggota Komisi I DPR Dave LaksonoDHANANG DAVID UNTUK KOMPAS

Anggota Komisi I DPR Dave Laksono

Lebih jauh, menurut Dave, kebutuhan Indonesia akan pesawat tempur baru adalah suatu kebutuhan yang nyata. Oleh sebab itu, rencana pembelian 42 pesawat Rafale dianggap sangat baik. Namun, rencana pembelian pesawat tempur tersebut harus diikuti juga dengan pengadaan-pengadaan seperti unit pendukung darat, pelatihan pilot pesawat tempur, dan hal-hal lain sehingga memastikan pesawat tempur itu dalam kondisi optimal.

” Kita juga harus ada timbal balik transfer teknologi dari produsen sehingga kita juga bisa melakukan perbaikan dan perawatan terhadap pesawat-pesawat tersebut dalam jangka panjang,” ucapnya.

Jelaskan kelebihan Rafale

Ketua Badan Pengurus Centra Initiative Al Araf menilai, tipe pesawat Rafale yang dibeli memang cocok untuk memperkuat Angkatan Udara TNI, tetapi pemerintah, khususnya Menteri Pertahanan, harus menjelaskan apa kelebihannya dari produk lain.

”Pembelian pesawat tempur ini juga harus menjawab kebutuhan TNI dalam menjawab tantangan perang di masa datang. Artinya, pembelian Rafale ini tidak boleh underspec dan harus berteknologi mutakhir, yakni Rafale generasi terkakhir (F4),” ujarnya.

Aktivis reformasi sektor pertahanan dan keamanan Al Araf saat ditemui di Jakarta, Rabu (19/1/2022).

Menurut Araf, pembelian pesawat tempur Rafale merupakan langkah berani yang dilakukan oleh pemerintah mengingat Indonesia belum pernah membeli pesawat dari Perancis. Ini merupakan hal yang akan menjadi tantangan bagi TNI dalam hal mengintegrasikan pesawat tempur baru ini ke dalam sistem pertahanan Indonesia, khususnya dalam hal konektivitasnya dengan alutsista yang berasal dari negara lain.

Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) Kaharuddin Djenod mengatakan, kerja sama dengan Naval Grup merupakan sejarah penting bagi kedua negara. Pemerintah Perancis dinilai sangat serius dalam memberi dukungan pengembangan alutsista Idnoensia. ” PT PAL bangga menjadi bagian penting dari momen bersejarah ini,” ujarnya.

Sementara CEO Naval Grup Pierre Eric Pommellet menuturkan, pihaknya menambut baik kerja sama di bidang kapal selam antara PAL dengan Naval Grup. ” Kami telah menandatangani nota kesepahaman untuk tujuan tersebut dan berharap dapat bekerja sama dalam program kapal selam untuk memenuhi kebutuhan TNI Angkatan Laut serta memperkuat industri angakatan laut dan pertahanan Indonesia,” tuturnya.