Tugas TNI AL semakin berat di masa mendatang. Ancaman di bidang maritim selalu berubah seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

 

Jakarta, Kompas — Tugas TNI AL ke depan semakin berat. Sejumlah benturan kepentingan di kawasan berpotensi berujung perang. Oleh karena itu, TNI AL perlu mengantisipasi dampak benturan kepentingan tersebut dengan membangun kekuatan dan kesiapsiagaan.

Pesan itu disampaikan Kepala Staf TNI AL Laksamana Yudo Margono saat memimpin upacara serah terima jabatan (Sertijab) Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) RI dari Laksdya Agung Prasetiawan yang akan pensiun kepada Laksda Abdul Rasyid yang sebelumnya menjadi Asisten Perencanaan KSAL. Upacara dilaksanakan di Kompleks Satuan Kapal Koarmada I, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin (13/6/2022).

”Ketika benturan kepentingan itu terus meningkat, perang jadi pilihannnya,” kata Yudo.

Yudo juga melantik Laksda Hutabarat sebagai Pangkoarmada II baru menggantikan Laksda TNI Iwan Isnurwanto yang menjabat sebagai Asrena KSAL. Dalam kesempatan itu, KSAL juga melantik Kolonel Laut (E) Mukhlis menjadi Komandan Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) menggantikan Laksamana Pertama (Laksma) Avando Bastari.

Di hadapan anggota TNI AL yang hadir, Yudo mengungkapkan bahwa tugas TNI AL semakin berat di masa mendatang. Ancaman di bidang maritim selalu berubah seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selain itu, prajurit TNI AL juga dituntut harus mampu menegakkan kedaulatan dan hukum di laut secara tegas. Ia juga menggarisbawahi bahwa STTAL memiliki peran kian krusial karena saat ini perang yang menitikberatkan teknologi.

 

Sebelumnya, di hari Sabtu (11/6/2022), di depan menteri-menteri pertahanan dan komunitas pertahanan yang menghadiri Shangri-la Dialogue di Singapura, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menekankan agar negara-negara besar, seperti AS dan China, bertindak bijaksana demi perdamaian dunia. Ia menyatakan keyakinannya kepada para pemimpin China akan memegang tanggung jawab mereka dengan kebijaksanaan dan kebajikan. Sebab, itu adalah ajaran filosofis mereka.

”Konfusius selalu mengajarkan kita bahwa kekuasaan dan kepemimpinan harus selalu datang dengan kebajikan,” kata Prabowo.

Sementara AS disebut Prabowo sebagai negara besar yang dihormati karena perjuangannya melawan kolonialisme. ”Mereka mendukung perjuangan kami untuk kemerdekaan. Kami tidak melupakan teman-teman kami yang mendukung kami,” ujarnya.

Menurut Prabowo, RI sebagai negara yang terdampak berbagai tantangan geopolitik dunia mengambil posisi mendukung tatanan internasional berbasis aturan. Indonesia, sebagai negara dengan politik luar negeri bebas aktif, menghormati kepentingan semua negara dan tidak memihak.

”Bagi kami, menghormati kepentingan semua tetangga kami dan semua kekuatan besar di wilayah ini adalah hal yang penting. Dan kami telah berhasil mencapainya dengan saudara-saudara kami di ASEAN, dan karena itu, inilah yang juga ingin kami coba capai dalam situasi ini,” ujarnya.