Pendapatan nontiket dari ”digital payment” PT MRT Jakarta (Perseroda) capai 15-20 persen. Pendapatan juga terus digenjot dari penjualan hak penamaan stasiun di fase 1 dan fase 2.

Oleh FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY

JAKARTA, KOMPAS — Tahun 2023 menjadi masa pengembangan bisnis digital PT MRT Jakarta (Perseroda) yang berkontribusi 15 persen hingga 20 persen pada pendapatan nontiket. Perusahaan juga terus menjajaki penjualan hak nama stasiun, baik di fase 1 yang sudah beroperasi penuh maupun fase 2 yang dalam proses konstruksi.

Pengembangan bisnis digital ditandai kerja sama layanan bank digital blu milik BCA Digital dalam platform MRT-J, Senin (30/1/2023). Kerja sama menyasar 152.000 pengguna aktif bulanan platform, yang berisi jual-beli tiket, jadwal kereta, lokasi stasiun, informasi tenantevent, berita, dan lainnya.

Direktur Pengembangan Bisnis MRT Jakarta Farchad Mahfud menyebutkan, tahun pengembangan bisnis digital sejalan dengan kembalinya pengguna angkutan umum karena landainya Covid-19. Kondisi demikian mendorong perusahaan untuk terus beroperasi dengan tepat waktu, bersih, dan nyaman.

”Kontribusi pembayaran digital mencapai 15-20 persen. Kami ingin maksimalkan satu layanan penumpang dengan fitur-fitur tambahan. Target tahun 2023 ini sama dengan 2022, penting bisa menambah atau mendukung layanan penumpang,” ujar Farchad di Stasiun MRT Blok M BCA, Jakarta Selatan, Jakarta.

MRT Jakarta mencatat tingkat keterisian moda (load factor) selama 2022 menembus 19,7 juta pengguna. Capaian ini dinilai sangat baik di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

Sebanyak 19,7 juta penumpang sepanjang 2022 berarti sedikitnya 50.000 orang setiap hari menggunakan jasa MRT Jakarta. Jumlah sebanyak itu dilayani dengan 87.072 perjalanan kereta (Kompas, 27/1/2023).

Baca juga: Ketika ”Para Mantan” MRT Jakarta Memilih Kembali

Selain bisnis digital, MRT Jakarta juga terus mengembangkan ekosistem usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pembaruan di kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD), dan menjual hak penamaan stasiun.

Commercial & Retail Division Head MRT Jakarta Rendy Primartantyo mengatakan, terdapat 16 stan UMKM yang terletak di stasiun potensial, seperti Stasiun Lebak Bulus Grab, Stasiun Fatmawati Indomaret, dan Stasiun Dukuh Atas BNI.

”Kami maksimalkan bentuk pembinaan dan kerja sama dengan pemerintah atau swasta. Ke depan juga masih terbuka hak penamaan stasiun,” ucap Rendy.

Masih terbuka

Untuk fase 1 MRT Jakarta, hak penamaan stasiun yang masih terbuka, antara lain, Stasiun Haji Nawi, Stasiun Blok A, Stasiun ASEAN, dan Stasiun Bundaran HI. Penjualan hak penamaan stasiun juga terbuka untuk fase 2 MRT Jakarta yang terdiri dari Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota, Mangga Dua, dan Ancol.

”Sudah ada beberapa pihak yang datang. Stasiun Cipete Raya nanti akan kami umumkan. Kalau untuk fase 2, silakan bisa dibicarakan kalau mau hak penamaan stasiun,” katanya.

Berdasarkan survei indeks kepuasan penumpang terhadap yang dikerjakan MRT Jakarta, ada peningkatan dari sebelumnya 88,29 menjadi 88,32. Untuk itu, mulai 2023 tidak akan ada survei, tetapi beralih ke indeks kepuasan pemangku kepentingan sehingga warga di sekitar, baik yang terkait operasi maupun konstruksi terakomodasi.

Di sisi lain, MRT Jakarta mampu menjaga performa ketepatan waktu 99,94 persen, ketepatan waktu berhenti di stasiun 99,98 persen, dan ketepatan waktu kedatangan kereta di stasiun 99,95 persen. Dari berbagai catatan itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menargetkan MRT Jakarta akan mampu mengangkut 70.000 penumpang per hari.