Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang berkepanjangan, seluruh negara berpotensi mengalami perlambatan ekonomi, termasuk Indonesia. Meski begitu, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual masih optimistis Indonesia tak akan jatuh ke jurang resesi pada tahun 2023. Meski, David melihat potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik pada tahun depan. 

“Memang ada potensi perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun depan. Namun, tidak resesi,” tegas David kepada Kontan.co.id, Jumat (16/9). 

Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 berada di kisaran 4,8% secara tahunan hingga 5% secara tahunan. Ini melambat dari perkiraan pada tahun 2022 yang sebesar 5,1% hingga 5,3% secara tahunan.

David menduga Indonesia tak akan terlalu terpengaruh perlambatan ekonomi global. Pasalnya, kekuatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ada pada perekonomian domestik, yaitu konsumsi rumah tangga. 

Dengan demikian, untuk menjaga otot perekonomian tetap kuat, David menyarankan pemerintah untuk benar-benar menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Selain itu, dengan masih bergulirnya mobilitas masyarakat, David yakin konsumsi rumah tangga masih akan tumbuh baik. 

Selain itu, David meyakini pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi juga masih tumbuh mumpuni pada tahun depan. Ini karena reformasi struktural yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia mampu menarik minat para investor untuk menanamkan modal ke dalam negeri.

Bila melihat sektor usaha dalam negeri, David masih yakin akan prospek pertumbuhan beberapa sektor usaha, seperti industri manufaktur. Namun, David mengimbau pemerintah memberikan berbagai insentif untuk dunia usaha, seperti insentif bea masuk, peralatan mesin, maupun insentif pajak. 

Asal tahu saja, lembaga internasional mulai pesimistis akan prospek perekonomian global pada tahun 2023. 

Sebut saja Bank Dunia, yang meramal pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan akan masuk ke jurang resesi dengan penurunan hingga 0,5%. Sedangkan lembaga Fitch Ratings memangkas pertumbuhan ekonomi global tahun depan sebesar 0,5% dari perkiraan sebelumnya.