Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia terus memadati kompleks Majidil Haram jelang puncak haji (wukuf) pada 20 Agustus 2018.KOMPAS/NASRULLAH NARA

Jemaah haji dari berbagai penjuru dunia terus memadati kompleks Majidil Haram jelang puncak haji (wukuf) pada 20 Agustus 2018.

Sabtu (4/6/2022) pagi, jemaah haji Indonesia gelombang pertama berangkat ke Arab Saudi. Mereka akan menjalani ritual di Madinah, baru kemudian ke Mekkah.

Jemaah gelombang berikutnya menyusul secara bertahap dari asrama haji di sejumlah kota di Indonesia. Beberapa hari sebelumnya, ratusan petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) telah mendahului berangkat ke Arab Saudi untuk menyiapkan operasional layanan haji bagi para anggota jemaah. Mereka tersebar di daerah kerja di Madinah, Mekkah, dan bandara di Jeddah.

Semua itu menandai dimulainya penyelenggaraan haji tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi. Haji kali ini adalah yang pertama kali diikuti jemaah internasional pasca-pandemi Covid-19. Tahun 2019 dan 2020, haji digelar secara terbatas dengan hanya diikuti jemaah dari dalam negeri Arab Saudi.

Kita semua berharap rukun Islam kelima itu berjalan lancar, jemaah selamat, dan hajinya berkah. Lancar dalam pengertian operasional layanan untuk jemaah di Indonesia dan selama di Arab Saudi berjalan dengan baik. Selamat menjadi target agar jemaah dapat beribadah dengan sehat di ujung pandemi yang sejatinya belum benar-benar berakhir. Berkah mengacu pada kekhusyukan jemaah dalam menjalani semua ritual haji dari awal sampai akhir, seperti tawaf, sa’i, wukuf, jamarat, dan tahallul di Mekkah, termasuk ziarah di Madinah.

Iklan

Kepadatan haji kali ini lebih longgar dibandingkan biasanya. Pemerintah Arab Saudi membuka pintu haji untuk satu juta anggota jemaah atau separuh dari jumlah lazim sebelum pandemi. Indonesia mendapatkan kuota haji 100.051 orang. Sebanyak 92.825 anggota jemaah di antaranya adalah haji reguler, 7.226 anggota jemaah haji khusus, dan 1.901 petugas.

Keselamatan jemaah diupayakan dengan memenuhi persyaratan usia setiap anggota jemaah di bawah 65 tahun, mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap, dan lolos tes PCR sebelum berangkat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga menggunakan aplikasi TeleJemaah dan gelang tangan pintar untuk memantau kesehatan jemaah, seperti detak jantung, saturasi oksigen, dan peringatan waktu minum untuk menghindari dehidrasi. Anggota jemaah yang berisiko medis tinggi dipantau intensif.

Semua upaya itu diharapkan dapat menekan angka kematian. Data dari Pusat Kesehatan Haji Kemenkes mencatat, angka kematian jemaah haji Indonesia rata-rata dua orang per mil dari total jemaah per tahun. Ini angka tertinggi di dunia. Ditargetkan, angka kematian itu dapat diturunkan menjadi satu orang per mil per tahun.

Dari sisi jemaah, semua diharapkan menyiapkan dan menjaga kesehatan selama beribadah di Tanah Suci. Dengan fisik yang baik, semua ritual dapat dijalani secara khusyuk. Seusai haji, jemaah bisa pulang ke Tanah Air dengan selamat.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/zLC6O71T5hyaE9dw4Sr4GGOnKH8=/1024x527/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F12%2F7c4e2bfa-e3da-40f1-a50b-55012b3846b2_png.png