https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/QnD8Q99pVV5WF5qHqK0WCJkPArc=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2Fe6a3dc75-5f0e-49c2-ad78-0b6c719fcd4f_jpg.jpgKOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Sandal-sandal berserakan mengotori Pantai Kemiren, Cilacap, Jawa Tengah, Minggu (12/9/2021). Sejumlah komunitas melakukan bersih pantai sebagai wujud menjaga lingkungan.

Pelestarian bumi dari berbagai dampak kerusakan lingkungan hidup karena ulah manusia terus jadi perhatian. Berbagai aksi nyata dilakukan untuk membuat semua orang sadar bahwa pilihan hidupnya dapat berdampak untuk membuat bumi, tempat hidup kita bersama ini, tetap lestari bagi semua.

Ajakan untuk peduli pada masalah-masalah yang ”menyiksa” bumi pun terus digaungkan. Aksi sederhana yang dimulai dari diri tiap orang dalam kehidupan sehari-hari digaungkan dengan kampanye yang mampu menggugah hati nurani dan komitmen untuk ikut serta melestarikan bumi.

Lewat kampanye #KerenTanpaNyampah, perusahaan kosmetik The Body Shop Indonesia mengajak masyarakat, utamanya kaum muda, untuk punya gaya hidup normal baru. Tidak membuang sampah kemasan kosmetik ke tempat sampah akan menjadi sebuah kebiasaan baru.

Kampanye ini tecermin dalam peluncuran penyempurnaan program Bring Back Our Bottles (BBOB) 2.0 yang hadir dengan konsep full circular economy dan kehadiran refill station The Body Shop® dengan inovasi yang modern pada pertengahan September 2021. Kedua program di bawah ajakan #KerenTanpaNyampah ini diharapkan dapat menyelamatkan dua juta sampah botol kemasan sehingga dapat mengurangi beban di tempat pemrosesan akhir sampah (TPA).

Ini mungkin yang sedang ditunggu-tunggu oleh generasi muda yang menginginkan cara-cara praktis dan ekonomis sehingga mereka juga dapat mulai menjalankan gaya hidup yang lebih sustainable dan ramah lingkungan.

Berdasarkan catatan yang dikeluarkan The National Plastic Action Partnership, ada sekitar 4,8 juta ton per tahun sampah plastik di Indonesia tidak terkelola dengan baik. Sampah ini dibakar di ruang terbuka (48 persen), tidak dikelola dengan layak di tempat pembuangan sampah resmi (13 persen), dan sisanya mencemari saluran air dan laut (9 persen).

Suzy Hutomo, Executive Chairperson dan pemilik The Body Shop® Indonesia, menjelaskan, #KerenTanpaNyampah menjadi tema utama The Body Shop sebagai perusahaan yang sejak awal menjalankan bisnis yang beretika dan  memasukkan faktor lingkungan dan sosial ke dalam setiap kampanyenya. ”Kami semakin menyadari untuk mengambil peran aktif dalam menjadi solusi atas isu polusi plastik. Kami  ingin terus mengedukasi dan melakukan kolaborasi serta langkah-langkah inovatif untuk mengatasi isu ini dengan menghadirkan refill station dan penyempurnaan program Bring Back Our Bottles 2.0,” papar Suzy.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/6IFyABHsxkQ8NYTCfTgN3i3sZqg=/1024x585/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F20210920_115845_1632114158.jpgDOKUMENTASI THE BODY SHOP INDONESIA

The Body Shop Indonesia mengajak masyarakat, khususnya kaum muda, punya gaya hidup baru di era new normal #KerenTanpaNyampah. Masyarakat bisa menerapkan gaya hidup mengisi ulang kosmetik ataupun mengembalikan botol kemasan plastik kosmetik ke toko-toko The Body Shop Indonesia sebagai aksi mengurangi sampah plastik.

Program BBOB pertama kali diluncurkan pada 2008 dan menjadi pelopor untuk program pengembalian kemasan kosong kosmetik di Indonesia. The Body Shop® Indonesia mengajak konsumennya untuk mengembalikan kemasan kosong produk The Body Shop® ke toko-toko terdekat untuk didaur ulang dan hasil pengolahannya digunakan untuk pemberdayaan masyarakat.

