KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Sisa panen mendong di lahan sawah Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (1/9/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Sektor pertanian berperan penting tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi sekaligus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19. Guna meningkatkan produktivitas, optimalisasi pemanfaatan listrik harus terus didorong bagi efisiensi usaha tani dan pangan.
Badan Pusat Statistik mencatat, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tetap mampu berkontribusi positif pada perekonomian sepanjang masa pandemi. Kontribusi terhadap produk domestik bruto dari sektor ini tercatat sebesar 12,84 persen (triwulan I-2020) dan 15,46 persen (triwulan II-2020).
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) Bob Saril menilai, kondisi ini menunjukkan sektor pertanian dan rantai pasok cukup tangguh di tengah pandemi. Untuk itu, perluasan dukungan listrik dalam upaya peningkatan produksi serta mendorong efisiensi usaha tani akan terus dilakukan.
Melalui layanan electrifying agriculture (melistriki pertanian), PLN menghadirkan kemudahan akses listrik bagi pelaku usaha sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan. Penggunaan listrik bermanfaat sebagai sumber tenaga mesin atau penerangan pada pompanisasi sawah untuk irigasi, penggilingan padi, budidaya buah naga, pengusir hama, serta pembibitan ikan dan ternak.
”Tahun lalu (2019) kami (PLN) berhasil menambah 6.584 sambungan baru untuk pertanian khususnya yang bermigrasi ke PLN dari sumber energi bahan bakar minyak. Tahun ini, kami ingin memperluas sambungan dan lebih fokus memberi dukungan kelistrikan pada usaha tani. Kami siap bersinergi dengan semua pemangku kepentingan,” ujar Bob, Jumat (4/9/2020).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Petugas biro teknik listrik rekanan PT PLN memasang instalasi mesin pompa air yang tersambung dengan jaringan listrik di Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (17/7/2019).
Paparan ini mengemuka dalam webinar bertemakan ”Listrik dan Produktivitas Usaha Tani”. Hadir sebagai narasumber, antara lain, Manajer PLN Madiun, Daniel Lestanto; Manajer PLN Banyuwangi Krisantus H Setyawan; Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Gunawan; dan dosen Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Eng Fadly Usman.
Daniel Lestanto mengatakan, hingga Agustus 2020, baru 33 persen atau sekitar 36.000 hektar dari total luas sawah di Madiun yang terlistriki PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Madiun. Dari luas sawah yang terlistriki, pompa sawah yang sudah tersambung 127,63 megavolt ampere (MVA) dengan jumlah pelanggan 29.398.
Sementara lebih kurang 69.000 hektar sawah lainnya masih menggunakan diesel untuk pompa sawah. Jumlah ini menjadi target PLN untuk turut dilistriki karena pengembangan sarana bermanfaat mewujudkan penyediaan pangan.
Dengan penggunaan listrik, biaya operasional dapat dihemat hingga 60 persen dan frekuensi panen setahun meningkat dari 1-2 kali menjadi 3 kali. Biaya listrik yang dibebankan kepada petani pun sudah disesuaikan dengan besaran pemakaian sehingga terhindar dari rekening minimum.
”Sebagai lumbung padi, produktivitas sektor pertanian di Madiun harus dimaksimalkan agar terwujud ketahanan pangan dan kesejahteraan petani. Saat ini kami juga mengadakan program dengan nama Lissa (Listrik Pulsa Pompa Sawah) untuk para petani,” ujar Daniel.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Ilustrasi pompa air untuk mengairi tanaman padi.
Dalam upaya mempermudah petani mendapatkan pinjaman guna mengembangkan sawah, PLN bekerja sama dengan perbankan, yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Kerja sama dilakukan dengan konsep voucer listrik sebesar 5 persen untuk plafon pinjaman Rp 10 juta-Rp 50 juta serta voucer listrik sebesar 10 persen untuk plafon pinjaman lebih dari Rp 50 juta.
Krisantus H Setyawan juga terus mendorong upaya pemanfaatan listrik untuk pertanian, termasuk optimalisasi produktivitas buah naga di Banyuwangi. Ladang buah naga yang terlistriki oleh UP3 Banyuwangi per 2020 seluas 3.659 hektar dengan besaran daya 34,54 MVA yang dimanfaatkan oleh 8.797 pelanggan.
Apabila hanya mengandalkan musiman, omzet buah naga per tahun Rp 179 juta per hektar. Namun, pemanfaatan listrik yang membuat panen dapat dilakukan sepanjang tahun bisa menambah omzet hingga Rp 764 juta per hektar.
Baca juga : Sektor Pertanian Mendesak Ditata Ulang
”Tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Untuk itu, kami terus upayakan pemanfaatan listrik di kebun buah naga agar dapat dilakukan panen di luar musim,” tutur Krisantus.
Potensi lahan rawa
Data Kementerian Pertanian menunjukkan, potensi lahan rawa Indonesia seluas 33,4 juta hektar. Secara rinci, seluas 20,1 juta hektar (60 persen) merupakan lahan rawa pasang surut, sementara 13,3 juta hektar (40 persen) merupakan lahan rawa lebak.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Lahan sawah yang berubah menjadi rawa dan padang ilalang di tepi jalur pantai utara, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (10/6/2020).
Gunawan menyampaikan, lahan pertanian rawa lebak dan rawa pasang surut selama ini cenderung memiliki indeks pertanaman yang rendah. Penanaman terbatas hanya sekali tanam dan belum termanfaatkan secara optimal karena bergantung iklim.
”Kondisi lahan pun selalu tergenang dan dukungan infrastruktur belum memadai sehingga memang belum mampu menunjukkan dukungan terhadap ketahanan pangan nasional. Namun, dengan penerapan teknologi dan perbaikan infrastruktur dapat meningkatkan produktivtas dan indeks pertanaman dari 100 persen bahkan bisa sampai 300 persen,” ujar Gunawan.
Upaya ini dapat terlihat dari hasil uji coba dari model pengembangan lahan rawa di Sumatera Selatan yang menunjukkan hasil baik. Terdapat peningkatan intensitas pertanaman (IP) menjadi tiga kali dengan pola tanam padi, padi, dan palawija.
”Kami harap PLN terus memberikan dukungan bagi petani untuk mengakses jaringan listrik guna meningkatkan efisiensi biaya produksi. Kementerian Pertanian (Ditjen PSP) pun siap mendukung program pemerintah dalam memperluas dukungan listrik dalam peningkatan produktivitas usaha tani dalam bentuk layanan electrifying agriculture,” kata Gunawan.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Lahan sawah yang tergenang air saat permukaan air Rawapening meningkat di Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020).
Eng Fadly Usman menambahkan, efisiensi biaya produksi juga perlu memperhatikan analisis permukaan lahan data satelit. Upaya ini dilakukan agar petani bisa mendapatkan hasil maksimal berdasarkan kondisi lahan tani, kebutuhan pasar, dan harga jual terbaik saat panen.
Layanan yang diberikan terkait penggunaan data satelilt, kata Fadly, dapat diperoleh dari aplikasi Fresh Food. Melalui aplikasi ini, dapat dilakukan analisis kalkulasi kebutuhan biaya, kebutuhan bibit, kebutuhan saprodi, identifikasi tutupan lahan.
Baca juga : Pertanian Tanpa Petani
”Pembiayaan dari petani pun akan lebih terukur, presisi, dan dengan kepastian keuntungan yang lebih baik. Kami harap, dengan peran digital, produk petani dapat dihargai setinggi-tingginya, tetapi konsumen tetap merasa harga yang ditawarkan masih murah,” ucap Fadly.