Haji tahun 1443 Hijriah/2022 Masehi memiliki dua kelangkaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah haji pertama dengan partisipasi jemaah internasional pascapandemi Covid-19. Saat bersamaan, ibadah kali ini disebut sebagai ”haji akbar” karena wukuf di Arafah berlangsung pada hari Jumat.

”Bulan sabit yang menandai awal bulan Zulhijah 1443 telah terlihat di Tumair, Arab Saudi”. Begitu cuitan akun @HaramainInfo pada laman Twitter, Kamis (30/6/2022) malam.

Hampir bersamaan, portal Arabnews.com melansir berita: menyusul penampakan bulan sabit Rabu malam, diumumkan 1 Zulhijah 1443 Hijriah akan dimulai pada 30 Juni 2022. Wukuf di Arafah jatuh pada Jumat, 8 Juli, dan Idul Adha pada 9 Juli.

Keputusan itu selisih sehari dengan hasil sidang isbat di Kementerian Agama RI di Jakarta. Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, seusai sidang, Rabu sore, mengumumkan, karena hisab belum memenuhi kriteria dan laporan (dari 86 titik pengamatan) belum terlihat hilal, maka 1 Zulhijah jatuh pada 1 Juli 2022, Idul Adha pada 10 Juli 2022.

Kembali ke Arab Saudi. Berdasarkan informasi hasil rukyat setempat, dapat dikatakan haji kali ini adalah haji akbar. Istilah tersebut lazim disematkan pada musim haji dengan wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat.

Mengacu pada beberapa riwayat, haji akbar dinilai punya keutamaan ganda. Haji itu sendiri merupakan keutamaan. Ditambah lagi dengan keutamaan wukuf pada Jumat yang disebut sebagai sayyidul ayyam atau rajanya hari dalam sepekan.

Menurut pembimbing ibadah Daerah Kerja Mekkah, Ahmad Zainul Hamdi, keyakinan haji akbar merujuk pada haji wada' yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Karena Jumat adalah hari mulia (sayyidul ayyam), diyakini pahala ibadah pada hari itu dilipatgandakan.

Bagi jemaah haji, berita ini menggembirakan. Wakil Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tangerang Selatan, Banten, Fuad Thohari bersyukur mendapatkan momen istimewa ini. Sekarang dia berada di Mekkah dan bersiap menunaikan haji. ”Saya akan banyak membaca doa dan zikir saat wukuf,” katanya.

Wakil Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Nasrullah Jasam menuturkan, dalam tradisi Arab, masyarakat biasanya berbondong-bondong beribadah haji saat haji akbar. Namun, kini, Kerajaan Arab Saudi mengumumkan pembatasan jumlah jemaah, yaitu hanya satu juta orang. ”Untuk tahun ini, saya kira tetap ada pembatasan dari Pemerintah Arab Saudi,” katanya.

Baca juga: Seluruh Jemaah dari Madinah Telah Bergeser ke Mekkah

Suasana perkemahan untuk jemaah haji di Mina, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (30/6/2022). Tenda dan fasilitas perkemahan ini disiapkan untuk menyambut jemaah haji yang akan melakukan <i>mabit</i> (menginap) di Mina pada awal Juli 2022.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Suasana perkemahan untuk jemaah haji di Mina, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (30/6/2022). Tenda dan fasilitas perkemahan ini disiapkan untuk menyambut jemaah haji yang akan melakukan mabit (menginap) di Mina pada awal Juli 2022.

Pascapandemi

Selain momen haji akbar, haji kali ini juga dapat dibilang sebagai haji pertama dengan partisipasi internasional pascapandemi Covid-19. Dua tahun saat penyakit akibat virus korona baru itu mewabah, haji digelar secara terbatas.

Seiring kasus Covid-19 yang kian terkendali, Arab Saudi memutuskan membuka pintu haji bagi satu juta anggota jemaah, baik warga lokal maupun internasional. Jumlah ini separuh dari jumlah lazim sebelum pandemi. Berdasarkan data GASTAT (otoritas statistik Arab Saudi), jumlah jemaah haji pada 2021 sebanyak 58.745 orang. Pada 2020, jumlahnya tak sampai 1.000 orang.

Pada musim haji 2022 ini, total kuota satu juta anggota jemaah. Dari jumlah itu, Indonesia mendapatkan kuota 100.051 orang. Sebanyak 92.825 orang di antaranya adalah haji reguler, 7.226 anggota jemaah haji khusus, dan 1.901 petugas. Belakangan, Pemerintah Arab Saudi sempat menambahkan kuota 10.000 orang, tetapi tambahan itu sulit untuk ditindaklanjuti karena waktu persiapan terlalu mepet.

Meski dibilang ”pascapandemi”, sebenarnya kasus Covid-19 belum benar-benar hilang.

Saat ini masih ditemukan kasus akibat virus korona baru itu di sejumlah negara. Untuk mengantisipasi penyebaran wabah, Arab Saudi memperketat persyaratan jemaah haji.

Pengurangan jumlah jemaah itu membuat kepadatan lalu lintas haji di Tanah Suci saat ini terasa lebih longgar. ”Ibadah di Madinah dan Mekkah sekarang ini tidak berjubel. Itu luar biasa,” kata Aris Parmono (54), anggota jemaah haji asal Serang, Banten.

Perbedaan lain, khusus untuk jemaah Indonesia, PPIH kini menyiapkan konsumsi tiga kali sehari. Musim-musim haji sebelumnya, jemaah hanya mendapatkan makan dua kali sehari. ”Makanan enak seperti di rumah, tapi kurang sayur berkuah dan sambal yang pedas seperti di rumah,” kata Murtasih (55), anggota jemaah asal Bojonegoro, Jawa Timur.

Baca juga: 10.000 Kuota Haji Tambahan Tak Digunakan

Anggota DPR RI sedang memeriksa kerikil yang disediakan di Muzdalifah, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (30/6/2022). Kerikil itu nanti akan diambil jemaah haji dan digunakan untuk melempar jumrah di Mina.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Anggota DPR RI sedang memeriksa kerikil yang disediakan di Muzdalifah, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (30/6/2022). Kerikil itu nanti akan diambil jemaah haji dan digunakan untuk melempar jumrah di Mina.