MANGROVE
Dukungan Bank Dunia
Percepat Rehabilitasi
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia
bekerja sama dengan Bank
Dunia menginisiasi proyek
mangrove untuk ketahanan
daerah pesisir seluas 75.000
hektar di empat provinsi hing-
ga 2026 guna mempercepat
program rehabilitasi mangro-
ve. Pengelolaan mangrove ini
akan dilakukan dengan bebe-
rapa pola atau teknik reh-
abilitasi.
Direktur Jenderal Penge-
lolaan Daerah Aliran Sungai
dan Rehabilitasi Hutan Ke-
menterian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) Dyah
Murtiningsih menyampaikan,
upaya mempercepat rehabi-
litasi mangrove diwujudkan
dengan dukungan berbagai pi-
hak, termasuk Bank Dunia.
Proyek yang akan dilakukan
yakni Mangrove untuk Ke-
tahanan Daerah Pesisir
(Mangrove for Coastal Resi-
lience Project).
”Proyek ini akan mereh-
abilitasi mangrove seluas
75.000 hektar. Selain itu, akan
dilakukan juga program ke-
giatan pengelolaan lanskap
mangrove dan penguatan ke-
bijakan serta kelembagaan
mangrove nasional,” ujar
Dyah dalam acara konsultasi
publik proyek mangrove un-
tuk ketahanan daerah pesisir,
Rabu (16/2/2022), di Jakarta.
Menurut Dyah, proyek ini
tidak hanya melibatkan peme-
rintah pusat, tetapi juga pe-
merintah daerah. Pelaksanaan
proyek ini perlu pendekatan
yang inklusif, partisipatif, dan
tetap memperhatikan kondisi
tapak sesuai dengan tipologi-
nya.
Peran dan partisipasi ma-
syarakat juga menjadi tujuan
pengembangan proyek ini.
Pemberdayaan masyarakat
yang berdampak pada penam-
bahan pendapatan melalui
usaha-usaha produktif berba-
sis ekosistem pada akhirnya
akan mampu meningkatkan
ketahanan atas ancaman per-
ubahan iklim.
”Kapasitas masyarakat
yang terlibat dalam proyek ini
diharapkan dapat meningkat
seiring dengan membaiknya
ekosistem mangrove dan
munculnya alternatif baru
mata pencarian masyarakat.
Pada prinsipnya, tujuan prog-
ram ini ialah menstimulus
masyarakat di tingkat tapak
untuk menerima estafet pe-
ngelolaan mangrove ke de-
pan,” tuturnya.
Deputi Bidang Perencanaan
dan Evaluasi Badan Restorasi
Gambut dan Mangrove
(BRGM) Satyawan Pudyatmo-
ko mengatakan, area potensial
rehabilitasi mangrove untuk
proyek ini mencapai 88.828
hektar (ha).Area initersebar di
empat provinsi, yakni Suma-
tera Utara (11.083 ha), Riau
(7.337 ha), Kalimantan Utara
(28.767 ha), dan Kalimantan
Timur (41.641 ha).
Berdasarkan tipologinya,
area rehabilitasi ini terdiri dari
lahan terbuka, mangrove ke-
rapatan jarang dan sedang,
mangrove terabrasi, serta tam-
bak vegetasi. Setiap tipologi de-
gradasi mangrove memiliki te-
knik rehabilitasi yang berbe-
da-beda karena gangguan pe-
ngelolaannya juga beragam.
Rehabilitasi mangrove juga
tidak bisa dilakukan dengan
cara menanam dan ditinggal.
Rehabilitasi mangrove harus
diiringi dengan pemeliharaan
selama 3-5 tahun sehingga ta-
naman tersebut sudah tegak
dengan sempurna.
Hal terpenting lainnya agar
rehabilitasi tidak sia-sia yaitu
dengan memastikan siapa pi-
hak yang mengelola, bagai-
mana pengelolaannya, dan ke-
terampilan apa yang dibutuh-
kan. Ketika mangrove terse-
but sudah tumbuh, kegiatan
yang dilakukan tidak sebatas
menanam, tetapi juga mem-
perkuat koordinasi pengelo-
laan lanskap dari tingkat ka-
bupaten/kota hingga desa.
”Tanpa melibatkan desa, ja-
ngan berharap restorasi dan
rehabilitasi bisa berlanjut,” tu-
tur Satyawan. (MTK)