Suami saya baru seminggu yang lalu pulang dari ibadah haji. Alhamdulillah dia pulang dalam keadaan baik. Saya cukup khawatir dengan kesehatannya karena usia suami saya sudah 58 tahun serta menderita penyakit hipertensi dan penyakit jantung koroner. Saya berkonsultasi dengan dokter keluarga sebelum dia berangkat haji. Kata dokter penyakitnya stabil, namun dia harus menghindari kelelahan. Lakukan ibadah dengan baik, namun jangan berlebihan terutama yang memerlukan kegiatan fisik. Obat untuk di perjalanan sudah disiapkan, juga surat keterangan dokter tentang penyakitnya. Menurut dokter, jika ada keluhan, suami saya harus berobat ke tim kesehatan dan tunjukkan riwayat penyakit dan obat yang selama ini digunakan. Alhamdulillah selama di Tanah Suci, suami saya dalam keadaan baik. Dia berusaha menghindari udara panas serta menjaga diri agar tak berjalan kaki terlalu jauh. Dua kali dia memeriksakan diri ke tim kesehatan untuk mengukur tekanan darahnya. Ternyata tekanan darahnya terkendali baik.

Selama ibadah haji, suami saya berusaha makan banyak. Minum juga banyak. Ke mana-mana dia membawa air minum. Dia sudah memahami bahaya heat stroke dan dehidrasi. Obat tekanan darah serta obat jantung koronernya diminum secara teratur. Berat badan selama di Tanah Suci turun satu kilogram, mungkin karena selera makan tak sama dengan di Tanah Air. Dia berupaya untuk tidur teratur dan selalu memakai masker jika keluar kamar. Namun, di kamar ada empat orang yang tidur bersama. Semuanya adalah rombongan yang berangkat bersama dari kota saya. Usia teman sekamar suami saya lebih muda dan tampaknya mereka juga sehat saja. Hanya ada seorang teman sekamar yang sering batuk malam hari karena dia memang penderita asma. Setiap akan tidur dia menggunakan obat hirupan untuk mencegah serangan asma. Namun, menjelang pagi hari dia sering batuk-batuk dan agak sesak sehingga harus menghirup obatnya lagi.

Satu minggu menjelang pulang, suami saya juga terkena batuk. Semua teman sekamarnya mengalami batuk. Suami saya sudah mendapat vaksin meningitis dan juga sesuai dengan arahan dokter keluarga menjalani imunisasi influenza dan pneumokokus. Menurut dokter, kedua vaksin tambahan tersebut baik untuk mencegah penularan influenza dan pneumonia (infeksi paru). Menjelang pulang, batuk suami saya bertambah hebat, namun tak ada sesak. Saya bertugas sebagai perawat dan saya membawa suami berkonsultasi ke dokter penyakit dalam. Dokter melakukan pemeriksaan radiologi dada dan hasilnya baik. Dokter memberi obat pereda batuk dan menyarankan suami saya untuk banyak minum dan beristirahat. Pertanyaan saya, kenapa orang yang naik haji pada umumnya mengalami batuk? Apakah perbedaan cuaca di Tanah Air dan Tanah Suci dapat memengaruhi keadaan saluran napas? Apakah ada risiko suami saya tertular penyakit saluran napas di Tanah Suci karena sering berkerumun dengan jemaah haji lainnya? Terima kasih atas penjelasan Dokter.

 

M di J

 

Sejumlah jemaah haji Indonesia sedang membawa tas untuk dimasukkan dalam bus yang akan mengantar mereka dari Mekkah ke Madinah, Arab Saudi, Kamis (21/7/2022). Mereka adalah jemaah gelombang kedua yang datang langsung ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah kelar, mereka lantas bergeser ke Madinah untuk melaksanakan amalan sunah di Masjid Nabawi.KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Sejumlah jemaah haji Indonesia sedang membawa tas untuk dimasukkan dalam bus yang akan mengantar mereka dari Mekkah ke Madinah, Arab Saudi, Kamis (21/7/2022). Mereka adalah jemaah gelombang kedua yang datang langsung ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah kelar, mereka lantas bergeser ke Madinah untuk melaksanakan amalan sunah di Masjid Nabawi.

