https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/kRtbhThu23CsJpGEqBpGjCeuLUw=/1024x768/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2F20200828RAM-Kebakaran-Lahan-VII_1598618377.jpgKOMPAS/RHAMA PURNA JATI

Petugas Satgas Penanggulangan Karhutla Sumatera Selatan memadamkan api yang terletak di Desa Talang Pangeran Ilir, Kecamatan Pemulutan Barat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, Jumat (28/8/2020).

Ferdian mengatakan, pihaknya meminta tim TMC membuat hujan buatan di kawasan Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin mumpung masih ada potensi awan hujan di sana. ”Jika ada hujan buatan, tentu kawasan gambut bisa lebih basah dan potensi kebakaran dapat ditekan, termasuk untuk menambah persediaan air jika sewaktu-waktu ada kebakaran di kawasan tersebut,” ucapnya.

Tim TMC agar membuat hujan buatan di kawasan Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin mumpung masih ada potensi awan hujan di sana.

Berdasarkan hasil pengamatan selama lima tahun terakhir, kebakaran di kawasan Ogan Komering Ilir dan Musi Banyuasin biasanya terjadi pada November sehingga kebakaran kali ini masih berada di fase awal. Untuk itu, patroli terus dilakukan.

Di Sumsel saat ini terdapat 300 petugas Manggala Agni yang terbagi di empat daerah operasi. Telah dibangun pula empat pondok kerja di setiap daerah operasi. Satu pondok kerja diisi oleh 15 personel dengan dilengkapi sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran.

Selain itu, dibangun 14 posko di desa rawan terbakar yang diisi oleh personel Manggala Agni, TNI/Polri, dan masyarakat sekitar. ”Satu posko desa akan mengawasi tiga desa sekitarnya,” ucap Ferdian.

Ada beberapa hal yang penanganannya diprioritaskan oleh petugas, yakni jangan sampai kebakaran lahan mengganggu lalu lintas seperti yang terjadi di Jalan Tol Palembang-Indralaya mengingat asap sempat memasuki tol hingga tiga kali. Selain itu, petugas pemadam berupaya agar kebakaran tidak mendekati permukiman penduduk.

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/PpGC3nIBvEzN3sDM0EwvxUZMF2w=/1024x580/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2FInografik-karhutla_1586358977.jpgKOMPAS/INFOGRAFIK/LUHUR

Luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tahun 2015 sampai 2020. Disandingkan degan kasus Covid-19 di kawasan yang menjadi langganan karhutla selama ini.

Revitalisasi ekonomi

Sebelumnya, Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut Myrna A Safitri mengatakan, keterlibatan masyarakat dibutuhkan untuk menjaga ekosistem gambut. Menurut dia, revitalisasi ekonomi perlu dilakukan agar masyarakat merasakan manfaat  lahan gambut tersebut.

Sampai Juli 2020, ujar Myrna, ada 509 desa peduli gambut di Indonesia dengan luas 7,3 juta hektar. Desa-desa itu terus didampingi agar bisa mengembangkan ekonomi dengan melibatkan para pendamping desa. Pengembangan disasarkan pada potensi desa, seperti pertanian, perikanan, perkebunan, kerajinan, peternakan, dan agrowisata.

Menurut Myrna, pengembangan ekonomi di desa yang berada di lahan gambut perlu diprioritaskan karena jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan akan berdampak pada terancamnya upaya restorasi gambut yang sedang diupayakan.

”Kalau masyarakat desa tidak bisa mengembangkan ekonomi, mereka akan tergoda merusak ekosistem gambut yang ada di sekitarnya,” ucapnya. Untuk itu perlu ada sinergitas dari semua pihak untuk menyokong warga desa agar perekonomian mereka berkembang.