KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Hujan yang mengguyur Kota Jambi, Senin (23/8/2021) siang, membuyarkan petugas di pos penyekatan PPKM level 4 Kota Jambi di Simpang Rimbo. Setelah hujan mereda, kendaraan dari luar kota bebas masuk ke dalam kota tanpa penyekatan.
JAKARTA, KOMPAS — Anomali menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia yang bersamaan dengan terjadinya aliran gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation fase basah menyebabkan hujan lebat di sebagian wilayah. Hujan lebat melanda sejumlah wilayah, termasuk Jabodetabek, bahkan memicu banjir di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
”Analisis terkini menunjukkan adanya gangguan MJO (Madden Julian Oscillation) cukup signifikan di sebagian besar wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir, baik di Kotawaringin maupun di Jabodetabek,” kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab, di Jakarta, Rabu (25/8/2021).
Menurut Fachri, keberadaan MJO dalam siklus basah ini berdampak terhadap penambahan hujan di beberapa wilayah di Indonesia bagian barat, khususnya di Kalimantan bagian barat dan selatan serta Jawa bagian barat. Namun, ia menekankan bahwa MJO bukanlah penyebab satu-satunya peningkatan hujan ini.
Fachri mengatakan, faktor lain yang memicu meningkatnya intensitas hujan saat ini adalah anomali hangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia bagian barat, khususnya di Laut Jawa dan perairan barat daya. Kombinasi dua faktor ini menyebabkan hujan terjadi di wilayah Jabodetabek yang seharusnya memasuki puncak musim kemarau.
Sekalipun wilayah Jabodetabek pada bulan Agustus ini seharusnya memasuki puncak musim kemarau sesuai zona musimnya, tetap ada hujan relatif lebat.
”Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi hingga tiga hari mendatang,” kata Fachri.
Laporan BMKG, intensitas hujan lebat dalam 24 jam terakhir terekam di Stasiun Meterologi Seigun di Sorong sebesar 91,9 milimeter (mm), disusul Stasiun Meteorologi Raja Haji Fisabililillah di Kepulauan Riau sebesar 74 mm. Adapun di Jabodetabek, intensitas hujan tertinggi terekam di Jagorawi-Bogor sebesar 55 mm.
Sementara itu, Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat telah menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana banjir di wilayahnya sejak Senin (23/8/2021). Menurut Surat Keputusan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 360/17/BPBD.IV.2/VIII/2021, status tanggap darurat tersebut berlaku selama 14 hari hingga 5 September 2021.
Penetapan status tanggap darurat tersebut menyikapi banjir di 9 desa dan 1 kelurahan di Kecamatan Arut Utara sejak Sabtu (21/8/2021) malam. Sejumlah wilayah yang terdampak ialah Desa Sambi, Desa Sungai Dau, Desa Pandau, Desa Panahan, Desa Riam, Desa Kerabu, Desa Panyombaan, Desa Gandis, dan Desa Sukarami yang berada di Kelurahan Pangkut.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN
Hujan yang mengguyur Kota Jambi, Senin (23/8/2021) siang, membuyarkan petugas di pos penyekatan PPKM level 4 Kota Jambi di Simpang Rimbo.
Data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Selasa (24/8/2021), banjir di Kotawaringin menyebabkan 255 keluarga atau 560 jiwa terdampak. Sebanyak tiga keluarga di antaranya harus mengungsi ke rumah kerabat.
Kerugian material tercatat sebanyak 255 rumah terendam, 4 fasilitas pendidikan terdampak, 3 tempat ibadah terdampak, 1 jembatan terdampak, dan jalan desa sepanjang 50 meter tergenang. Tinggi mata air saat kejadian dilaporkan berkisar 50-150 sentimeter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kotawaringin Barat Syahruni dalam laporannya mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap potensi banjir susulan. Ini karena diprediksi hujan lebat masih bisa terjadi hingga beberapa hari ke depan.
Kemarau basah
Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto mengatakan, seperti diprediksi sebelumnya, tahun ini terjadi fenomena kemarau basah. Akibatnya, sekalipun wilayah Jabodetabek pada bulan Agustus ini seharusnya memasuki puncak musim kemarau sesuai zona musimnya, tetap ada hujan relatif lebat.
”Sisi baiknya, tahun ini risiko kebakaran hutan dan lahan relatif lebih rendah dibandingkan sebelumnya,” ucapnya.
SUMBER: BMKG (2021)
Anomali suhu permukaan laut di perairan Indonesia.
Siswanto menambahkan, dari aspek parameter cuaca global, saat ini indeks ENSO (El Nino Southern Oscillation) dan IOD (Indian Ocean Dipole) dalam kondisi netral, atau tidak signifikan memengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Meski demikian, terpantau adanya anomali menghangatnya suhu permukaan laut sebesar 1-4 derajat celsius di sejumlah perairan Indonesia yang berpotensi meningkatkan penguapan dan pembentukan awan hujan.
Anomali ini terjadi di Selat Malaka, Samudra Hindia barat Sumatera, Laut Jawa, Selat Karimata, Laut Natuna, Selat Madura, Samudra Hindia selatan Jawa-Nusa Tenggara Timur, Laut Bali, Laur Flores, Selat Makassar, dan sejumlah perairan lain di Indonesia bagian timur.