Para anggota jemaah haji  melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah di lantai dua Masjidil Haram, Mekkah, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat. Jemaah haji dari sejumlah negara berdatangan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada awal Juli 2022.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Para anggota jemaah haji melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah di lantai dua Masjidil Haram, Mekkah, Senin (27/6/2022) siang waktu setempat. Jemaah haji dari sejumlah negara berdatangan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji pada awal Juli 2022.

”Indonesia. Bagus, bagus....” Seorang petugas di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, menyapa kami yang mengenakan seragam rompi hitam bertuliskan ”Indonesia”.

Pagi itu, Sabtu (9/7/2022), Masjidil Haram padat oleh jemaah yang melakukan tawaf dan sai. Beberapa jalur ditutup. Kami, beberapa anggota Media Center Haji (MCH) Indonesia, kebingungan untuk keluar masjid sehingga meminta bantuan petugas.

Petugas itu menyibak kerumunan jemaah, lantas tangannya menunjuk celah kecil di pojokan Bukit Shafa yang dijaga askar, penjaga keamanan. ”Tahkruj min dzalika at-thariq, mubasyarah ila dar al-miyah al-rabi’ (keluar saja dari jalan itu, langsung menuju WC4),” katanya.

Kami bergegas menyusuri koridor itu dan tiba di WC4. Ini salah satu tempat janjian yang mudah ditandai karena ada tulisan besar ”WC4”. Lokasinya persis di pelataran masjid, tak jauh dari Terminal Jiyad.

Beberapa pekan sebelumnya, saat MCH menjajal skuter listrik untuk tawaf, petugas juga menyambut gembira. Seorang petugas bahkan bercerita, dia pernah ke Jakarta, Puncak (Bogor), dan Bali. ”Negerimu punya banyak pohon, sungai, hijau semua. Seperti surga,” katanya.

Wisatawan domestik berfoto dengan latar belakang area persawahan di Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (21/11/2021).  KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)

Wisatawan domestik berfoto dengan latar belakang area persawahan di Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, Minggu (21/11/2021).

Pemandangan hijau memang termasuk kemewahan di tanah Arab Saudi yang cenderung kering, berbatu, dan jarang ditumbuhi pohon. Surga kerap digambarkan sebagai negeri indah dengan sungai dan air yang selalu mengalir.

Kesan itu mengingatkan pada kisah Rektor Universitas Al Azhar, Mesir, Syeikh Mahmud Syaltut saat mengunjungi Indonesia tahun 1960-an. Saking kagumnya dengan keindahan alam di Tanah Air, Syeikh sampai bilang, Indonesia qith’atu min al-jannah ala al-ardh” (Indonesia adalah sepotong surga di atas Bumi). Tentu, itu metafora belaka.

Sapaan petugas di Masjidil Haram itu mencerminkan, Indonesia dikenal luas di Mekkah. Popularitas ini dipicu kedatangan jemaah haji Indonesia tiap tahun dalam jumlah terbesar dibandingkan dengan negara lain. Tahun 2022, saat haji dibuka bagi sejuta anggota jemaah, Indonesia mendapat kuota 100.051 orang, separuh dari rerata kuota sebelum pandemi.

Jemaah Indonesia memiliki penampilan khas: postur kecil, kulit sawo matang, dan bahasa Indonesia. Karena sering diucapkan, beberapa kata Indonesia populer di Mekkah, seperti ”terima kasih, bagus, jalan, sama-sama, beli, murah”. Sebagian istilah itu terkait dengan jual beli. Maklum, jemaah kita cukup doyan belanja.

Baca juga: Diaspora Nusantara di Tanah Mekkah

Sejumlah anggota jemaah haji Indonesia di kawasan Misfalah, Mekkah, Arab Saudi, bersiap memasuki bus yang mengantarkan mereka ke Masjidil Haram, Jumat (24/6/2022). Bus bernama ”Bus Sholawat” ini menjadi andalan untuk antar jemput jemaah dari hotel ke Masjidil Haram.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Sejumlah anggota jemaah haji Indonesia di kawasan Misfalah, Mekkah, Arab Saudi, bersiap memasuki bus yang mengantarkan mereka ke Masjidil Haram, Jumat (24/6/2022). Bus bernama ”Bus Sholawat” ini menjadi andalan untuk antar jemput jemaah dari hotel ke Masjidil Haram.

