Peningkatan layanan dan jaminan keamanan ataupun keselamatan kereta komuter atau KRL Jabodetabek masih menjadi pekerjaan rumah yang butuh diselesaikan.

Oleh RIVALDO ARNOLD BELEKUBUN

JAKARTA, KOMPAS — Layanan kereta komuter Jabodetabek atau KRL diminta agar ditingkatkan kualitasnya. Dorongan ini di antaranya muncul setelah ada keterlambatan parah pada Senin (2/1/2023) malam, terutama pada layanan dari Stasiun Tanah Abang dan Manggarai ke arah Bekasi, Cikarang, Depok, dan Bogor.

Manajer Hubungan Masyarakat PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Reza Arlan mengatakan, dikarenakan pergantian jalur kereta api jarak jauh pada lintasan yang bersinggungan dengan jalur arah Cikarang dan Bogor, beberapa jadwal perjalanan KRL ke arah itu terpaksa ditunda. Menurut Reza, keterlambatan tersebut demi keamanan dan kelancaran perjalanan semua kereta juga para penumpangnya. Namun, pihaknya meminta maaf, khususnya kepada penumpang KRL, atas ketidaknyamanan yang dirasakan.

”Setelah dicek, keterlambatan terjadi akibat pergantian jalur kereta api jarak jauh tambahan di lintas. Hal ini menyebabkan KRL tujuan Bekasi, Cikarang, dan Bogor mengalami kemunduran waktu dari jadwal,” tuturnya ketika dihubungi pada Selasa (3/1/2023).

Kereta api jarak jauh tambahan yang dimaksud adalah kereta ekstra yang dioperasikan selama masa Natal 2022 dan Tahun Baru 2023. Unit kereta api ini dikhususkan untuk mengakomodasi lonjakan perjalanan yang diantisipasi terjadi selama periode tersebut. Menurut Reza, kereta tambahan ini banyak beroperasi seiring arus balik libur Tahun Baru.

Sebelumnya, pada Senin (2/1/2023) sekitar pukul 19.00 hingga 20.30, KRL dengan tujuan Bekasi/Cikarang dan Depok/Bogor sempat terlambat satu jam lebih dari jadwal keberangkatan. Penumpukan penumpang terjadi di Stasiun Tanah Abang, Sudirman, dan Manggarai.

Ketika ditemui pada Selasa (3/1/2023), Nurul (25), seorang pekerja kantoran yang tinggal di Bekasi, menceritakan kejadian kemarin ketika ia harus menunggu kereta arah Cikarang dari Stasiun Tanah Abang selama lebih kurang satu jam. Ketika bertanya kepada petugas, Nurul hanya diberikan jawaban tidak pasti.

”Tidak ada informasi,” katanya mengulang jawaban yang ia terima dari petugas.

Satu-satunya penjelasan hanya pengumuman di stasiun terkait keterlambatan kereta. Namun, tidak ada informasi tentang kapan kereta akan tiba dan kenapa kereta terlambat.

”Kalau begitu, jadi tidak jelas. Akhirnya, banyak penumpang yang emosi. Soalnya, pada capek baru pulang kerja, terus harus menunggu di sini satu jam sambil berdempet-dempetan,” tutur Nurul.

Hal yang sama disampaikan Adi (29). Pria yang tinggal di Cikarang ini mengungkapkan, ketidakjelasan informasi tentang keterlambatan seharusnya tidak terjadi pada transportasi umum, terutama yang mengangkut ratusan ribu orang setiap hari. Menurut dia, jika hal ini terus terjadi, tidak hanya merugikan penumpang, tetapi juga membuat KRL menjadi tidak lagi menjadi transportasi pilihan utama.

”Saya menggunakan KRL bukan hanya karena murah, melainkan juga karena cepat dan tepat waktu. Kalau misal telatnya berkali-kali, enggak tahu deh bakal naik apalagi, soalnya kalau sepeda motor atau mobil macet juga,” kata Adi.

Selasa kemarin, Stasiun Tanah Abang dan Stasiun Manggarai masih padat seperti hari-hari sebelumnya.

Setiap lebih kurang 30 menit, ribuan orang kembali berkumpul di depan peron-peron tersebut untuk menunggu jadwal keberangkatan kereta selanjutnya. Tidak ada keterlambatan kereta menuju Bekasi/Cikarang dari Stasiun Tanah Abang. Begitu juga dengan kereta menuju Depok/Bogor dari Stasiun Manggarai. Kepadatan penumpang kembali normal seperti hari-hari sebelumnya.

Jadi sorotan publik

Pelayanan kereta komuter Jabodetabek cukup disorot sepanjang 2022 hingga awal tahun ini. Dari catatan Kompas, pada Mei 2022, para pengguna KRL didera kebingungan dampak dari perubahan di Stasiun Manggarai yang tengah dalam proses pembangunan besar-besaran.

Kurangnya komunikasi dan penyebaran informasi oleh pihak PT KCI dinilai sebagai salah satu pemicu kekacauan yang menyebabkan perjalanan pelanggannya terganggu. PT KCI diminta membenahi komunikasinya kepada publik mengingat pembangunan Stasiun Manggarai masih berproses.

Pada akhir November lalu, KRL juga mengalami anjlok di Stasiun Kampung Bandan, Jakarta Utara. Kejadian itu memicu seruan agar keamanan perjalanan KRL perlu mendapat perhatian.

Kemudian, muncul wacana kebijakan subsidi silang tarif KRL ketika pelayanan angkutan massal ini justru tengah menjadi perhatian. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menjelaskan, dalam sistem pembayaran dual tarif pada kebijakan pembedaan pembayaran bagi masyarakat mampu dan kurang mampu justru akan terjadi kekacauan dalam pelayanan.

Menurut dia, jika ada pembedaan tarif, pelayanan pun harus berbeda. Hal ini menimbulkan ketidakadilan dan diminta dibatalkan saja. Tulus mendorong subsidi pembangunan transportasi massal, termasuk meningkatkan kualitas layanan, agar dapat menarik orang menggunakannya dan meninggalkan kendaraan pribadi.