Bisnis, JAKARTA — Tingginya angka penurunan produksi secara alamiah atau natural decline di sejumlah wilayah kerja yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi menjadi salah satu penyebab produksi minyak dan gas bumi perseroan tidak sesuai harapan.

Nyoman Ary Wahyudinyoman.aey@bisnis.com

PT  Pertamina  Hulu  Energi,  sub-holding  upstream PT Pertamina (Persero) memproyek-sikan produksi minyak dan gas bumi (migas) pada  akhir  tahun  ini  mencapai  808.000  barel  setara  minyak  per  hari  (BOEPD).  Jumlah  tersebut  lebih rendah 5,38% dibandingkan dengan  target  sebesar  854.000  BOEPD.  (Lihat  Infografi k)Hingga September 2022, realisasi produksi  migas  Pertamina  Hulu  Energi  tercatat  di  angka  800.000  BOEPD, yang berasal dari 418.000 bph  minyak  dan  2.216  MMSCFD  gas  bumi.Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Wiko Migantoro mengata-kan,  turunnya  proyeksi  produksi  migas pada akhir tahun dipenga-ruhi  oleh  tren  natural  decline  di sejumlah  lapangan  yang  dikelola  oleh  perseroan.Wiko  menjelaskan,  pihaknya  sebenarnya berhasil menahan laju penurunan  produksi  minyak  di  angka 1,2% setiap tahunnya. Pa-dahal,  laju  penurunan  produksi  minyak dari lapangan yang dikelola Pertamina  mencapai  20%.Sementara  itu,  laju  penurunan  produksi gas dapat ditekan sebesar 0,5%  dari  proyeksi  penurunan  produksi  awal  di  level  21%.“Sehingga produksi minyak Year-to-Date  realisasi  versus  target  2022  masih  tertinggal  6%  atau  418.000  BOEPD,  sedangkan  produksi  gas  tertinggal  sekitar  5%  dari  target  atau 2.216 MMSCFD,” katanya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi  VII  DPR,  Rabu  (9/11).Wiko  menjelaskan,  sejumlah  lapangan tua yang saat ini dikelola Pertamina mengalami declined rate lebih  dari  50%.  Padahal,  lapang-an  tersebut  merupakan  andalan  perseroan  untuk  bisa  mencapai  target  yang  telah  ditetapkan.“Secara  keseluruhan  natural decline  rate  dari subsurface kita adalah lebih besar dari 50% pada mature  block  dari  beberapa  key performance,”  ujarnya.Sejumlah  WK  yang  tercatat  mengalami  penurunan  produk-si  signifi  kan,  antara  lain  Rokan,  Pertamina EP, PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE  OSES),  dan  PT  Pertamina  Hulu  Sanga  Sanga  (PHSS).Kendati  demikian,  Pertamina  Hulu  Energi  melaporkan  sejum-lah lapangan yang berhasil meno-rehkan  produksi  melebihi  target,  seperti  WK  Offshore  North  West  Java  (1,7  MBOPD),  PEP  Jatiba-rang  (0,9  MBOPD),  PT  Pertamina  Hulu  Mahakam  (1,3  MBOPD  &  30  MMSCFD),  JOB  Tomori  (22  MMCFD), dan Corridor (6 MMCFD).Selain itu, kata dia, terdapat ke-tidakpastian pada properti reservoir yang belakangan ikut menurunkan sisa  cadangan  dari  intra  field. Pertamina juga turut dihadapkan pada  risiko  investasi  yang  besar  pada  pengembangan  tambahan  cadangan  di  lokasi  yang  sulit.Adapun, sebagian besar fasilitas produksi  Pertamina  di  regional  1  hingga  3  tercatat  sudah  berumur  lebih  dari  30  tahun  yang  ikut  mengoreksi torehan lifting saat ini.“Keandalan fasilitas jadi isu yang menantang,  di  mana  mayoritas  fasilitas produksi regional 1 sampai 3  lebih  dari  30  tahun,”  kata  dia.PEMBORANDirektur  Utama  PT  Pertamina  Hulu Indonesia (PHI) Chalid Said mengatakan, pihaknya berkomit-men  meningkatkan  pengeboran  hingga  98  sumur  pada  tahun  ini.  