KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Suasana di pabrik pengemasan air zamzam di Syarikah al-Zamazemah di Zaidi, pinggiran Mekkah, Arab Saudi, Rabu (20/7/2022) malam. Di sini, air zamzam yang dialirkan dari bawah Kabah itu dikemas dalam bentuk botolan siap minum, terutama disediakan bagi jemaah haji.
”Kami menyaring air zamzam dari Kabah di Masjidil Haram lalu mengemasnya dalam botol-botol,” kata Hassan Mahmoud Abu al-Faraj, Direktur Pelaksana Syarikah al-Zamazemah, di kawasan Zaidi, pinggiran Mekkah, Arab Saudi, Rabu (20/7/2022) malam.
Malam itu, Kompas bersama Media Center Haji menengok pabrik pengemasan air zamzam. Lokasinya di pinggiran Mekkah, sekitar 15 kilometer dari Masjidil Haram.
Bangunan besar itu terdiri atas dua lantai. Sambil berbincang di lantai dua, dari dinding kaca bening, kami melihat pengemasan air zamzam di lantai pertama. Hanya beberapa orang berjaga. Selebihnya dipenuhi mesin-mesin besar.
Ada mesin pembersih air dari debu dan kotoran lain. Mesin peniup kapsul plastik menjadi botol-botol kecil. Mesin yang memasukkan air dalam botol, menutup, memasang label, juga mengemas botol-botol air ke dalam kardus.
”Tidak lagi manual. Hampir semua proses di sini dikerjakan oleh mesin,” ujar Hassan. Dengan cara kerja itu, pabrik memproduksi sekitar 10.000 botol air dalam satu jam.
Pabrik ini mendapat mandat dari Kerajaan Arab Saudi untuk memasok air zamzam bagi jemaah haji. Ini layanan gratis, tidak dijual. Air kemasan dikirim ke hotel-hotel lantas dibagikan kepada seluruh jemaah.
Pada musim haji, pabrik mendistribusikan sekitar 1 juta liter air zamzam setiap hari. Beberapa tahun lalu, pembagian air dengan galon-galon plastik besar. Setelah pandemi sampai sekarang dipakai kemasan botol, antara lain berisi 330 mililiter air. ”Dengan botolan seperti ini, jemaah haji mudah membawa dan meminumnya,” kata Hassan.
Baca juga: Berjibaku Meliput Haji Saat Pandemi
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Replika sumur zamzam tradisional di pabrik pengemasan air zamzam Syarikah al-Zamazemah di Zaidi, pinggiran Mekkah, Arab Saudi, Rabu (20/7/2022) malam. Pada zaman dulu, air zamzam ditimba dengan tangan, lalu dituangkan ke dalam kendi-kendi tanah liat untuk dibagikan kepada jemaah haji.
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Seorang petugas di pabrik pengemasan air zamzam Syarikah al-Zamazemah di Zaidi, pinggiran Mekkah, Arab Saudi, Rabu (20/7/2022) malam, sedang menjelaskan peta sumur air zamzam di bawah Kabah di Masjidil Haram. Sumur zamzam sedalam sekitar 30 meter di bawah Kabah.
Sejak zaman Nabi
Air zamzam punya sejarah panjang. Banyak riwayat menyebut, Hajar, istri Ibrahim, bersama putranya yang masih bayi, Ismail, kehausan saat di Mekkah. Hajar berlari-lari mencari air antara Bukit Shafa dan Marwa, sampai tiba-tiba air memancar dari bawah kaki Ismail yang mengentak-entak. Sejak itu, air terus mengalir sampai sekarang.
Peristiwa Hajar mencari air dengan berlari-lari kecil antara Bukit Shafa dan Marwa itu kemudian diabadikan sebagai amalan haji atau umrah, yaitu sai. Setiap jemaah yang melakoni amalan ini diharapkan sambil mengenang upaya Hajar untuk bersusah payah mencari air untuk menjaga kehidupan anaknya.