Saya mengucapkan selamat suami Anda sudah selesai menunaikan ibadah haji dan sudah selamat kembali pulang ke tengah keluarga. Batuk selama ibadah haji memang merupakan hal yang biasa. Cukup banyak jemaah haji yang mengalami batuk baik selama di Tanah Suci atau waktu pulang ke Tanah Air. Cuaca memang berpengaruh, selain suhu udara yang tinggi di tanah suci, kelembaban udara di Tanah Suci juga kurang. Akibatnya, saluran pernapasan jemaah terpapar pada udara yang kering sehingga dapat mengganggu selaput lendir pipa saluran napas. Kerusakan selaput lendir tersebut dapat menimbulkan batuk dan menurunkan kekebalan saluran napas untuk menyaring berbagai paparan virus dan bakteri. Anda benar, sebelum naik haji sebaiknya menjalani imunisasi influenza dan pneumokokus selain imunisasi meningitis yang merupakan imunisasi wajib. Imunisasi influenza dapat mengurangi risiko tertular influenza. Jika tetap tertular, biasanya penyakit influenzanya tidak berat. Begitu juga pneumonia (infeksi paru) yang sering terjadi penularan pada keadaan orang banyak berkumpul, apalagi jika jemaah berusia lanjut. Karena itu, di samping memakai masker dan menjaga aliran udara kamar, juga dianjurkan untuk melindungi diri dengan vaksin pneumokokus.

Baca juga : Kesehatan Jemaah Haji

Penyakit saluran napas merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh jemaah haji, selain juga penyakit jantung dan pembuluh darah. Suami Anda beruntung karena Anda seorang perawat yang telah mempersiapkan suami Anda untuk memelihara kesehatan selama di Tanah Suci. Namun, pengaruh udara memang sukar untuk dihindari. Bagaimanapun, jemaah haji perlu keluar rumah untuk beribadah. Biasanya, penasihat kesehatan akan memberikan arahan agar seminimal mungkin berada di udara yang panas dan kelembaban yang rendah. Serangan heat stroke dapat terjadi, tubuh kekurangan cairan dan mineral, mengalami kejang-kejang sampai tak sadar. Pencegahan heat stroke adalah dengan mengurangi paparan udara panas dan kering. Keluar saat suhu udara sudah mulai turun. Minum harus banyak. Kalau perlu sering membasahi diri dan minum yang banyak.

Usia jemaah haji sekarang dibatasi karena adanya pandemi Covid-19. Tidak boleh usia yang terlalu tua. Ini untuk mencegah risiko kesehatan pada jemaah berusia lanjut. Jemaah berusia lanjut pada umumnya menderita berbagai penyakit kronik, seperti darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit saluran napas kronik. Jika terkena infeksi saluran napas, penyakitnya dapat menjadi berat sehingga mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit.

Anda telah berkonsultasi dengan dokter tentang batuk suami Anda. Batuk dapat disebabkan kelainan saluran napas, namun juga dapat karena penyakit jantung. Kemungkinan tersebut telah diperiksa oleh dokter keluarga Anda. Saya berharap semoga dengan berjalannya waktu serta suami Anda sudah berada di lingkungan yang biasa, pipa saluran napasnya juga akan semakin membaik. Kita berharap batuknya akan semakin berkurang dan sembuh. Meski demikian, untuk meningkatkan kesehatan jangan lupa konsumsi makanan yang bergizi, cukup minum, dan banyak beristirahat. Hindari asap rokok. Jangan merokok dan jangan pula mendekati orang yang merokok agar tak menjadi perokok pasif.

Baca juga : Perokok Dua Kali Lebih Berisiko Terdiagnosis Tuberkulosis

Pada era pandemi Covid-19 ini sudah tentu Anda sekeluarga tetap harus menjalankan prokes, pakai masker, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan sering cuci tangan. Saya percaya Anda sudah menjalani imunisasi Covid-19 baik yang pertama, kedua maupun ketiga. Pemerintah sedang melaksanakan imunisasi Covid-19 keempat untuk tenaga kesehatan. Jalanilah jika Anda sudah mendapat undangan. Nah, suami Anda dan juga keluarga lain jangan lupa menjalani imunisasi Covid-19 suntikan ketiga. Jumlah masyarakat kita yang menjalani imunisasi Covid-19 suntikan ketiga baru sekitar 30 persen. Angka tersebut harus segera kita tingkatkan. Pemerintah mengingatkan suntikan ketiga bermanfaat untuk meningkatkan kekebalan mencegah penularan Covid-19 di masayarakat. Jika keadaan suami Anda sudah sehat, bawalah dia juga untuk menjalani suntikan ketiga jika belum menjalaninya. Saya berharap Anda sekeluarga bertambah sehat. Kepulangan suami dari haji membawa kebahagiaan keluarga dan mendekatkan keluarga pada Allah SWT.