Sejauh ini, lebih dari sembilan juta kemasan yang kembali dari konsumen. Upaya ini akan terus bertambah karena The Body Shop® mengedukasi konsumennya untuk membawa kembali kemasan kosong yang sudah tidak digunakan. Kali ini, BBOB dilanjutkan dengan cakupan yang lebih luas lagi, tidak hanya sekadar aksi mengembalikan produk, tetapi juga bagaimana mengedepankan inovasi dan terus menggalakkan konsep full circular economy.

Dalam #KerenTanpaNyampah ini, The Body Shop® juga ingin menyempurnakan program Bring Back Our Bottles 2.0 dengan konsep full circular economy dengan meghadirkan kembali hasil recycled plastic kepada konsumen berupa barang yang dapat dipergunakan, seperti soap dish dan pocket mirror, dan kedepannya akan menjadi furniture untuk kepentingan dan misi sosial. ”Kami juga menghadirkan refill station untuk menjawab tantangan akan pengurangan polusi plastik. Masyarakat dapat membeli kemasan botol aluminium yang dapat diisi ulang sehingga penggunaan kemasan plastik sekali pakai dapat terus dikurangi,” tutur Suzy.

Baca Juga : Sampah Bukan untuk Dibuang

Iqbaal Ramadhan, aktor, musisi, dan mahasiswa, juga menyadari bahwa peran masyarakat, khususnya generasi muda, sangat krusial dalam menciptakan gaya hidup #KerenTanpaNyampah. ”Generasi muda sekarang, khususnya Gen-Z, menurut saya sudah banyak yang mulai sadar akan pentingnya mengurangi konsumsi kemasan plastik sekali pakai,” ungkapnya.

Namun, Gen-Z juga sangat bergantung kepada kepraktisan, kemajuan teknologi, dan inovasi yang akan memudahkan mereka dalam menjalankan aksi kepedulian terhadap lingkungan ini. Karenanya, ia menyambut baik kehadiran refill station dan program Bring Back Our Bottles 2.0 yang diusung oleh The Body Shop® Indonesia.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/HYaNnxp_8XXXuOfekCjp_S7skSc=/1024x632/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F0f7695fd-5680-4358-8c4d-e2217ee4e398_jpg.jpgKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Aktivis lingkungan dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) membersihkan lingkungan pantai dari sampah plastik yang melilit di akar mangrove saat melakukan bersih-bersih pesisir dalam rangka World Cleanup Day di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/9/2021).

”Ini mungkin yang sedang ditunggu-tunggu oleh generasi muda yang menginginkan cara-cara praktis dan ekonomis sehingga mereka juga dapat mulai menjalankan gaya hidup yang lebih sustainable dan ramah lingkungan,” kata Iqbaal.

Anak muda terlibat

Kesadaran anak muda terhadap isu lingkungan kini semakin meningkat. Para pemuda di seluruh dunia dengan vokal beranggapan bahwa perubahan iklim sebagai ancaman terbesar yang dihadapi planet ini. Banyak dari mereka yang berjuang untuk terlibat dalam tindakan yang berarti agar suara mereka didengar, seperti diungkap dari laporan British Council yang diterbitkan pada 9 September 2021.

Global Youth Letter Report menyurvei lebih dari 8.000 anak muda berusia 18-35 tahun dari 23 negara, termasuk Brasil, India, Kenya, Indonesia, dan Inggris, tentang perspektif mereka mengenai perubahan iklim. Survei ini menghasilkan suara yang kuat dan kritis dari kaum muda tentang perubahan iklim di 23 negara.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/RslOySlxrL9cnwBEVIu18ZkUHJU=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Fac16aae5-70e2-4530-b126-e503584a9bba_jpg.jpgKOMPAS/DOKUMENTASI SUNGAI WATCH

Sejumlah orang dari komunitas Sungai Watch membersihkan sungai dari sampah di kawasan hutan mangrove, Denpasar, Bali, Juni 2021. Sungai Watch diinisiasi Gary Bencheghib, pemuda asal Perancis yang telah belasan tahun tingggal di Bali. Sungai Watch dibuat karena keprihatinan anak muda terhadap sampah yang terbawa dari sungai ke laut.