Di mana persisnya mata air zamzam? Di dinding pabrik tertempel peta lama dengan beberapa catatan. Usamah Abdullah Soleh Abduh, Manajer Bagian Kedaruratan dan Keselamatan Syarikah al-Zamazemah, menunjukkan, sumber air zamzam berada di bawah Kabah, tepatnya di dekat makam Ibrahim. Di bawah lantai ada sumur berkedalaman sekitar 30 meter. Di dalamnya ada juga saluran mata air dari Hijr Ismail dan Bukit Shafa dan Marwa.
Di area pabrik juga ada replika sumur tradisional lengkap dengan tambang dan ember. Pada zaman dulu, air zamzam ditimba, lantas dituangkan ke dalam kendi-kendi dari tanah liat. Kendi ini juga berfungsi menjaga suhu air tetap dingin. Kendi-kendi itu dibuat dalam bentuk yang berbeda-beda sebagai penanda bagi setiap keluarga pengelola air zamzam. Setiap keluarga memiliki penanda khusus.
Keluarga-keluarga itu mendapatkan semacam penetapan sebagai pengelola zamzam. Keturunan dari para keluarga itulah yang kini mendapat kepercayaan untuk melanjutkan layanan mengurus air zamzam. Mereka bergabung dalam Syarikah al-Zamazemah.
Saat ini, air zamzam yang bersumber dari bawah Kabah itu dialirkan dengan pipa bawah tanah ke kawasan Kudai. Dari Kudai, air itu diambil dengan mobil untuk dibawa ke Syarikah al-Zamazemah di Zaidi. Di pabrik, air itu dibersihkan dari debu dan kotoran. Air lantas dimasukkan ke dalam botol-botol yang telah disiapkan. Setiap botol diberi label, kemudian dikemas dalam kardus-kardus.
Setiap selesai pengemasan, ada tim yang memeriksa untuk memastikan bahwa air zamzam itu murni, tidak terkontaminasi unsur-unsur yang mencemari. Tim terdiri dari ahli internal syarikah serta ahli dari luar. Setelah lolos periksa, kemasan ditandai dan siap didistribusikan. ”Air zamzam itu dibagikan kepada jemaah haji,” kata Abdul Basit Yahya al-Mahdi, Sekretaris Eksekutif Syarikah al-Zamazemah.
Banyak riwayat menyebut manfaat air ini, terutama untuk menyegarkan badan, bahkan menyembuhkan sakit. Pernah ada penelitian yang memeriksa beberapa kandungan di dalam air zamzam. Salah satunya, kadar garam yang baik. Dengan khasiat itu, jemaah haji selalu membawa air itu sebagai oleh-oleh saat pulang.
Hassan Mahmoud menceritakan, pada zaman dulu, air zamzam dimasukkan ke dalam cangkir besi. Agar tertutup rapat dan aman sampai tujuan, cangkir besi itu ditutup dengan cara dipanaskan. Sekarang, air dibawa dalam kemasan galon atau jeriken plastik yang lebih praktis. Tiba di rumah, jemaah akan mencampur atau mengoplos zamzam dengan air biasa sehingga mencukupi untuk dibagi kepada banyak tamu.
Soal air zamzam oplosan, Hassan punya penjelasan menarik. Katanya, ”Satu botol air zamzam murni, jika dicampurkan dalam 1.000 botol air, semuanya akan menjadi air zamzam.”
Kini, setiap anggota jemaah mendapat jatah sekitar 5 liter air zamzam. Air itu dikirimkan lewat kargo pesawat dan dapat diambil oleh jemaah di asrama haji di Tanah Air. Oleh-oleh khas itu akan dibagikan kepada sanak kerabat di rumah.
”Ketika tamu datang, mereka mengharap bisa mencicipi air zamzam sambil berdoa agar disegerakan pergi ibadah ke Tanah Suci,” ujar Puguh Nur Ihsan (34), anggota jemaah haji yang baru tiba di rumahnya di Bojonegoro, Jawa Timur.
Baca juga: Mendaki Bukit Cinta Saat Senja
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Seorang petugas di pabrik pengemasan air zamzam Syarikah al-Zamazemah di Zaidi, pinggiran Mekkah, Arab Saudi, Rabu (20/7/2022) malam, sedang menjelaskan kendi tanah liat tradisional yang dulu digunakan untuk menampung air zamzam.