https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/QJRrg516dm4mv80afXcXRB1-43k=/1024x484/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F0b668759-cb96-4415-88a7-8f2a4f28f12c_jpg.jpgTAGANA KALSEL

Banjir parah melanda wilayah Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Kamis (6/2/2020). Tabalong menjadi wilayah dengan banjir terparah di Kalsel pada awal tahun ini dengan 69 titik banjir.

Mengejutkan dan sekaligus memprihatinkan mengetahui bencana banjir di Provinsi Kalimantan Selatan. Dari 13 daerah kabupaten/kota, 10 daerah terdampak banjir. Banjir di Kalsel ini tergolong parah dibandingkan dengan banjir pada tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah pusat dan daerah telah memberikan penjelasan penyebab banjir. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Dirjen Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan menyatakan bahwa faktor dominan penyebab banjir adalah anomali cuaca berupa hujan ekstrem.

Daerah banjir berada pada pertemuan dua anak sungai yang cekung, morfologinya merupakan meander dan tekuk lereng, serta beda tinggi hulu hilir sangat besar. Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, ini mungkin banjir periode 100 tahunan (Kompas, 20/1/2021).

Banjir terjadi akibat aliran air di permukaan tanah (run off) lebih besar dibandingkan dengan yang berinfiltrasi ke dalam tanah. Dalam konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), air hujan masuk daerah tangkapan air (catchment area), dialirkan ke sungai utama, dan bermuara ke laut.

Konektivitas hulu-hilir DAS menjadi penting karena DAS tidak mengenal wilayah administratif. DAS Barito masuk wilayah empat provinsi di Kalimantan, dengan wilayah Kalsel ada di bagian tengah dan hilir. Daerah hulu masuk wilayah Kaltim dan Kalteng. Apabila terjadi limpasan air dengan volume tinggi, yang paling terdampak banjir adalah daerah Kalsel.

Menjaga tutupan hutan (forest coverage) di daerah hulu dan tengah menjadi keharusan untuk menjaga keseimbangan hidrologis di hilir. Makin luas tutupan hutan, makin rapat pohon, makin berlapis strata tajuknya, makin banyak pula air hujan yang masuk ke tanah.

Kesimpulannya adalah tutupan hutan di daerah hulu DAS Barito merupakan faktor dominan terjadi banjir di daerah hilir terlepas dari faktor lain yang disebut di atas. Bagaimana mungkin luas hutan di DAS Barito yang tinggal 18,2 persen mampu menahan volume hujan ekstrem yang mencapai 8-9 kali lipat curah hujan normal?

Pemerintah sebaiknya mengkaji ulang izin-izin pemanfaatan kawasan hutan yang tidak mendukung kelestarian lingkungan, sambil menggalakkan program rehabilitasi hutan secara massal, masif, dan berskala luas.

Pramono Dwi Susetyo

Pensiunan KLHK, Vila Bogor Indah, Ciparigi, Bogor

Tanggapan Palyja

Menanggapi keluhan di Kompas (Jumat, 29/1/2021) berjudul ”Air Bermasalah 2”, kami sampaikan hal berikut.

Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan pelanggan Palyja nomor 000670472 atas nama Tjahjadi Sukardi karena suplai air di lokasi Jalan Kamal Raya, Cengkareng, terganggu.

Kapasitas suplai air Palyja ke area Kamal Raya sudah maksimal, sementara kebutuhan air cukup tinggi. Kamal Raya juga merupakan titik terjauh dari Distribution Center Reservoir (DCR) 4 sehingga area tersebut rentan terganggu jika terjadi fluktuasi suplai.

Pada 30 Januari 2021 petugas Palyja telah ke lokasi. Ada sumbatan di pipa sambungan ke rumah. Setelah diperbaiki, suplai air keluar, tetapi belum optimal.

Palyja telah merehabilitasi pipa di lokasi persil pelanggan, 1 Februari 2021. Diharapkan suplai air kembali normal.

Lydia Astriningworo

Corporate Communications and Social Responsibility

Division Head, Palyja

Waspadai Korona

Saat ini, angka penularan Covid-19 masih terus meningkat. Bayangkan jika kita tidak menggunakan masker, masih berkerumun, apalagi jika daya tahan tubuh lemah.

Oleh karena itu, saya mengimbau masyarakat agar menaati anjuran pemerintah menaati hidup normal baru.

Ikuti protokol kesehatan. Jangan lupa memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Imbangi dengan gaya hidup sehat, seperti olahraga, makanan bergizi, dan berjemur pagi hari.

Nur Rahmawati, SH

Praktisi Pendidikan, Sampit, Kalimantan Tengah