Penelitian ini merupakan bagian dari program Climate Connection British Council, yang bertujuan untuk menyatukan orang-orang di seluruh dunia untuk mengatasi tantangan perubahan iklim. Hasilnya, 25 persen anak muda yang disurvei berasal dari daerah perdesaan, yang mungkin lebih sulit dijangkau, dan 75 persen dari daerah perkotaan.

Sebanyak 55 persen responden adalah perempuan. Laporan tersebut juga didengar dari kelompok-kelompok yang secara tradisional diabaikan, seperti kaum muda penyandang disabilitas dan mereka yang termasuk dalam kelompok minoritas dan masyarakat adat.

Sekitar 67 persen anak muda merasa bahwa pemimpin negara mereka tidak dapat mengatasi perubahan iklim sendiri. Mereka menyuarakan keprihatinan bahwa suara perempuan dan kelompok minoritas tidak tecermin dalam kebijakan perubahan iklim saat ini.

Laporan tersebut menemukan seruan yang konsisten bagi kaum muda untuk dimasukkan dalam keputusan kebijakan. Para pemuda merasa bahwa keterlibatan mereka akan memberikan ide-ide yang lebih inovatif untuk mengatasi perubahan iklim dan dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan lebih efektif. Temuan ini menekankan kebutuhan yang jelas bagi pembuat kebijakan untuk menyalurkan semangat dan antusiasme kaum muda dengan cara yang lebih praktis dan terstruktur.

Baca Juga: Generasi Muda Dorong Upaya Serius Tangani Krisis Iklim

Laporan tersebut menemukan bahwa sementara kaum muda bersedia dan ingin memberikan kontribusi yang berarti, banyak yang tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya. Sebanyak 75 persen anak muda melaporkan bahwa mereka memiliki keterampilan untuk menangani masalah iklim di komunitas mereka dan 63 persen mengatakan bahwa mereka tahu tentang Konferensi Para Pihak Perubahan Iklim PBB (COP26). Namun, sebanyak 69 persen mengatakan mereka tidak pernah berpartisipasi dalam aksi perubahan iklim.

Salah satu pemuda di Indonesia yang mengikuti survei ini mengatakan bahwa tantangan kaum muda di Indonesia dalam partisipasi mereka terhadap aksi iklim adalah kebutuhan akan pendidikan, keterampilan, dan pemberdayaan. Banyak hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan pemuda Indonesia tentang cara mengatasi perubahan iklim di komunitas iklim Indonesia.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/3862w6toLXxbdC7RNsmUFplWhQY=/1024x624/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F36b7c2ee-adec-4071-8258-bc108267194b_jpg.jpgKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Relawan mengaitkan tali yang ada di botol plastik bekas untuk menjadi bagian instalasi Museum Plastik di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Rabu (1/9/2021).

Country Director British Council Indonesia Hugh Moffat mengatakan, darurat iklim adalah krisis terbesar yang dihadapi planet kita sehingga tidak mengherankan jika penelitian British Council menemukan bahwa ini adalah prioritas nomor satu bagi kaum muda di seluruh dunia. ”Kami bangga dengan 588 pemuda Indonesia yang telah membubuhkan tanda tangan mereka pada Global Youth Letter kami sejauh ini, menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk tindakan segera. Saya harap ini mengirimkan pesan yang kuat tentang pentingnya memasukkan suara pemuda dalam percakapan perubahan iklim,” ujar Hugh.

Temuan dari laporan tersebut telah digunakan untuk menulis Global Youth Letter, sebuah rencana aksi yang menetapkan aspirasi dan rekomendasi kaum muda seputar perubahan iklim. Surat tersebut secara langsung ditujukan kepada para pembuat kebijakan dan pemimpin dunia yang akan menghadiri COP26 pada November.

Kaum muda didorong untuk menandatangani surat dan berjanji untuk mengatasi perubahan iklim, menambahkan rekomendasi mereka sendiri untuk dipertimbangkan. Surat tersebut dapat ditandatangani di sini: https://confirmsubscription.com/h/y/73992BCF41392DAB