Warung Indonesia

Di sejumlah hotel, banyak warung menyasar jemaah Indonesia. Warung-warung itu dikelola oleh orang Bangladesh, India, atau Pakistan. Jualannya berupa berbagai penganan khas Nusantara, juga oleh-oleh khas Arab. Sebagian warung mempekerjakan orang Indonesia.

Di dekat lobi Hotel Safwat Albayt di Mahbas Jin, Mekkah, ada Baqalah Ali. Toko ini dipenuhi mi instan, cabe botolan, kecap, dan kopi saset. Ada juga bakso, tahu isi, serta bakwan. ”Bakso dan bakwan sudah habis. Paling laku itu,” kata Azwah Herdelita (32), perempuan asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, penjaga warung. Bakso isi empat pentol dijual Rp 12 riyal (sekitar Rp 48.000). Seplastik bakwan isi empat dijual 7 riyal (Rp 28.000).

Di bagian depan lobi hotel ada juga dua toko. Salah satu pengelola toko, Husein, asal Bangladesh, menyapa orang-orang yang melintas, ”Bapak, Ibu, ayo beli. Murah!”

Sapaan itu menarik perhatian jemaah yang menginap di hotel dekat situ. Mereka mampir dan belanja untuk sekadar menebus kangen makanan rumahan. Tri Wahyo (35) dan Munawi (49), misalnya, mencari sambal terasi untuk makan. ”Biar enak dan tidak usah ngulek lagi,” kata suami istri asal Bojonegoro, Jawa Timur, itu.

Baca juga: Pagi yang Gembira di Mina

Seorang  perempuan resepsionis hotel sedang membantu jemaah haji Indonesia yang menanyakan kunci kamar di Rose Garden Hotel di kawasan Misfalah, Mekkah, Arab Saudi, Jumat (24/6/2022). Seiring keterbukaan di Arab Saudi, kini makin banyak perempuan bekerja di ruang publik.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Seorang perempuan resepsionis hotel sedang membantu jemaah haji Indonesia yang menanyakan kunci kamar di Rose Garden Hotel di kawasan Misfalah, Mekkah, Arab Saudi, Jumat (24/6/2022). Seiring keterbukaan di Arab Saudi, kini makin banyak perempuan bekerja di ruang publik.

Pohon Soekarno

Hubungan Indonesia dan Arab Saudi sudah lama terjalin. Mengacu buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII oleh Azyumardi Azra, orang Indonesia mengunjungi Mekkah sejak abad ke-15. ”Ashabul Jawiy” (para sahabat dari Nusantara) itu datang untuk berhaji sambil menuntut ilmu. Tradisi ini berlanjut seiring tradisi ibadah haji sampai sekarang. Dulu pergi dengan kapal laut sampai berbulan-bulan di jalan, kini jemaah terbang dengan pesawat.

Terkait sejarah itu, Indonesia bahkan memiliki semacam ”monumen”. Di Arafah, tempat wukuf, ada ”pohon Soekarno”. Beberapa sumber menyebut, Presiden pertama RI menunaikan ibadah haji tahun 1955. Merasakan terik saat wukuf, dia usul kepada Raja Saud bin Abdulaziz al-Saud untuk menghijaukan kawasan itu. Dikirimlah ribuan bibit mimba, pohon yang bertahan hidup di cuaca panas. Kini, mimba menjadi bagian penting dari penghijauan di Arafah.

Menurut Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Subhan Cholid, mimba dirawat dengan baik, bahkan orang yang merusaknya didenda. Bukan hanya di Arafah, Kerajaan Arab Saudi juga memperbanyak dan menanam pohon itu di luar Mekkah, seperti di Jeddah. ”Saya pernah melihat pohon mimba besar serangkulan orang dewasa,” katanya.

Baca juga: Memanjakan Lidah Jemaah Haji Indonesia di Mekkah

Dua petugas haji Indonesia tengah memeriksa perkemahan haji dekat pohon mimba di Arafah, Arab Saudi, akhir Juni 2022. Pohon mimba itu bermula dari sumbangan Presiden  pertama Ri Soekarno untuk Kerajaan Arab Saudi demi menghijaukan kawasan Arafah yang panas. KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Dua petugas haji Indonesia tengah memeriksa perkemahan haji dekat pohon mimba di Arafah, Arab Saudi, akhir Juni 2022. Pohon mimba itu bermula dari sumbangan Presiden pertama Ri Soekarno untuk Kerajaan Arab Saudi demi menghijaukan kawasan Arafah yang panas.