Jemaah sedang bersiap shalat dzuhur di lantai dua Masjidil Haram, Mekkah, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat. Jemaah haji dari beberapa negara berdatangan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada awal Juli 2022.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Jemaah sedang bersiap shalat dzuhur di lantai dua Masjidil Haram, Mekkah, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat. Jemaah haji dari beberapa negara berdatangan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada awal Juli 2022.

JAKARTA, KOMPAS — Jemaah haji ataupun umrah dari Indonesia yang akan melakukan ibadah di Tanah Suci didorong untuk senantiasa berperilaku ramah lingkungan. Sebab, Islam memandang lingkungan sebagai aspek yang sangat penting guna menjaga kelestarian Bumi.

Sebagai upaya mendorong jemaah haji dan umrah berperilaku ramah lingkungan saat menjalankan ibadah ke tanah suci, Greenpeace Indonesia bersama aliansi Ummah meluncurkan aplikasi Green Hajj berbahasa Indonesia. Sebelumnya, aplikasi yang dapat diunduh secara gratis di ponsel ini juga telah diluncurkan dalam bahasa Inggris dan Arab.

Menu aplikasi Green Hajj berisi Al Quran, zikir, doa, dan panduan praktis dalam melakukan ibadah haji dan umrah. Melalui aplikasi ini, pengguna juga bisa mendapatkan panduan berbagai kegiatan yang ramah lingkungan saat melakukan ibadah haji dan umrah. Kegiatan seperti penggunaan air dan energi yang efisien, pengurangan sampah, khususnya sampah plastik, dan penggunaan transportasi publik.

Pemimpin proyek Ummah4Earth Greenpeace Indonesia Kiki Taufik mengatakan, salah satu hal yang dapat dilakukan jemaah haji dan umrah untuk membantu mengurangi sampah plastik ialah dengan membawa botol minum sendiri. Selain mengurangi sampah plastik, membawa botol minum sendiri juga memudahkan jemaah agar tetap terhidrasi.

Islam memandang lingkungan sebagai aspek yang sangat penting. Sebab, keberlanjutan dunia ini sangat bergantung pada kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan.

”Aplikasi ini sangat membantu jemaah berperilaku ramah lingkungan karena terdapat beberapa panduan yang bisa diterapkan secara individu. Sebagai umat Islam, kita harus memulai perubahan dari diri kita sendiri,” ujar Kiki, yang juga tengah menjalani ibadah haji, melalui sambungan daring, Kamis (30/6/2022).

Calon anggota jemaah haji melempar jumrah saat manasik haji di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/5/2022).KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Calon anggota jemaah haji melempar jumrah saat manasik haji di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (22/5/2022).

Kiki menyatakan, pembuatan aplikasi tersebut merupakan salah satu kontribusi dari kolaborasi umat Islam di Indonesia dan negara lain dalam mengatasi krisis iklim. Oleh karena itu, seluruh masyarakat, termasuk umat Muslim, harus berperan dalam mencegah kerusakan lingkungan yang semakin parah.

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengapresiasi peluncuran aplikasi Green Hajj yang dapat menjadi panduan bagi jemaah haji dan umrah untuk senantiasa berperilaku ramah lingkungan. Perilaku ini sangat dibutuhkan mengingat jutaan orang berkumpul di satu titik wilayah di Mekkah saat sedang menjalankan ibadah haji atau umrah.

Baca juga: Jemaah Haji Indonesia Tiba di Madinah

Nasarudin memandang bahwa doktrin manasik haji perlu diselipkan tentang unsur kesehatan dan lingkungan di samping persoalan syariat. Filosofi tentang kesehatan dan lingkungan ini diperlukan karena aspek ini kerap diabaikan jemaah haji atau umrah, seperti saat membuang bekas wadah air zam-zam secara sembarangan.

Nasarudin menegaskan, Islam memandang lingkungan sebagai aspek yang sangat penting. Sebab, keberlanjutan dunia ini sangat bergantung pada kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan untuk senantiasa menanam pohon meski dunia akan kiamat esok hari.

”Nabi berpesan agar jangan melakukan pencemaran di tempat-tempat untuk berkumpul orang banyak. Tempat seperti Padang Arafah juga membuat aturan bila mencabut rumput atau membunuh semut akan dikenai denda,” ucapnya.

Seorang anggota jemaah haji tengah memeriksa tas koper yang baru diturunkan dari bus penjemput di Hotel Luluah di Raudah, Mekkah, Arab Saudi, Minggu (19/6/2022).KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Seorang anggota jemaah haji tengah memeriksa tas koper yang baru diturunkan dari bus penjemput di Hotel Luluah di Raudah, Mekkah, Arab Saudi, Minggu (19/6/2022).

Menurut Nasarudin, aturan dan pesan ini menunjukkan bahwa merusak lingkungan, seperti menebang pohon atau membunuh hewan, secara sembarangan akan memiliki risiko yang sangat besar. Risiko inilah yang harus dihindari agar Bumi memiliki umur yang panjang.

Baca juga: Prosesi Haji 2022 Dimulai

Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kementerian Agama (Kemenag) Nur Arifin menambahkan, hasil survei ringan Kemenag menunjukkan, tempat berkumpulnya jemaah haji dan umrah kerap menyisakan sejumlah sampah, seperti plastik atau botol minuman. Jemaah juga terkadang tidak mengetahui bahwa membuang sampah sembarangan telah melanggar aspek keimanan.

”Oleh karena itu, aplikasi Green Hajj menjadi panduan atau tafsir praktik bagi Muslim untuk meningkatkan keislamannya. Para anggota jemaah ini perlu bimbingan atau pendidikan bahwa peran manusia di Bumi adalah untuk menata kehidupan menjadi lebih teratur,” ujarnya.