Target  itu  relatif  tinggi  jika  dibandingkan dengan torehan pem-boran  tahun  lalu  yang  mencapai  75  sumur.Selain  itu,  dia  menjelaskan,  pihaknya  akan  meningkatkan  kegiatan well  service  atau well work (WO/WS)  ke  angka  4.712  pada  tahun  ini.  Komitmen  itu  lebih  tinggi  dari  realisasi  WO/WS 2021 di posisi 4.465 kegiatan.“Dengan kegiatan itu pada 2022 target  pencapaian  produksi  gas  mencapai  522  MMSCFD  untuk  produksi gas, untuk minyak 24,8 MBOPD,”  kata  dia.Pertamina Hulu Indonesia (PHI) memang tengah meningkatkan ak-tivitas pengeboran serta eksplorasi untuk  menahan  laju  penurunan  produksi migas di Blok Mahakam.Secara  nasional,  Satuan  Kerja  Khusus  Pelaksana  Kegiatan  Usa-ha  Hulu  Minyak  dan  Gas  Bumi  (SKK  Migas)  memproyeksikan produksi  migas  pada  akhir  ta-hun  ini  mencapai  626.000  bph,  lebih rendah 10,95% dibandingkan dengan  target  yang  ditetapkan  sebesar  703.000  bph.Hal serupa terjadi pada proyeksi salur  gas  bumi  yang  diproyeksi mencapai  5.527  MMSCFD  pada  akhir  tahun  ini.  Angka  tersebut  juga lebih rendah 4,70% dari target yang  dipatok  5.800  MMSCFD.Plt.  Kepala  Divisi  Program  dan  Komunikasi  SKK  Migas  Moham-mad Kemal mengatakan, terdapat beberapa hal yang menyebabkan produksi  hulu  migas  tahun  ini  diperkirakan tidak mencapai target.Salah  satunya  adalah  capaian  produksi  tahun  lalu  yang  lebih  rendah dari perkiraan. Tahun lalu, produksi  minyak  bumi  tercatat  660.300  bph,  sedangkan  target  yang harus dicapai adalah 705.000 bph.  Adapun  realisasi  salur  gas  tahun  lalu  5.501  MMSCFD  dari  target  5.638  MMSCFD.“Selain itu juga disebabkan oleh unplanned  shutdown  beberapa  fasilitas  di  lapangan,”  katanya  belum  lama  ini.Berdasarkan catatan SKK Migas, unplanned shutdown yang terjadi karena  persoalan  kabel  di  Banyu  Urip  pada  Januari  tahun  ini  me-nyebabkan  penurunan  produksi  minyak yang cukup dalam. Selain itu,  kebocoran  selang  offl   oading milik  ExxonMobil  Cepu  Limited  (EMCL) pada September juga me-ngoreksi produksi cukup banyak.SKK  Migas  melaporkan  PT  Pertamina  Hulu  Energi  Offshore  Southeast  Sumatra  (PHE  OSES)  mengalami  kebocoran  pipa  dan  plugging  sepanjang  Juli  hingga  Agustus  2022.  Konsekuensinya,  potensi kehilangan produksi pada lapangan  itu  mencapai  sekitar  30.000  bph.Di industri gas bumi, unplanned shutdown  pada  Train  2  milik  bp  pada April juga diketahui membuat realisasi salur gas menurun tajam.Selanjutnya, kata Kemal, ada juga persoalan keterlambatan pemboran dan  mundurnya  realisasi  onstre-am  sejumlah  fasilitas  produksi,  seperti  yang  terjadi  di  Jambaran  Tiung  Biru.Adapun, Direktur Eksekutif Aso-siasi  Perusahaan  Migas  Nasional  (Aspermigas)  Moshe  Rizal  me-ngatakan bahwa perusahaan hulu migas  belakangan  justru  meng-optimalkan  kegiatan  eksploitasi  sumur migas di tengah momentum harga yang masih tertahan tinggi pada  kuartal  keempat  tahun  ini.Manuver  itu  diharapkan  dapat  meningkatkan cadangan kas per-usahaan  pada  tahun  depan.“Para produsen migas akan me-maksimalkan kegiatan eksploitasi untuk memanfaatkan harga minyak yang tinggi saat ini, meningkatkan pendapatan  jangka  pendeknya,”  kata  Moshe.