JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan peningkatan plafon kredit usaha rakyat atau KUR, ruang permodalan bagi sektor pertanian semakin terbuka. Pemanfaatan KUR pertanian juga perlu dibarengi penguatan kemampuan petani untuk mengembalikan pembiayaan.
Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Gede Edy Prasetya menyebutkan, saat ini kuota plafon untuk KUR pertanian sebesar Rp 70 triliun.
”Masih banyak ruang untuk menggunakan KUR pertanian. Jumlah tersebut perlu dinaikkan lagi, minimal menjadi Rp 80 triliun atau Rp 85 triliun,” katanya saat diskusi dalam jaringan berjudul ”KUR Pertanian, 70 T Uang Siapa?” yang diadakan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Kamis (5/8/2021).
Optimisme itu sejalan dengan total kuota plafon KUR sepanjang 2021 yang naik dari Rp 220 triliun menjadi Rp 285 triliun. Dia menyebutkan, kenaikan itu didorong oleh realisasi KUR perbankan yang melampaui target pada tengah tahun. Sepanjang Januari hingga 2 Agustus 2021, realisasi KUR secara keseluruhan telah mencapai Rp 148,08 triliun dan menyasar 3,99 juta debitor.
Realisasi KUR sepanjang 2020 juga mencapai lebih dari 100 persen. Dari target Rp 190 triliun, realisasi penyalurannya mencapai Rp 198 triliun. ”Padahal, sebelum pandemi Covid-19, rata-rata penyaluran sebesar 98 persen,” ujarnya.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Caung (55) membersihkan gulma di sekitar rumpun padi yang berumur 30 hari di sawah garapannya di kawasan Cisauk, Tangerang, Banten, Rabu (21/7/2021).
Proporsi pembiayaan pada sektor pertanian dibandingkan total penyaluran KUR cenderung meningkat. Proporsi pada 2018 sebesar 23 persen lalu naik menjadi 29 persen pada 2020 dan 30 persen pada 2021. Salah satu faktor peningkatan tersebut ialah sektor pertanian mencatatkan kinerja pertumbuhan yang positif selama pandemi Covid-19.
Edy mengatakan, KUR pertanian diarahkan untuk korporatisasi petani. ”Skemanya berupa close loop di tingkat petani. Ada pembinaan kelompok tani serta penjualan hasil panen lewat offtaker. Kami juga mengupayakan satu desa satu produk atau satu pesantren satu produk,” katanya.
Sementara itu, Direktur Pembiayaan Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Indah Megahwati mengharapkan realisasi KUR pertanian di akhir tahun dapat mencapai Rp 100 triliun. KUR pertanian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan di hilir, seperti membeli alat mesin dan penggilingan padi. Dia juga menggarisbawahi, penyaluran KUR tersebut membutuhkan upaya agar tidak timbul kredit macet.
Hingga saat ini, Kementerian Pertanian mencatat, realisasi KUR pertanian untuk subsektor tanaman pangan mencapai Rp 11,6 triliun atau 43,3 persen dari target, hortikultura Rp 5,5 triliun (70,4 persen), perkebunan Rp 15,6 triliun (76,8 persen), dan peternakan Rp 8,2 triliun (54,2 persen). Angka kredit macet (NPL) berkisar 0,016 persen.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Para petani menyiangi sawah mereka di daerah Labuapi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (12/7/2021).
Realisasi penyaluran KUR pertanian sepanjang 2020 juga berada di atas 100 persen. Target KUR sepanjang tahun lalu sebesar Rp 50 triliun dan realisasinya mencapai Rp 55,3 triliun.
H Dede Samsudin, perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Asih, menyebutkan, terdapat 68 nasabah KUR dari 400 orang anggota Gapoktan. ”Untuk menjaga daya pengembalian pendanaan KUR pertanian, Gapoktan memastikan penyerapan hasil panen. Apabila ada anggota yang menjual (hasil panen) ke pihak lain, kami menyaksikan pembayarannya. Selain itu, jika ada petani yang lahannya bermasalah, misalnya karena serangan hama, Gapoktan mencoba menanggulanginya terlebih dahulu dan menalanginya,” tuturnya.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Ali Jamil menyoroti jumlah debitor KUR pertanian yang belum mencapai 3 juta petani. Artinya, mayoritas petani belum memanfaatkan KUR. Dia berharap tenaga penyuluh pertanian lapangan mengarahkan petani memperoleh pinjaman modal lewat fasilitas KUR.
Assistant Vice President Micro Sales Management Division PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Asep Nugraha Sukma mengatakan, target penyaluran KUR oleh BRI mencapai Rp 190 triliun. ”Kami memberikan nilai tambah bagi nasabah KUR BRI, seperti adanya pilihan untuk asuransi dan tabungan,” ujarnya.