JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yakin pertumbuhan ekonomi nasional masih akan tumbuh positif ke depannya meskipun kondisi global masih sangat dinamis.
Pertumbuhan ekonomi nasional ini didukung oleh berbagai indikator ekonomi yang saat ini masih menunjukkan kinerja yang positif baik dari sisi ekpor, indeks keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan indeks PMI.
"Kami masih meyakini bahwa berbagai indikator menunjukkan pertumbuhan ekonomi kita tahun ini masih terus tumbuh positif," ujarnya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (31/8/2022).
Oleh karenanya, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional sampai akhir 2022 dapat bisa ke atas dari proyeksi BI sekitar 4,5-5,3 persen. Begitupun dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan yang masih akan tinggi.
"Untuk 2023 kami perkirakan pertumbuhan ekonomi masih bisa 4,5-5,3 persen tentu saja semuanaya masih akan sangat tergantung dari kebijakan fiskal yang disampaikan menkeu dan akan dibahas dalam RAPBN 2023," ucapnya.
Namun, dia bilang, terdapat tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga agar pertumbuhan ekonomi nasional tetap sesuai target, yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.
Pasalnya, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia ini dapat menyebabkan nilai ekspor Indonesia ikut terhambat lantaran daya beli dunia tidak sebaik tahun-tahun sebelumnya.
"Yang perlu dicermati tahun depan adalah karena pertumbuhan ekonomi dunia turun, tentu saja daya dukung dari ekspor tidak akan sekuat pada 2 tahun terakhir termasuk tahun ini," jelas Perry.
Dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi dunia terus direvisi ke bawah. Pada tahun 2022, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya 2,9 persen dan akan lebih rendah lagi di tahun 2023 akan menjadi 2,7 persen.
Hal ini dikarenakan kondisi global masih sangat dinamis akibat pandemi covid-19 yang masih beralngsung, gangguan mata rantai pasok dunia, perang Ukraina-Rusia, dan gelombang kenaikan suku bunga acuan di negara-negara maju.
"Kelihatan bahwa ini perkembangan-perkembangan sangat dinamis dan ketidapastian itu mempersulit kita untuk memperkirakan ke depan," tuturnya.